9. Superimposed
contour plot adalah gabungan dari semua contour plot yang dapat digunakan untuk menentukan ada tidaknya prediksi komposisi formula
optimum gel UV protection. 10.
Komposisi optimum adalah range komposisi humektan yang menghasilkan gel dengan daya sebar 4-5 cm, viskositas 275-325 d.Pa.s, dan pergeseran
viskositas ≤ 5.
D. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah filtrat perasan wortel Daucus carota, Linn., n-heksan kualitas p.a, aseton kualitas p.a, gliserol
kualitas farmasetis, sorbitol kualitas farmasetis, carbopol kualitas farmasetis, triethanolamine TEA, metil paraben kualitas farmasetis, aquadest. Alat yang
digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas PYREX, mixer, Viscotester seri VT 04 Rion-Japan, Spectrophotometer UV Genesis
TM
10, Perkin-Elmer Spektrophotometer UV-Vis Lambda 20,
lemari pendingin Refrigerator Toshiba.
E. Tata Cara Penelitian 1.
Penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel Daucus
carota, Linn
1.1 Ekstraksi beta karoten dalam wortel
a. Preparasi Wortel
Wortel segar dibersihkan dan dipotong-potong, lalu ditimbang kurang lebih 1 kg wortel yang telah dibersihkan kemudian dijus menggunakan juicer.
Hasil jus disaring tiga kali. Kemudian hasil saringan dipisahkan dengan menggunakan sentrifuge kecepatan 4000 rpm selama 15 menit sehingga
didapatkan filtrat wortel dan endapan wortel. Kemudian filtrat dan endapan dipisahkan. Bagian filtrat yang digunakan sebagai zat aktif gel UV Protection.
b. Ekstraksi beta karoten
Sampel filtrat perasan wortel yang didapat kemudian ditimbang secara seksama 3 gram. Kemudian sampel dicuci dengan 2 x 25 ml aseton,
kemudian dengan 25 ml heksan. Fase aseton dihilangkan dari ekstrak dengan 5 x 100 ml aquadest. Kemudian lapisan paling atas fraksi heksan
diambil, lalu masukkan dalam labu ukur 25 ml kemudian ditambahkan pelarut aseton : heksan = 1: 9 sampai tanda. Replikasi dilakukan sebanyak
3 kali. 1.2 Pembuatan kurva baku beta karoten
a. Pembuatan larutan stok beta karoten Timbang kurang lebih seksama 10,0 mg beta karoten murni kemudian
larutkan dengan pelarut aseton : heksan 1:9 sampai 25 ml. b.
Pembuatan larutan intermediet beta karoten Ambil 2,5 ml larutan stok ke dalam labu ukur 25 ml kemudian
encerkan dengan pelarut aseton:heksan 1:9 sampai tanda. c.
Pembuatan larutan baku beta karoten Pipet larutan intermediet sebanyak 1,25; 2,5; 3,75; 5,0; dan 6,25 ml
masing-masing ke dalam labu ukur 25 ml dan larutkan dalam pelarut
aseton:heksan 1:9 sampai tanda sehingga didapat konsentrasi 2; 4; 6; 8; 10 ppm.
d. Scanning
panjang gelombang serapan maksimum larutan baku beta karoten Scanning
max
dengan menggunakan 3 seri larutan baku 2, 6, 10 ppm. Kemudian dari ketiga seri larutan baku dibandingkan kurva serapannya.
e. Pengukuran absorbansi larutan seri baku Tiap-tiap larutan seri baku 2; 4; 6; 8; 10 ppm diukur aborbansi pada
max yang didapat. Kemudian dibuat persamaan regresi linier antara konsentrasi dengan absorbansi.
1.3 Penetapan kadar beta karoten dalam filtrat perasan wortel Absorbansi sampel filtrat diukur pada max. Kadar beta karoten dalam
filtrat perasan wortel dihitung berdasarkan persamaan kurva baku yang didapat.
2. Memprediksi nilai SPF beta karoten dalam filtrat perasan wortel
Scanning serapan pada panjang gelombang 365 nm Timbang 0,875 gram yang mengandung beta karoten setara dengan
jumlah beta karoten yang dimasukkan dalam gel UV protection filtrat perasan wortel. Setelah itu larutkan dalam kloroform hingga 25 ml,
kemudian lakukan scanning pada UV 250-400 nm untuk mengetahui profil serapan dari beta karoten pada panjang gelombang UV. Setelah itu diukur
serapannya pada panjang gelombang 365 nm. Pengukuran serapan ini dilakukan dalam 3 kali replikasi.
Penentuan dan pengukuran serapan filtrat perasan wortel Dari
hasil scanning
serapan pada 365 nm, serapan yang didapat dihitung sebagai nilai SPF, menggunakan rumus:
A = log
10
SPF Walters et al., 1997.
3. Optimasi pembuatan gel UV Protection
Ta be l I I I . Cle a r Aqu e ou s Ge l de n ga n D im e t icon e
Bahan Jumlah gram
Aquadest 59,8
Carbomer 0,5 Triethanolamin 1,2
Gliserol 34,2 Propilene Glikol
2,0 Dimetikon copoliol
2,3
Ta be l I V . Kom posisi For m u la ba r u se t e la h dila k u k a n m odifik a si u n t u k se dia a n 1 0 0 gr a m
Bahan Jumlah gram
Aquadest 47
Carbomer 1
Triethanolamin 0,5 Gliserol 0-48
Sorbitol 0-48 Propilenglikol 0-48
zat aktif filtrat perasan wortel 3,5
Rancangan formula simplex lattice design dengan komposisi sorbitol, gliserol, dan propilenglikol yang berbeda dalam penelitian :
Ta be l V . For m u la Sim ple x La t t ice D e sign
Formulagram I II III IV V VI VII VIII IX X
Sorbitol 48 0 0 24 24 0 16 32 8 8
Gliserol 0 48 0 24 0 24 16 8 32 8
Propilenglikol 0 0 48 0 24 24 16 8 8 32 Carbopol
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 Aquadest
47 47 47 47 47 47 47 47 47 47 Trietanolamin 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Filtrat Perasan Umbi Wortel
3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
Prosedur : Carbopol
ditambah aquadest
kemudian dimikser 400 rpm selama 10 menit. Campuran komponen humektan dimikser selama 200 rpm selama 5 menit.
Kemudian campuran carbopol, campuran humektan dan filtrat dimikser dengan kecepatan 200 rpm selama 5 menit. Langkah terakhir ditambahkan TEA pada
campuran, dimikser sampai terbentuk massa yang kental dan homogen.
4. Uji Sifat Fisis Formula
a. Uji Daya Sebar Uji daya sebar sediaan gel UV Protection filtrat perasan wortel
dilakukan langsung setelah pembuatan, dengan cara: gel ditimbang seberat 1 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca
bulat lain ditambah dengan pemberat sehingga total berat diatas gel 125 gram. Setelah didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat penyebarannya
Garg et al., 2002. Kemudian dilakukan pengulangan pengukuran sebanyak enam kali.
b. Uji Viskositas Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04
dengan cara: gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum
penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu 1 segera setelah gel selesai dibuat dan 2 setelah disimpan selama 1 bulan dengan replikasi
sebanyak enam kali Voigt,1994.
F. Analisa Data
Data uji fisis diolah dengan pendekatan simplex lattice design untuk menghitung koefisien A, B, C, AB, AC, BC dan ABC sehingga didapatkan
persamaan: Y = AX
1
+ BX
2
+ CX
3
+ ABX
1
X
2
+ ACX
1
X
3
+ BCX
2
X
3
+ ABCX
1
X
2
X
3
. Dibuat persamaan simplex lattice design dan dibuat contour plot yang menggambarkan garis respon yang diinginkan.
Tiap persamaan diuji validitasnya secara statistik menggunakan uji F dengan taraf kepercayaan 95. Apabila valid maka dapat dilakukan prediksi
respon tertentu dari campuran humektan dalam berbagai komposisi.Untuk mendapatkan area komposisi optimum, masing-masing contour plot respon
dijadikan satu dalam superimposed contour plot.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Filtrat Wortel
Langkah awal yang dilakukan adalah menyiapkan sejumlah wortel yang diperlukan. Wortel-wortel ini diperoleh dari daerah sejuk Kopeng. Daerah ini
dipilih dengan alasan, wortel yang dihasilkannya memiliki kualitas dan kuantitas yang terjamin. Dipilih wortel-wortel yang masih segar dan diusahakan memiliki
umur dan bentuk yang seragam. Setelah terkumpul sejumlah wortel yang diperlukan, kemudian wortel-wortel ini dicuci sampai bersih dengan air mengalir.
Pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran-kotoran seperti debu, sisa tanah dan kotoran-kotoran lainnya yang masih melekat pada wortel.
Wortel yang sudah bersih ini kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan pada udara terbuka selama beberapa saat. Setelah kering
kemudian wortel-wortel ini ditimbang sejumlah ± 1kg, diharapkan dapat diperoleh hasil perasan yang cukup untuk membuat 10 formula gel dimana setiap untuk
setiap formula gel 200 gram dibutuhkan 7 gram filtrat perasan wortel. Kemudian dipotong-potong menjadi bagian-bagian yang lebih kecil maksudnya adalah untuk
memudahkan proses penyarian dengan alat juicer yang digunakan. Pemotongan yang dilakukan tidak boleh terlalu kecil dan tipis, karena akan menyusahkan
proses penyarian yang akan dilakukan dengan juicer. Alat juicer ini dipilih karena dalam proses kerjanya tidak membutuhkan air tambahan, mengingat bahwa yang
ingin diperoleh adalah air perasan wortel saja tanpa adanya air tambahan dari luar.