Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab I memberikan gambaran kepada pembaca mengenai landasan penelitian ini. Pada bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia Djamarah, 2005: 22. Demi mengembangkan manusia yang berkualitas, maka pendidikan sangat penting untuk diberikan kepada siswa. Ahmadi 2014: 45 mengungkapkan bahwa pendidikan penting diberikan untuk siswa karena pendidikan sebagai transmisi pengetahuan atau proses membangun manusia menjadi berpendidikan. Salah satu cara yang digunakan untuk memberikan pendidikan kepada siswa yaitu melalui sekolah. Pernyataan tersebut dilandasi dengan pendapat Triwiyanto 2014: 75 bahwa sekolah adalah kelompok layanan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikannya. Sekolah membekali pengetahuan pada siswa melalui berbagai macam mata pelajaran. Mata pelajaran yang diadakan di sekolah-sekolah Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP yaitu pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan budaya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan atau kejuruan, serta muatan lokal Mulyasa, 2007: 12. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa melalui jenjang sekolah dasar. Sapriati 2009: 2.3 berpendapat bahwa pendidikan IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses penemuan, serta memiliki sikap ilmiah, yang akan bermanfaat dalam mempelajari diri dan alam sekitar. Samatowa 2011: 3 berpendapat bahwa dalam Ilmu Pengetahuan Alam dibahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Pendapat tersebut senada dengan pernyataan Wonorahardjo 2010: 11 bahwa Ilmu Pengetahuan Alam ini sifatnya lebih pasti karena gejala yang diamati relatif nyata dan terukur. Berdasarkan kedua pendapat dapat disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang sifatnya pasti karena didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang relatif nyata dan terukur. IPA berisi tentang konsep yang berkaitan dengan kehidupan sehari- hari, maka penting untuk siswa memahaminya. Faktanya masih banyak ditemui siswa yang sulit memahami konsep-konsep yang ada pada mata pelajaran IPA khususnya Fisika. Ilmu Pengetahuan Alam IPA khususnya Fisika merupakan suatu pelajaran yang mempelajari konsep-konsep dari suatu konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks Ratama, 2013: 1. Giancoli 2001: 1 mengungkapkan bahwa Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Dalam mata pelajaran IPA Fisika, guru telah mengajarkan konsep dasar, namun masih banyak siswa yang memiliki pemahaman konsep rendah terhadap materi yang dipelajari, sehingga terjadi salah konsepsi. Rendahnya pemahaman siswa tentang konsep IPA Fisika dibuktikan berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 30 Maret 2015 terhadap salah seorang guru kelas V SD negeri di Kecamatan Berbah. Salah seorang guru mengatakan bahwa menemui suatu kendala pada pembelajaran IPA Fisika yaitu rendahnya pemahaman konsep pada suatu materi, sehingga masih banyak siswa mendapat nilai di bawah KKM yang ditentukan. Pemahaman konsep siswa yang rendah dapat dilihat juga berdasarkan hasil kinerja Indonesia pada pemetaan Trends in International Mathematics and Science Studies and Progress in International Reading Literacy Study TIMSS PIRLS 2011 bidang literasi sains, Indonesia mendapat peringkat 40 dari 42 negara yang di data Baswedan, 2014: 17. Literasi sains sendiri merupakan pengetahuan dan pemahaman konsep serta proses ilmiah yang diperlukan untuk pengambilan keputusan personal, partisipasi dalam kegiatan publik dan budaya, dan produktivitas ekonomi. Dengan literasi sains dimaksudkan bahwa seorang dapat bertanya, menemukan, atau menentukan jawaban terhadap pertanyaan yang diturunkan dari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari Rustaman, 2012: 1.40. Berdasarkan gagasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa rendahnya peringkat Indonesia pada bidang literasi sains dipengaruhi oleh salah konsepsi pada suatu konsep, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI karena literasi sains merupakan pemahaman konsep yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Fakta lain yang menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang memiliki salah konsepsi ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Suryanto dan Yuni 2002 dengan judul “Pemahaman Murid Sekolah Dasar Terhadap Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Alam IPA Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”. Penelitian ini bertujuan untuk 1 mengetahui pemahaman murid sekolah dasar terhadap konsep-konsep IPA berbasis biologi, 2 mengidentifikasi adanya miskonsepsi, dan 3 mencari penyebab miskonsepsi berdasarkan pola jawaban yang diberikan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa miskonsepsi masih banyak terjadi pada konsep-konsep yang diteliti. Jika digunakan kriteria 75 sebagai ambang batas pemahaman konsep yang benar maka hanya ditemukan suatu konsep yaitu konsep tentang bernapas yang dapat dipahami dengan baik oleh murid. Berdasarkan analisis terhadap pola jawaban yang diberikan murid ternyata dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi yang terjadi antara lain disebabkan karena dalam memahami suatu konsep, murid mengandalkan pada pengalaman sehari-hari dan hasil pemikiran logis. Berdasarkan data yang dituliskan, jelas bahwa pemahaman konsep siswa masih rendah. Untuk itu penelitian tentang miskonsepsi pada pembelajaran IPA Fisika perlu dilaksanakan karena banyak konsep siswa yang tidak cocok dengan konsep ilmiah, selain itu konsep yang salah pada siswa dapat bertahan lama dan sulit diperbaiki. Hal ini biasanya disebabkan konsep yang mereka bawa itu, meskipun keliru, tetapi dapat menjelaskan beberapa persoalan yang sedang mereka hadapi dalam kehidupan mereka Suparno, 2005: 3. Berdasarkan kenyataan latar belakang yang sudah diungkapkan, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan peneli tian dengan judul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri Semester 2 se-Kecamatan Berbah, Sleman Tahun 2015”. Alasan peneliti melaksanakan penelitian di Kecamatan Berbah karena berdasarkan hasil wawancara dengan guru SD kelas V di Kecamatan Berbah, mengatakan bahwa tidak sedikit siswa yang mengalami miskonsepsi pada IPA Fisika kelas V semester 2. Hal tersebut dikarenakan IPA Fisika memuat materi yang sangat banyak dan luas cakupanya, sehingga siswa kesulitan untuk menyerap semua materi dengan baik. Dengan dilakukannya penelitian ini, dapat diketahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa dan perbedaan miskonsepsi dilihat dari pekerjaan orang tua, sehingga cepat dilakukan penanganan kepada siswa yang mengalami miskonsepsi. Dengan dilakukan penanganan, diharapkan pemahaman siswa kembali ke konsep ilmiah yang sudah ditetapkan para ahli.

B. Identifikasi Masalah