Berdasarkan pendapat yang sudah disampaikan oleh ahli dapat disimpulkan bahwa konsepsi adalah suatu pemahaman seseorang
terhadap konsep.
3. Miskonsepsi
Suparno 2005: 4 menyatakan bahwa miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima pakar dalam bidang itu. Fowler dalam Suparno, 2005: 5 menjelaskan bahwa miskonsepsi
adalah sebagai pengertian yang tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan
konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirakis konsep-konsep yang tidak benar. Suparno 2005: 15 memberikan contoh miskonsepsi
sebagai berikut, jika seorang mendorong suatu kereta dan kereta itu bergerak, siswa mengatakan ada suatu gaya bekerja pada kereta itu.
Tetapi bila kereta itu tidak bergerak, siswa mengatakan tidak ada gaya yang bekerja pada kereta tersebut, meskipun orang itu mendorong
kereta dengan gaya yang besar. Menurut fisika, meskipun kereta tidak bergerak, tetap ada gaya yang bekerja.
Budi 1992: 114-115 mengungkapkan bahwa kesalahan konsep atau miskonsepsi adalah terjadi perbedaan konsepsi antara orang yang
satu dengan yang lain dalam mempelajari konsep untuk menangkap makna konsep melalui proses persepsi melalui tahap-tahap perekaman
informasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan beberapa pendapat yang sudah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi adalah pemahaman konsep seseorang
yang berbeda dengan konsep-konsep ilmiah yang sudah ditetapkan sebelumnya oleh ahli.
4. Penyebab Miskonsepsi
Suparno 2005: 29 mengungkapkan bahwa penyebab miskonsepsi dapat diringkas dalam lima kelompok, yaitu: siswa, guru, buku teks,
konteks, dan metode mengajar. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Siswa Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan
dalam beberapa hal, antara lain: 1 Prakonsepsi atau konsep awal siswa
Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal atau prakonsepsi tentang suatu bahan sebelum siswa mengikuti
pelajaran formal di bawah bimbingan guru. Konsep awal ini sering kali mengandung miskonsepsi. Salah konsep awal ini
jelas akan menyebabkan miskonsepsi pada saat mengikuti pelajaran fisika berikutnya, sampai kesalahan itu diperbaiki.
Prakonsepsi ini biasanya diperoleh dari orang tua, teman, sekolah awal, dan pengalaman di lingkungan siswa. Misalnya
dari pengalaman kehidupan sehari-hari yaitu tentang terbit dan terbenamnya matahari. Siswa berpendapat bahwa matahari yang
mengelilingi bumi karena matahari terbit dari timur, kemudian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berjalan di atas bumi, dan akhirnya terbenam di barat. Miskonsepsi
siswa tersebut
bahwa mataharilah
yang mengelilingi bumi. Konsep yang diutarakan oleh siswa tersebut
salah, konsep yang benar bahwa bumi yang mengelilingi matahari.
2 Pemikiran Asosiatif Siswa Asosiasi siswa terhadap istilah-istilah sehari-hari kadang-
kadang juga membuat miskonsepsi Arons dalam Suparno, 2005: 35. Contohnya, siswa mengasosiasikan gaya dengan aksi
atau gerakan. Gaya oleh banyak siswa dianggap selalu menyebabkan gerakan. Maka jika siswa tidak tidak melihat
suatu benda bergerak, mereka memastikan tidak ada gaya. 3 Pemikiran Humanistik
Siswa kerap kali memandang semua benda dari pandangan manusiawi Gilbert dalam Suparno, 2005: 36. Tingkah laku
benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup, sehingga tidak cocok. Misalnya miskonsepsi siswa akan
kekekalan energi. Seorang bila bekerja secara terus menerus atau bermain secara terus menerus akan merasa lelah dan lapar.
Dari pengalaman sebagai manusia yang menjadi lapar dan kehabisan energi bila terus bekerja, siswa beranggapan bahwa
kekekalan energi itu tidak mungkin terjadi. Energi yang ada pasti berkurang dan lenyap. Siswa tidak mudah untuk keluar
dari pemikiran yang manusiawi ini Suparno, 2005: 37. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4 Reasoning yang tidak lengkap salah Miskonsepsi juga dapat disebabkan oleh reasoning atau
penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah Comins dalam Suparno, 2005: 38. Alasan yang tidak lengkap dapat
disebabkan karena logika yang salah dalam mengambil kesimpulan, sehingga terjadi miskonsepsi. Misalnya, siswa
mengetahui bahwa bumi termasuk planet, siswa tersebut menganggap bahwa semua planet yang ada di tata surya kita
sama seperti bumi. Berarti planet-planet tersebut terdapat tumbuh-tumbhan, air, gaya, gravitasi, batu-batu keras, dan lain-
lainnya. 5 Instuisi yang salah
Intuisi yang salah dan perasaan siswa juga dapat menyebabkan miskonsepsi. Intuisi adalah suatu perasaan dalam
diri seseorang, yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu sebelum secara obyektif dan
rasional diteliti. Contoh siswa kadang-kadang mempunyai instuisi bahwa benda yang besar akan jatuh bebas lebih cepat
daripada benda yang kecil. Pemikiran instuitif ini sering membuat siswa tidak kritis dan mengakibatkan miskonsepsi.
6 Tahap perkembangan kognitif siswa Perkembangan kognitif siswa yang tidak sesuai dengan
bahan yang digeluti dapat menjadi penyebab adanya miskonsepsi siswa. Secara umum, siswa yang masih dalam
tahap operational concrete bila mempelajari sesuatu bahan yang abstrak sulit menangkap dan sering salah mengerti tentang
konsep tersebut. 7 Kemampuan siswa
Kemampuan siswa juga mempunyai pengaruh pada miskonsepsi siswa. Siswa yang kurang berbakat fisika atau
kurang mampu dalam mempelajari fisika, sering mengalami kesulitan menangkap konsep yang benar dalam proses belajar.
8 Minat belajar siswa Secara umum dapat dikatakan, siswa yang berminat pada
fisika cenderung mempunyai miskonsepsi lebih rendah daripada siswa yang tidak berminat pada fisika. Suparno 2005: 42
mengungkapkan bahwa siswa yang tidak berminat dalam belajar, bila salah menangkap suatu bahan, sering kali siswa
tidak berminat mencari mana yang benar dan mengubah konsep yang salah. Akibatnya, merekan akan lebih mudah menagalami
kesalahan atau miskonsepsi. b. Guru
Miskonsepsi siswa dapat terjadi pula karena miskonsepsi yang dibawa oleh guru fisika. Guru yang tidak menguasai bahan atau
mengerti bahan fisika secara tidak benar, akan menyebabkan siswa mendapatkan miskonsepsi Suparno, 2005: 42.
c. Buku 1 Buku Teks
Buku teks juga menyebabkan miskonsepsi. Entah karena bahasanya sulit dimengerti atau karena penjelasannya tidak
benar, miskonsepsi tetap diteruskan. Para peneliti menemukan bahwa beberapa miskonsepsi datang dari buku teks Lona dalam
Suparno, 2005: 44. 2 Buku Fiksi Sains Science Fiction
Seringkali pengarang membuat gagasan fisika kurang berdasarkan kaidah ilmu yang sesungguhnya. Misalnya gerak-
gerakan tokoh fiksi di udara bebas yang kadang-kadang tidak mengindahkan hukum fisika. Akibatnya, dalam diri anak
tertanam nilai dan pengertian yang tidak benar. 3 Kartun Cartoon
Gambar-gambar kartun dalam majalah sains sering kali dapat memunculkan dan menyebabkan miskonsepsi pada siswa
bila tidak mengindahkan hukum dan teori fisika yang berlaku. d. Konteks
1 Pengalaman Pengalaman siswa dapat menyebabkan miskonsepsi. Kita
dapat melihatnya dalam kasus kekekalan energi. Dalam kehidupan sehari-hari, siswa mengalami, bahwa mereka akan
merasa lelah setelah bekerja keras. Motor akan kehabisan bahan bakar bila dipakai terlalu lama dan bahan bakarnya tidak diisi
kembali. Tampak bahwa energi hilang dan tidak kekal. Di sini siswa berpikir tentang kekelan energi dalam pengertian yang
terbatas dan tidak dalam pengertian luas Stavy dalam Suparno, 2005: 47.
2 Bahasa Sehari-hari Beberapa miskonsepsi datang dari bahasa sehari-hari yang
mempunyai arti lain dengan fisika Gilbert dalam Suparno, 2005: 48. Misalnya, dalam bahasa sehari-hari siswa mengerti
dan menggunakan istilah berat dan kg. Tetapi dalam fisika, berat adalah suatu gaya, dan satuannya adalah Newton.
3 Teman Lain Orang muda sangat senang belajar dalam kelompok
bersama teman-teman
kelompoknya. Kelompok
sering didominasi oleh beberapa orang yang suaranya vokal. Bila siswa
yang dominan atau vokal itu mempunyai miskonsepsi, maka jelas mereka dapat mempengaruhi siswa lain dalam hal
miskonsepsi. 4 Keyakinan dan Ajaran Agama
Keyakinan atau agama siswa dapat juga menjadi penyebab miskonsepsi dalam bidang fisika Commins dalam Suparno,
2005: 49. Keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini secara kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat menerima
penjelasan ilmu pengetahuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
e. Metode Mengajar Beberapa metode mengajar yang digunakan guru, terlebih yang
menekankan satu segi saja dari konsep bahan yang digeluti, meskipun membantu siswa menangkap bahan, tetapi sering
mempunyai dampak jelek yaitu memunculkan miskonsepsi siswa.
5. Cara Mendeteksi Adanya Miskonsepsi