Tingkat inflasi tahun 2012 adalah sebesar 6,53 persen lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 7,53 persen.
Adapun sektor yang mengalami inflasi tertinggi pada tahun 2011 adalah sektor bangunan yaitu sebesar 10,39 persen, sedangkan
inflasi terendah dialami oleh sektor listrik dan air bersih yaitu sebesar 4,00 persen. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi
diiringi tingkat laju inflasi yang cukup stabil menunjukkan roda perekonomian bergairah.
Tabel II.25 Nilai Inflasi Rata-Rata Tahun 2008 s.d 2012 Kabupaten Pamekasan
Uraian 2008
2009 2010
2011 2012
Rata-Rata Pertumbuha
n
Inflasi 8,15
5,14 6,02
7,53 6,53
6,85
Sumber: Kabupaten Pamekasan Dalam Angka Tahun 2013
b. Fokus Kesejahteraan Sosial
Bagi wilayah yang sedang dalam proses transisi dan berkembang seperti Kabupaten Pamekasan, keberadaan kualitas sumber daya
manusia dan kesejahteraan sosial masyarakat sebetulnya adalah sebuah investasi atau modal sosial bagi keberlanjutan pembangunan.
Tetapi kondisi sumber daya manusia yang kurang berkualitas dan termarginalisasi, di sisi lain juga bisa menjadi beban dan bahkan
kontra-produktif bagi pembangunan. Sebuah wilayah yang sebagian penduduknya kurang atau tidak berpendidikan dan hidupnya serba
kekurangan, niscaya sulit berkembang dengan maksimal karena tidak didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang memadai.
1. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Kasar APK didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu SD, SLTP,
SLTA dan sebagainya dengan penduduk kelompok usia sekolah yang sesuai dan dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan
APK ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak yang
bersekolah di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu.
Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.
Nilai APK bisa lebih besar dari 100 karena terdapat murid yang berusia di luar usia resmi sekolah, terletak di daerah kota, atau
terletak pada daerah perbatasan. Angka Partisipasi Murni APM didefinisikan sebagai perbandingan
antara jumlah siswa kelompok usia sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dengan penduduk usia sekolah yang sesuai
dan dinyatakan dalam persentase. Indikator APM ini digunakan untuk mengetahui banyaknya anak usia sekolah yang bersekolah
pada suatu jenjang pendidikan yang sesuai. Semakin tinggi APM berarti banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu daerah
pada tingkat pendidikan tertentu. Nilai ideal APM = 100 karena adanya murid usia sekolah dari luar daerah tertentu,
diperbolehkannya mengulang di setiap tingkat, daerah kota,atau daerah perbatasan.
Secara umum APK pada jenjang pendidikan SD di Kabupaten Pamekasan mencapai 111 dan APM mencapai 95 pada tahun
2011. Jika dibanding dengan APK dan APM pada jenjang pendidikan SMP dan SMA maka tingkat SD merupakan yang
tertinggi. Hal ini bisa jadi ada banyak murid SD yang diluar usia resmi untuk sekolah. Di sisi lain, hal ini bisa berarti bahwa di
daerah pedesaan sebagian besar masyarakat hanya mampu menyekolahkan anaknya hanya pada sampai jenjang SD.
Tabel II.26 Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM
SD, 2011
Kecamatan Pddk usia
7-12 Total siswa
Siswa usia 7-12
APK APM
1. Tlanakan 2. Pademawu
3. Galis 4. Larangan
6.916 8.296
2.953 5.348
6.779 7.343
2.922 4.805
6.309 6.838
2.741 5.264
98 89
99 90
91 82
93 98
Kecamatan Pddk usia
7-12 Total siswa
Siswa usia 7-12
APK APM
5. Pamekasan 6. Proppo
7. Palengaan 8. Pegantena
n 9. Kadur
10. Pakong 11. Waru
12. Batumarm
ar 13. Pasean
9.334 10.173
9.801 7.940
4.693 3.700
7.656 8.558
5.680 10.828
10.856 12.738
10.618
5.243 4.111
8.724 9.420
6.373 9.304
9.905 9.627
7.797 4.221
3.328 7.585
8.454 4.930
116 107
130 134
112 111
114 110
112 100
97 98
98 90
90 99
99 87
Jumlah 91.048
100.760 86.303
111 95
Sumber: Kabupaten Pamekasan Dalam Angka 2012
Menurut catatan BPS, secara umum jumlah APK di Kabupaten Pamekasan sebesar 99 dan APM sebesar 85. Kedua angka ini
mendekati ideal, namun demikian masih harus ditingkatkan agar APK dan APM tingkat pendidikan SMP menjadi ideal karena secara
khusus di beberapa kecamatan ada yang memiliki APK maupun APM yang jauh dari angka ideal. Misalnya saja Kecamatan
Batumarmar memiliki APK hanya 58 dan APM sebesar 53. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat di tingkat
pendidikan SMP masih rendah jika dibanding dengan kecamatan lainnya seperti Pamekasan, Larangan, Pakong yang memiliki APK
diatas ideal dan APM yang mendekati ideal.
Tabel II.27 Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM
SMP, 2011
Kecamatan Pddk usia
13-15 Total siswa
Siswa usia 13-15
APK APM
1. Tlanakan 2. Pademawu
3. Galis 4. Larangan
5. Pamekasan 6. Proppo
7. Palengaan 8. Pegantena
n 9. Kadur
10. Pakong 3.546
3.835 1.411
2.773 5.513
5.169 8.382
4.121 2.535
2.272 3.826
2.968 2.609
1.243 3.083
7.911 3.076
9.334 4.412
2.863 3.146
3.584 2.816
2.515 1.175
2.637 6.393
3.012 7.995
3.971 2.339
2.121 3.042
84 68
88 111
143 60
111 107
113 138
94 79
66 83
95
116 58
95 96
92 93
80
11. Waru 12. Batumarm
ar 13. Pasean
4.336 2.616
2.494 2.956
2.311 2.363
58 113
53 90
Jumlah 50.335
49.679 42.690
99 85
Sumber: Kabupaten Pamekasan Dalam Angka 2012
Jika APK dan APM SD ideal, SMP mendekati ideal maka tidak demikian dengan SMA. APK dan APM tingkat pendidikan SMA bisa
dikatakan jauh dari ideal. Secara umum APK tingkat pendidikan SMA di Kabupaten Pamekasan hanya 39 dan APM 66.
Rendahnya APK dan APM ini selain karena alasan yang telah diungkapkan sebelumnya juga karena dipicu banyak faktor seperti
kepercayaan masyarakat terhadap pendidikan formal serta budaya pernikahan dini yang masih banyak berkembang di
tengah-tengah kehidupan masyarakat. Kerap kali sulitnya mencari pekerjaan meskipun telah menempuh
pendidikan formal menjadi alasan bagi masyarakat untuk tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun tidak
jarang pula pernikahan dini terutama bagi perempuan menghambat mereka untuk bisa mengenyam pendidikan yang
lebih tinggi. Dan fenomena ini banyak sekali terjadi di daerah pedesaan. Misalnya saja di Kecamatan Proppo dimana APK hanya
14 dan APM sebesar 12. Angka ini jelas memiliki selisih yang sangat jauh dengan Pamekasan dan Palengaan yang bisa dilihat
pada tabel II.29.
Tabel II.28 Angka Partisipasi Kasar APK dan Angka Partisipasi Murni APM
SMA, 2011
Kecamatan Pddk usia
16-18 Total siswa
Siswa usia 16-18
APK APM
1. Tlanakan 2. Pademawu
3. Galis 4. Larangan
5. Pamekasan 6. Proppo
7. Palengaan 8. Pegantenan
3.194 3.631
1.229 2.533
5.870 4.629
8.967 3.603
886 3.495
1.461 1.338
9.194
656 8.216
1.285 856
3.385 1.135
1.256 7.169
556 8.085
1.246 28
96 119
53 157
14 92
36 27
93 92
50
112 12
90 35
9. Kadur 10. Pakong
11. Waru 12. Batumarma
r 13. Pasean
2.346 2.033
3.143 3.642
2.140 1.726
2.559 1.737
833 1.163
1.694 1.956
1.680 775
1.098 74
126 55
23 54
72 96
53 21
51
Jumlah 46.960
34.548 30.891
39 66
Sumber: Kabupaten Pamekasan Dalam Angka 2012
Selain APK dan APM untuk melihat keberhasilan pembangunan dalam bidang pendidikan, indikator lain yang digunakan adalah
Angka Putus Sekolah. Angka Putus Sekolah APts didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah murid putus sekolah pada
jenjang pendidikan tertentu SD, SLTP, SLTA dan sebagainya dengan jumlah murid pada jenjang pendidikan tertentu dan
dinyatakan dalam persentase. Hasil perhitungan APtS ini digunakan untuk mengetahui banyaknya siswa putus sekolah di
suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi AptS berarti semakin banyak siswa yang putus sekolah di
suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah.
Sumber: Data Base Kinerja Tahun 2008-2012 Kabupaten Pamekasan
Jika dilihat pada grafik II.1, maka selama kurun waktu dua tahun yaitu 2011 hingga 2012 jumlah angka putus sekolah mengalami
peningkatan mulai dari tingkat SD hingga SMA. Di tingkat SD,
angka putus sekolah mencapai 234 pada tahun 2011 dan naik menjadi 277 pada tahun 2012. Pada tingkat SMP angka putus
sekolah di tingkat SMP sebanyak 53 pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 meningkat menjadi 55. Sedangkan pada tingkat SMA
angka putus sekolah pada tahun 2011 adalah 14 dan meningkat menjadi 15 pada tahun 2012. Jika dilihat angka-angka kenaikan ini
tidak begitu signifikan. Kendati demikian permasalahan putus sekolah ini harus tetap menjadi prioiritas penanganan terutama
pada tingkat SD yang merupakan pendidikan dasar. Tentu saja penanganan ini harus dimulai dari mencari akar permasalahan
terjadinya putus sekolah sehingga angka putus sekolah bisa ditekan serta APK dan APM bisa meningkat.
2. Kesehatan