dengan menyajikan masalah nyata sehingga guru memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan di
mana guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan stategi yang dibutuhkan supaya tugas-tugas tersebut dapat diselesaikan. Selain itu,
guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya penyelidikan oleh siswa.
Menurut Arends 1997, pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan
yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Di samping itu, menurut Ibrahim dan Nur 2000 model pembelajaran ini juga mengacu pada model
pembelajaran lain, seperti pembelajaran berdasarkan proyek project-based instruction
, pembelajaran
berdasarkan pengalaman
project-based instruction
, belajar autentik authentic learning, dan pembelajaran
bermakna atau pembelajaran berakar pada kehidupan anchored instruction.
1. Ciri-ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah Problem Based Instruction
Menurut Arends 2001 : 349, berbagai pengembang pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki
karakteristik sebagai berikut Krajcik, 1999; Krajcik, Blumenfeld, Marx, dan Soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, dan Wasik, 1992, 1994;
Cognition dan Technology Group at Vanderbilt, 1990 :
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Dalam hal ini, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi
kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b. Berfokus pada keterkaitan antardisiplin di mana masalah yang diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya
siswa dapat meninjau dari berbagai mata pelajaran. c. Penyelidikan autentik yang mengharuskan siswa untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Untuk itu, siswa harus menganalisis
dan mendefinisikan
masalah, mengembangkan
hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat
inferensi, dan merumuskan kesimpulan. d. Menghasilkan produk dan memamerkannya. Siswa dituntut untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan masalah yang mereka temukan.
e. Kolaborasi. Siswa diminta untuk saling berbagi inkuiri sehingga mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.