5 0 RH Sinar UV, UV protection dan SPF

Ta be l I . H igr osk opisit a s da n k e m a m pu a n h u m e k t a n m e n gik a t a ir 2 5

C, 5 0 RH

Humektan Higroskopisitas H 2 0 mg100mg Kapasitas Ikat Air Total H 2 0 mg100mg DPG 12 8 Sorbitol 1 21 PEG 200 20 22 Glyserin 25 40 Na-PCA 44 60 Na-laktat 56 84 Rawlings et al., 2002. H 3 C C H OH C H 2 OH Ga m ba r 6 . St r u k t u r Pr opile n glik ol An on im , 1 9 9 5 Propilenglikol merupakan bahan yang berfungsi sebagai humektan, pelarut, plasticizer. Fungsi lain propilenglikol adalah sebagai pengawet pada konsentrasi 15-30, hygroscopic agent, desinfectan, stabilizer vitamin dan pelarut pengganti yang dapat campur dengan air Anonim, 1983. Propilenglikol digunakan sebagai gelling agent pada konsentrasi 1-5 , stabil pada pH 3-6 dan harus mengandung pengawet Allen and Loyd, 2002. Propilenglikol merupakan bahan yang tidak berbahaya dan aman digunakan pada produk kosmetik dengan konsentrasi lebih dari 50 Loden, 2001. Propilenglikol tidak menyebabkan iritasi lokal bila diaplikasikan pada membran mukosa, subkutan atau injeksi intramuskular, dan telah dilaporkan tidak terjadi reaksi hipersensitivitas pada 38 pemakai propilenglikol secara topikal Anonim, 1983.

F. Sinar UV, UV protection dan SPF

Sinar matahari terdiri dari tiga kategori yang dikelompokkan berdasarkan panjang gelombangnya, yaitu UV, sinar tampak, dan infra merah. UV dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu UV A 320-400 nm, UV B 290-320 nm, dan UV C 200-290 nm. Sinar UV C umumnya tidak mencapai permukaan bumi karena memiliki panjang gelombang yang paling pendek sehingga terserap seluruhnya di lapisan ozon. Sinar UV B memiliki panjang gelombang yang lebih panjang daripada UV C sehingga masih dapat melewati lapisan ozon sekitar 10. Apabila lapisan ozon menipis, sinar UV B yang dapat melewati lapisan ozon akan semakin banyak sehingga UV B yang mencapai permukaan bumi akan meningkat jumlahnya. Sinar UV A memiliki panjang gelombang yang paling panjang diantara sinar UV dekat lainnya sehingga sinar ini hampir seluruhnya dapat melewati lapisan ozon. Dengan demikian sinar UV yang paling banyak mencapai permukaan bumi adalah sinar UV A. Sinar UV B dapat memberikan efek positif dengan menginduksi produksi vitamin D di kulit. Sepuluh dari seribu kematian di US setiap tahunnya disebabkan oleh kanker akibat kekurangan UV B kekurangan vitamin D. Kekurangan vitamin D juga dapat menyebabkan osteomalasia, yang dapat mengakibatkan sakit pada tulang, sulit menahan berat badan karena rapuhnya massa tulang, dan terkadang patah tulang Anonim, 2007a. UV B merupakan sinar UV yang paling bertanggung jawab mengakibatkan sunburn di kulit. Sinar ini hanya mampu menembus kulit sampai pada lapisan epidermis, dimana pada lapisan ini terdapat keratinosit sel kulit, sel basal, dan sel melanosit. Sel melanosit mensintesis enzim tirosinase dan pigmen melanin yang kemudian dipindahkan ke keratinosit dan menimbulkan warna di kulit. UV B akan merangsang sel melanosit untuk membentuk melanin lebih banyak, akibatnya kulit akan menjadi lebih gelap yang sering disebut terbakar, atau jika ukurannya sangat kecil biasa disebut titik atau flek hitam Anonim, 2005. UV B akan menginduksi pembentukan radikal bebas, dimana jika tubuh sudah tidak mampu menahan radikal bebas yang jumlahnya sangat berlebih maka radikal bebas tersebut akan bereaksi dengan molekul yang ada di dekatnya sehingga akan merusak molekul dan struktur sel. Perusakan ini akan mendorong timbulnya kanker kulit seperti melanoma Anonim, 2005. Sinar UV yang memiliki panjang gelombang paling tinggi adalah UV A. Sinar ini dapat menembus kulit sampai ke lapisan dermis, dimana pada lapisan ini terdapat kolagen, elastin, pembuluh darah, dan ujung saraf. Lapisan ini memberikan perlindungan bagi kulit. Paparan UV A dalam jangka panjang dapat merusak dan menyusutkan kolagen dan elastin, dengan demikian lapisan terluar epidermis akan mengkerut atau tidak terikat lagi dengan jaringan tubuh Anonim, 2005. Minimal erythema dose MED adalah karakteristik untuk mengetahui sensitivitas dari seseorang untuk mengalami resiko erythema akibat paparan sinar UV Sies and Stahl, 2004. SPF merupakan perbandingan MED Minimal Erythema Dose pada kulit manusia yang terlindungi oleh agen UV protection dengan MED kulit manusia tanpa perlindungan agen UV protection Walters et al. , 1997. Meskipun pengukuran SPF dapat dilakukan secara alami, namun juga diketahui hubungan yang sederhana antara SPF dan absorbansi sebagai berikut : ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − = Io I A 10 log SPF SPF A 10 10 log 1 log = ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ − = Walters et al. , 1997. I sebagai intensitas sinar dengan pemakaian sunscreen dan A merupakan absorbansi. Suatu produk dikatakan mempunyai harga SPF 2 apabila seseorang menggunakan sunscreen dan dia memperoleh perlindungan dari radiasi UV tanpa mengalami burning dua kali lebih lama dibandingkan jika dia tidak menggunakan sunscreen Walters et al., 1997.

G. Radikal bebas dan Antioksidan karotenoid