mengacu pada reaksi fisik tubuh terhadap permintaan atau instruksi yang merusak.
Stres sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak bila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang
dirasakannya Hager, dalam Waluyo, 2013. Selain itu, faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya
untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi Diana, dalam Waluyo, 2013.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres merupakan respon adaptif, dimoderatori oleh perbedaan individu, yang merupakan konsekuensi
dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan psikologis atau fisik secara berlebihan pada seseorang.
1. Pengertian Stres Kerja
Menurut NIOSH Research dalam Widhiastuti, 2002 stres kerja dapat didefinisikan sebagai keadaan respon fisik dan emosi yang muncul ketika
persyaratan-persyaratan kerja tidak sesuai dengan kapabilitas, sumber daya, atau kebutuhan dari pekerja. Beehr dan Newman dalam Luthans, 2005
mendefinisikan stres kerja sebagai kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dan pekerjaannya yang ditandai dengan perubahan pada individu
tersebut dimana mereka menyimpang dari fungsi normal mereka. Kemudian, Selye dalam Rice, 1998 menyatakan bahwa stres kerja dapat diartikan
sebagai sumber atau stressor kerja yang menyebabkan reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara karyawan dengan pekerjaan,
dimoderatori oleh perbedaan individu, yang kemudian menyebabkan reaksi fisiologis, psikologis, dan perilaku pada karyawan.
2. Faktor-faktor Penyebab Stres Kerja
Luthans 2005 menyebutkan bahwa penyebab stres stressor terdiri dari empat hal utama, yaitu:
a. Extra Organizational Stressors, yang terdiri dari perubahan sosialteknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, serta
keadaaan komunitastempat tinggal. b. Organizational Stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur
organisasi, kondisi lingkungan kerja fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.
c. Group Stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial.
d. Individual Stressors, yang terdiri dari disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, personal control, learned helplessness, dan daya tahan
psikologis.
Cooper dalam Munandar, 2012 menyebutkan faktor-faktor dalam pekerjaan yang dapat menimbulkan stres ke dalam lima kategori besar yaitu:
1 faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan, 2 peran individu dalam organisasi, 3 pengembangan karir, 4 hubungan dalam pekerjaan, dan 5
struktur dan iklim organisasi. Salah satu sumber stres yang akan dibahas secara rinci di sini adalah faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan yang meliputi
tuntutan fisik bising, getaran, dan higiene dan tuntutan tugas kerja shiftkerja malam dan beban kerja. Faktor tersebut dianggap lebih relevan dengan topik
penelitian yang akan dilakukan yaitu mengenai kondisi lingkungan fisik pekerjaan di pertambangan.
1 Faktor-faktor Intrinsik dalam Pekerjaan Faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan terdiri dari tuntutan fisik dan
tuntutan tugas. Tuntutan fisik mencakup kebisingan, getaran, dan higiene. Sedangkan faktor-faktor tugas mencakup kerja shiftkerja malam, beban
kerja, dan paparan terhadap risiko dan bahaya. a. Tuntutan Fisik
- Bising Suara bising selain dapat menimbulkan gangguan pada alat
pendengaran, juga dapat menjadi sumber stres yang menyebabkan ketidakseimbangan psikologis seseorang bahkan menyebabkan
timbulnya kecelakaan. Ivancevich dan Matteson dalam Munandar, 2012 berpendapat bahwa mendengarkan suara bising yang berlebih
berulang kali sekitar 80 desibel untuk jangka waktu yang lama dapat menimbulkan stres. Dampak psikologis dari bising yang berlebih ialah
menurunnya motivasi kerja. Bising oleh para pekerja pabrik dinilai sebagai pembangkit stres yang membahayakan.
- Getaran Getaran merupakan sumber stres yang kuat. Getaran yang beralih
dari benda-benda fisik ke tubuh seseorang dapat memberi pengaruh yang tidak baik pada pelaksanaan pekerjaan.
- Higiene Lingkungan yang kotor dan tidak sehat merupakan pembangkit
stres. Para pekerja menggambarkan kondisi berdebu dan kotor, waktu istirahat yang kurang, juga toilet yang kurang memadai sebagai faktor
tinggi pembangkit stres. b. Tuntutan Tugas
- Kerja ShiftKerja Malam Penelitian menunjukkan bahwa shiftkerja malam merupakan
sumber utama dari stres bagi para pekerja pabrik Monk Tepas, dalam Munandar, 2012. Para pekerja shift malam lebih sering
mengeluh tentang kelelahan dan gangguan perut daripada para pekerja pagisiang dan dampak dari kerja shift terhadap kebiasaan makan yang
mungkin menyebabkan gangguan-gangguan perut. - Beban Kerja
Menurut Sutherland Cooperdalam Munandar, 2012 beban kerja dapat dibedakan lebih lanjut ke dalam empat kategori yaitu:
i. Beban Kerja Berlebih “Kuantitatif” Beban berlebih secara fisikal ataupun mental, yaitu harus
melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan. Unsur yang menimbulkan beban berlebih
kuantitatif ialah desakan waktu, yaitu setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan cermat. Pada
saat-saat tertentu, dalam saat-saat tertentu waktu akhir deadline justru dapat meningkatkan motivasi dan menghasilkan prestasi
kerja yang tinggi. Namun, bila desakan waktu menyebabkan timbulnya banyak kesalahan atau menyebabkan kondisi kesehatan
seseorang berkurang, maka ini merupakan cerminan adanya beban berlebih kuantitatif.
ii. Beban Kerja Terlalu Sedikit “Kuantitatif” Beban
kerja terlalu
sedikit kuantitatif
juga dapat
mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Pada pekerjaan yang sederhana, dimana banyak terjadi pengulangan gerak, dapat
menimbulkan rasa bosan dan rasa monoton. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari sebagai hasil dari terlampau sedikitnya tugas
yang harus dilakukan dapat menghasilkan berkurangnya perhatian.
Hal ini secara potensial membahayakan jika tenaga kerja gagal untuk bertindak tepat dalam keadaan darurat.
iii. Beban Kerja Berlebih “Kualitatif” Beban berlebihan kualitatif merupakan pekerjaan yang
dilakukan oleh manusia makin beralih titik beratnya pada pekerjaan otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk. Kemajemukan
pekerjaan yang harus dilakukan seorang tenaga kerja dapat dengan mudah berkembang menjadi beban berlebihan kualitatif jika
kemajemukannya memerlukan
kemampuan teknikal
dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki. Pada titik
tertentu kemajemukan pekerjaan tidak lagi produktif, tetapi menjadi destruktif. Pada titik tersebut kita telah melewati
kemampuan kita untuk memecahkan masalah dan menalar dengan cara yang konstruktif. Timbullah kelelahan mental dan reaksi-
reaksi emosional dan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa kelelahan mental, sakit kepala, dan gangguan-gangguan pada perut
merupakan hasil dari kondisi kronis dari beban berlebih kualitatif. iv. Beban Kerja Terlalu Sedikit “Kualitatif”
Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja tidak diberi peluang untuk menggunakan ketrampilan
yang diperolehnya, atau untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh. Beban terlalu sedikit disebabkan
kurang adanya rangsangan akan mengarah ke semangat dan motivasi yang rendah untuk kerja. Tenaga kerja akan merasa
bahwa ia tidak maju-maju, dan merasa tidak berdaya untuk memperlihatkan bakat dan ketrampilannya.
- Paparan terhadap Risiko dan Bahaya Risiko dan bahaya yang berkaitan dengan jabatan tertentu
merupakan sumber dari stres. Kelompok-kelompok jabatan yang dianggap memiliki risiko tinggi, dalam arti kata secara fisik berbahaya
antara lain pekerja tambang, tentara, pegawai di lembaga pemasyarakatan, petugas pemadam kebakaran, pekerja pada eksplorasi
gas dan minyak, serta pekerja pada instalasi produksi. Berbagai kajian menunjukkan bahwa para pekerja melihat risiko dan bahaya berkaitan
dengan pekerjaan sebagai sumber stres. Risiko terhadap paparan bahan-bahan kimia tertentu seringkali dilaporkan oleh pekerja pabrik
sebagai salah satu pembangkit stres yang paling merugikan.Hal ini mencakup uap dan debu yang terhirup serta paparan terhadap bahan-
bahan kimia yang dapat menyebabkan luka pada kulit. Risiko dan bahaya yang berkaitan dengan profesi tertentu tidak
dapat diubah, tetapi persepsi karyawan terhadap risiko dapat dikurangi melalui pelatihan dan pendidikan. Para karyawan yang merasa cemas
akan memiliki ketakutan, kurang termotivasi dalam bekerja, mempunyai semangat yang rendah, lebih mudah menimbulkan
kecelakaan, dan dalam jangka panjang dapat menderita akibtat-akibat dari penyakit yang berhubungan dengan stres, termasuk sakit jantung
dan perut ulcers. 2 Peran Individu dalam Organisasi
Kurang berfungsinya peran, yang merupakan pembangkit stres meliputi: konflik peran role conflict dan ketaksaan peran role ambiguity.
3 Pengembangan Karir Pengembangan karir merupakan pembangkit stres potensial yang
mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.
4 Hubungan dalam Pekerjaan Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya
kepercayaan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi Kahn dkk, dalam Munandar, 2012.
5 Struktur dan Iklim Organisasi Meliputi struktur organisasi yang
berlaku di lembaga yang bersangkutan.Apabila bentuk atau struktur organisasi kurang jelas dan
dalam jangka waktu yang lama tidak ada perubahan atau pembaharuan, maka hal tersebut dapat menjadi sumber stres.
3. Aspek-aspek Stres Kerja