angka putus sekolah mencapai 234 pada tahun 2011 dan naik menjadi 277 pada tahun 2012. Pada tingkat SMP angka putus
sekolah di tingkat SMP sebanyak 53 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 55. Sedangkan pada tingkat SMA
angka putus sekolah pada tahun 2011 adalah 14 dan meningkat menjadi 15 pada tahun 2012. Jika dilihat angka-angka kenaikan ini
tidak begitu signifikan. Kendati demikian permasalahan putus sekolah ini harus tetap menjadi prioiritas penanganan terutama
pada tingkat SD yang merupakan pendidikan dasar. Tentu saja penanganan ini harus dimulai dari mencari akar permasalahan
terjadinya putus sekolah sehingga angka putus sekolah bisa ditekan serta APK dan APM bisa meningkat.
2. Kesehatan
Salah satu permasalahan dalam pembangunan di bidang kesehatan adalah ancaman gizi buruk. Ancaman gizi buruk yang
biasanya terjadi pada anak usia balita ini biasanya dipicu oleh kondisi kemiskinan orang tua. Gizi buruk biasa ditemui pada
keluarga-keluarga yang secara ekonomi tergolong lemah. Kondisi ekonomi yang lemah ditengah himpitan mahalnya harga barang-
barang kebutuhan pokok terkadang mendorong sebuah keluarga untuk makan seadanya termasuk makanan yang tidak memiliki
banyak gizi untuk anak-anaknya terutama usia balita. Bagi balita dari keluarga kaya biasanya mereka akan memperoleh makanan
yang memiliki kandungan gizi yang cukup dan tentu saja makanan balita tersebut makanan khusus untuk balita yang
berbeda dengan makanan orang dewasa. Namun bagi balita yang hidup ditengah-tengah keluarga miskin, makanan yang diberikan
biasanya adalah makanan yang sama dengan apa yang dimakan oleh keluarga lainnya yang serba seadanya. Tak pelak lagi, balita
yang hidup di keluarga miskin lebih rentan terhadap rawan gizi
daripada balita yang hidup ditengah-tengah keluarga kaya. Selain karena kondisi ekonomi yang lemah, kasus rawan gizi terhadap
balita biasanya juga dipicu oleh tingkat pengetahuan orang tua terhadap kebutuhan gizi bagi anak-anaknya.
GRAFIK II.2 BALITA GIZI BURUK
Sumber: Data Base Kinerja Tahun 2008-2012 Kabupaten Pamekasan
Adapun jumlah kasus balita gizi buruk di Kabupaten Pamekasan bisa dikatakan memprihatinkan karena pada tahun 2012 jumlah
balita penderita gizi buruk mencapai 93 kasus. Jumlah ini merupakan peningkatan dari tahun sebelumnya yang berjumlah
81 kasus. Walaupun pada tahun 2009 sempat mengalami penurunan menjadi 58 kasus hingga tahun 2010 hanya ditemui
28 kasus. Namun sayang kondisi ini harus mengalami kenaikan lagi pada tahun-tahun berikutnya. Tentu saja angka ini menjadi
koreksi bagi pemerintah Kabupaten Pamekasan dalam hal penanganan Gizi Buruk ditengah banyaknya program-program
pengentasan kemiskinan yang banyak digelontorkan oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan bagi penduduk miskin di
Pamekasan. Penanganan yang serius untuk menekan angka balita gizi buruk
ini harus dilakukan pada tahun-tahun kedepan. Karena jika hal ini
dibiarkan terus-menerus maka akan berdampak buruk bagi balita dan anak-anak yang merupakan aset penting bagi pembangunan
Kabupaten Pamekasan di masa depan. Selain masalah balita gizi buruk, masalah lain yang menghambat
pembangunan di bidang kesehatan adalah kematian bayi. Antara tahun 2011 hingga 2012 angka kematian bayi di Kabupaten
Pamekasan mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan yaitu dari 76 kasus menjadi 70 kasus. Penurunan jumlah angka
kematian bayi ini tidak lepas dari keberadaan sarana dan prasarana kesehatan serta tenaga medis yang memadai di
Kabupaten Pamekasan. Dengan peralatan medis yang cukup modern serta sarana
penunjang kesehatan lainnya yang memadai di Kabupaten Pamekasan maka menekan angka kematian bayi bukan hal yang
mustahil untuk dilakukan. Keberhasilan untuk menekan angka kematian bayi ini merupakan indikasi bahwa pembangunan di
bidang kesehatan telah berhasil walaupun belum semuanya. Selain itu, penurunan angka kematian bayi juga berperan sangat
signifikan dalam peningkatan angka harapan hidup.
Sumber: Data Base Kinerja Tahun 2008-2012 Kabupaten Pamekasan
Angka harapan hidup merupakan rata-rata tahun hidup yang akan dijalani seseorang pada suatu tahun tertentu dalam
situasi mortalitas kematian yang berlaku di lingkungan masyarakat tertentu. Angka harapan hidup merupakan alat untuk
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan
derajat kesehatan pada khususnya.
Sumber: Data Base Kinerja Tahun 2008-2012 Kabupaten Pamekasan
Pada tahun 2010 angka harapan hidup Provinsi Jawa Timur mencapai 71,79. Di Kabupaten Pamekasan jumlah penduduk yang
bisa mencapai angka harapan hidup ini dalam kurun waktu lima tahun terakhir terus mengalami penurunan. Pada tahun 2008
jumlah penduduk yang bisa mencapai angka harapan hidup sebanyak 13.840 jiwa dan mengalami penurunan pada tahun
2009 menjadi 13.065 jiwa. Kondisi penurunan ini terus berlangsung hingga tahun 2012 yang hanya 8.477 jiwa saja
penduduk yang bisa mencapai angka harapan hidup Jawa Timur. Angka harapan hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti
dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori
termasuk program pemberantasan kemiskinan.
Sumber: Data Base Kinerja Tahun 2008-2012 Kabupaten Pamekasan
Jumlah imunisasi bayi di puskesmas bersifat fluktuatif namun cendurung menurun dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Pada tahun 2008 jumlah imunisasi bayi di puskesmas mencapai 12.327 jiwa pada tahun 2010 naik menjadi 12.561 jiwa. Namun
sejak tahun 2011 cenderung mengalami penurunan menjadi 12.463, dan pada tahun 2012 angka tersebut kembali turun
menjadi 9.225 jiwa. Jika disimak dari keempat informasi kesehatan yang telah
disajikan maka terlihat bahwa ada penurunan kualitas penanganan kesehatan di Kabupaten Pamekasan yang ditandai
oleh meningkatnya kasus balita gizi buruk, penurunan jumlah penduduk yang mencapai angka harapan hidup serta
menurunnya jumlah imunisasi bayi di pukesmas. Oeh sebab itu, pembangunan di bidang kesehatan perlu ditingkatkan kualitasnya
agar tidak hanya berhasil dalam hal menekan angka kematian bayi tetapi juga berhasil dalam penanganan tiga aspek tersebut.
c. Fokus Seni Budaya dan Olahraga