- Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman.
- Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dari
stres kerja meliputi aspek fisiologis, aspek psikologis, dan aspek perilaku.
4. Dampak Stres Kerja
Arnold dalam Waluyo, 2013 juga menambahkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu
yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performance, dan mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Pada umumnya stres
kerja lebih banyak merugikan diri karyawan maupun perusahaan. Pada diri karyawan, konsekuensi tersebut dapat berupa menurunnya gairah kerja,
kecemasan yang tinggi, dan frustrasi Rice, dalam Waluyo, 2013. Selain itu, terdapat beberapa penyakit yang terkait dengan stres yaitu maag, radang usus,
tekanan darah tinggi, penyakit jantung, penyakit pernapasan, dan sakit kepala migrain. Selain itu,stres dapat memperburuk masuk angin, flu, dan infeksi,
sehingga waktu pemulihan lebih lama Beehr Bhagat, 1985; Clark, 2005; Hart Cooper, 2001, dalam Riggio, 2008. Wolf 1986 mengatakan bahwa
stress kerja dapat berdampak buruk pada keadaan psikologis karyawan. Tingginya kadar stres dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan kelelahan
kronis, penggunaan alkohol, penyalahgunaan narkoba pada pekerja, dan
mempengaruhi tingkat kecelakaan di tempat kerja dalam Riggio, 2008. Corders Doughtery 1993 menambahkan bahwa kelelahan emosional,
pemisahan dari rekan kerja, penilaian diri yang negatif, dan penurunan harga diri juga merupakan dampak dari stres dalam Riggio, 2008. Selain itu, stres
juga dapat berdampak pada hasil kerja. Stres dipercaya dapat mengurangi performansi kerja dan meningkatkan absenteisme dan turnover Riggio, 2008.
Menurut Moorhead dan Griffin 2010 stres dapat berdampak pada: 1. Individual
- Perilaku Stres dapat merugikan orang yang mengalami stres itu sendiri
maupun orang lain. Salah satu perilaku yang ditunjukkan adalah merokok. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang-orang yang merokok
cenderung merokok lebih banyak ketika mereka mengalami stres. Terdapat juga bukti bahwa penyalahgunaan alkohol dan obat-oabatan
berhubungan dengan stres. Dampak lainnya adalah kerentanan terhadap kecelakaan, agresi dan kekerasan, serta perubahan selera makan.
- Psikologis Dampak psikologis dari stres berhubungan dengan kesehatan mental
seseorang. Ketika individu mengalami stres yang begitu banyak di tempat kerja, mereka dapat menjadi lebih tertekan dan tidur terlalu banyak atau
terlalu sedikit. Stres juga dapat menimbulkan masalah keluarga dan kesulitan dalam hal seksual.
- Kesehatan Stres dapat berdampak pada kesehatan fisik seseorang. Penyakit
jantung dan stroke, merupakan dua penyakit yang kerap dihubungkan dengan stres. Masalah kesehatan lainnnya yang diakibatkan oleh stres
meliputi sakit kepala, sakit punggung, berbagai kelainan perut dan lambung, serta kondisi kulit, seperti jerawat dan gatal-gatal.
2. Organisasi - Kinerja
Salah satu dampak nyata dari stres yang dialami oleh organisasi adalah penurunan dalam hal kinerja. Bagi karyawan, penurunan seperti
ini dapat mengarah pada kualitas kerja yangburuk dan penurunan produktivitas. Bagi manajer, hal ini dapat berdampak pada pengambilan
keputusan yang salah atau gangguan dalam hubungan kerja karena individu menjadi mudah marah dan sulit diajak bergaul.
- Penarikan diri Perilaku menarik diri juga merupakan dampak dari stres. Bagi
organisasi, dua bentuk perilaku penarikan diri yang paling signifikan adalah absensi dan turnover. Orang-orang yang kesulitan mengatasi
stres dalam pekerjaan mereka memiliki kemungkinan untuk tidak masuk kerja dengan alasan sakit atau bahkan mempertimbangkan untuk keluar
dari organisasi. Stres juga dapat menghasilkan bentuk penarikan diri lain yang lebih halus. Sebagai contoh, manajer mungkin mulai melanggar
tenggat waktu makan siang lebih lama. Karyawan mungkin menarik diri secara psikologis dengan berhenti memedulikan organisasi dan
pekerjaannya. - Sikap
Dampak lain dari stres bagi organisasi berhubungan dengan sikap. Kepuasan kerja, moral, dan komitmen terhadap organisasi semuanya
dapat dirugikan, bersama dengan motivasi untuk berkinerja pada tingkat tinggi. Akibatnya, orang-orang mungkin lebih mudah mengeluh
mengenai hal-hal yang tidak penting dan hanya melakukan pekerjaannya secara setengah-setengah.
- Kelelahan Kelelahan burnout adalah perasaan umum dari keletihan yang
berkembang ketika seseorang pada saat yang sama mengalami terlalu banyak tekanan. Orang-orang yang memiliki aspirasi yang tinggi dan
motivasi yang kuat untuk menyelesaikan pekerjaan dapat mengalami kelelahan burnout dalam kondisi tertentu. Mereka rentan mengalami
kelelahan burnout ketika organisasi terlalu menekan dan hanya menuntut untuk menjalankan tujuan dari organisasi itu sendiri. Dalam
situasi seperti ini, individu akan menempakan diri mereka terlalu banyak ke dalam pekerjaan. Di samping berusaha memenuhi agendanya sendiri,
mereka juga harus mematuhi ekspektasi organisasi.
Lebih lanjut, Aamodt 2010 menjelaskan dampak dari stres kerja bagi perusahaan, yaitu:
a. Job Performance Studi menunjukkan bahwa secara umum, tingkat stres yang tinggi
mengurangi kinerja pada banyak tugas. Karyawan yang memiliki tingkat stres yang tinggi dapat mengalami ketegangan baik secara fisik maupun
psikologis. Hal inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan karyawan tidak dapat bekerja secara optimal.
b. Burnout Burnout
, merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh stres, biasanya dialami oleh para profesional yang sangat termotivasi menghadapi tuntutan
kerja yang tinggi. Penelitian awal pada burnout adalah pada orang yang bekerja di bidang pelayanan kesehatan yang ditargetkan sebagai profesi
yang paling banyak bepengalaman dalam burnout. Kemudian, definisi diperluas untuk mencakup jenis-jenis profesi karyawan yang menjadi lelah
secara emosional dan tidak lagi merasa bahwa mereka memiliki dampak positif pada orang lain atau pekerjaan mereka. Burnout dapat menyebabkan
seseorang mengalami kekurangan energi dan dipenuhi dengan frustasi dan ketegangan. Orang-orang yang mengalami burnout juga memperlihatkan
jarak terhadap orang-orang yang bekerja dengan mereka. Orang-orang yang mengalami burnout juga dapat mengalami depresi dan menanggapi burnout
melalui absenteisme, turnover, dan kinerja yang rendah Parker Kulik, 2005, dalam Aamodt, 2010.
c. Abseenteism and Turnover Absenteisme
dan turnover
, yang
mengakibatkan hilangnya
produktivitas dan pendapatan, adalah yang paling tinggi selama masa burnout
dan meningkatkan stres yang dialami oleh karyawan. Studi yang dilakukan oleh Heaney dan Clemens 1995, menunjukkan bahwa
strespenyakit dapat mengakibatkan kurang bahkan hilangnya produktivitas yang kemudian hal tersebut dapat berujung pada turnover Mitra, Jenkins,
Gupta, 1992, dalam Aamodt, 2010 . d. Drug and Alcohol Abuse
Semakin tinggi tingkat stres dan kemarahan, maka akan semakin sering juga penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol. Ada peningkatan
jumlah laporan berita kekerasan yang terjadi di tempat kerja. Dari peristiwa- peristiwa kekerasan tersebut, banyak dilakukan oleh karyawan yang
menyalahgunakan obat dan alkohol. e. Health Care Cost
Salah satu konsekuensi dari stres yang dialami oleh organisasi adalah terjadinya peningkatan asuransi kesehatan. Tingginya penggunaan fasilitas
kesehatan yang disebabkan oleh penyakit akibat stres mengakibatkan organisasi harus membayar biaya asuransi kesehatan karyawan secara
penuh.
Dari uraian di atas dapat disimpulan bahwa stres kerja dapat berdampak pada individu dan organisasi tempat karyawan bekerja. Pada individu, stres
kerja dapat berdampak pada kesehatan fisik, psikologis, dan perilaku karyawan. Kemudian, pada organisasi, stres kerja dapat berdampak pada
meningkatnya tingkat absensi dan turnover, burnout, menurunnya tingkat produktivitas, penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol di lingkungan kerja,
dan peningkatan asuransi kesehatan.
A. Kondisi Lingkungan Fisik Pekerjaan 1. Pengertian Kondisi Lingkungan Kerja