Adaptasi terhadap kadar oksigen Adaptasi pada sistem pencernaan

56 IPA-BIOLOGI 3

2. Adaptasi Fisiologi

Berbeda dengan adaptasi morfologi yang tampak dari luar diri makhluk hidup, adaptasi fisiologi tidak begitu tampak sehingga sulit mengenalinya. Hal ini karena berkaitan dengan fungsi organ tubuh bagian dalam Beberapa contoh adaptasi fisiologi pada makhluk hidup sebagai berikut.

a. Adaptasi terhadap kadar oksigen

Oksigen merupakan zat yang sangat diperlukan makhluk hidup untuk pernapasan. Oleh karena itu, perubahan kadar zat tersebut di lingkungan akan sangat memengaruhi aktivitas organ tubuh. Di berbagai tempat dengan ketinggian yang berbeda, kadar oksigennya akan berbeda. Kadar oksigen di dataran rendah cukup tinggi. Makin tinggi suatu tempat, kadar oksigennya makin rendah. Apa yang akan terjadi, jika seseorang berpindah dari dataran rendah ke dataran tinggi atau sebaliknya? Ingatlah bahwa oksigen dari alat pernapasan akan diangkut ke sel-sel tubuh oleh sel darah merah eritrosit. Di dataran rendah kadar oksigen udara cukup tinggi sehingga absorbsi oksigen oleh pembuluh kapiler dapat berlangsung secara efektif dengan jumlah eritrosit yang normal. Apa yang akan terjadi jika orang yang jumlah eritrositnya normal pindah ke dataran tinggi yang kadar oksigennya rendah? Karena yang bertugas mengangkut oksigen di dalam tubuh adalah eritrosit, tubuh akan beradaptasi secara fisiologis dengan meningkatkan jumlah eritrosit sel darah merah. Dengan demikian, pengikatan oksigen di dalam alat pernapasan dapat berjalan efektif.

b. Adaptasi pada sistem pencernaan

Pernahkah kamu melihat saluran pencernaan herbivora, misalnya sapi? Saluran pencernaan herbivora panjang dan meng- hasilkan enzim selulase yang dapat menguraikan selulosa. Dengan adanya selulase, pencernaan makanan yang berupa tumbuhan men- jadi lebih mudah. Ingatlah, sel tumbuhan mempunyai dinding yang kuat, yang sulit untuk dicerna hewan. Adaptasi fisiologi pada sistem pencernaan juga terjadi pada cacing Teredo navalis hewan semacam kerang pengebor. Hewan ini sering disebut cacing kapal karena perusak kayu galangan kapal. Teredo navalis muda yang baru menetas mempunyai sepasang cangkok. Pada tepi cangkok terdapat gigi mirip kikir yang berfungsi mengebor kayu. Setelah dewasa, Teredo navalis menjadi makhluk mirip cacing. Pada saluran pencernaannya terdapat kelanjar yang mampu menghasilkan enzim selulase. Dengan enzim itulah kayu- kayu yang telah dilumatkan dengan gigi kikirnya dapat dicernakan. S Gambar 4.5 Sapi lebih mudah mencerna makanan karena dibantu enzim selulase yang dihasilkan oleh saluran pencernaannya Sumber: Fauna “Mamalia 2”, 2003 Di unduh dari : Bukupaket.com Kelangsungan Hidup Makhluk Hidup 57

c. Adaptasi ikan terhadap salinitas kadar garam