107
3. Siklus II
Setelah mengakomodasi masukan dari siklus I, dalam pelaksanaan perbaikan  siklus  II  bertujuan  untuk  memperbaiki  tindakan  pada  siklus  I.
Siklus  II  dilaksanakan  I  kali  pertemuan,  dengan  alokasi  waktu  1  x  30 menit. Pada siklus II, tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Siklus  II dilaksanakan untuk  memperbaiki hambatan-hambatan yang terjadi pada saat siklus I, yaitu peneliti membawakan cerita yang
berbeda dan lebih menarik dengan media boneka dari kain flanel yang disesuaikan dengan cerita yang telah dipilih.
Sebelumnya  peneliti  mengkonsultasikan  cerita  terlebih  dahulu kepada  guru  kelas  yang  bersangkutan.  Alasan  pemilihan  cerita
bawang  merah  dan  bawang  putih  karena  di  dalam  cerita  tersebut mengandung nilai-nilai sosial yaitu saling menolong dan iri hati hanya
akan  merugikan  diri  sendiri.  Pemilihan  boneka  disesuaikan  dengan cerita  yang  akan  dibawakan.  Pada  tahap  siklus  kedua  ini  peneliti
memilih figur keluarga yaitu: ibu, nenek, kakak dan adik. Penggunaan boneka figur keluarga dimaksudkan untuk memperkenalkan siapa saja
yang termasuk anggota dalam keluarga. Melalui boneka figur keluarga ini anak-anak diharapkan bisa peduli dan menghormati anak lain yang
tidak memiliki salah satu anggota keluarga.
108
Ket: Peneliti bercerita dengan boneka
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada  tahap  ini  peneliti  melaksanakan  tindakan  sesuai  dengan SPB  dan  media  boneka  yang  telah  disiapkan.  Peneliti  sebelumnya
telah  mengkonsultasikan  kepada  dosen  pembimbing  dan  guru  kelas yang  bersangkutan.  Selama  bimbingan  berlangsung  peneliti  dibantu
oleh 2 mitra kolaboratif peneliti dalam melakukan pengamatan. Topik yang  dibahas  dalam  pelaksanaan  tindakan  siklus  I  adalah  “peduli
terhadap  sesama”.  Siklus  II  dilaksanakan  pada  tanggal  5  Desember 2013 mulai pukul 09.30 WIB sampai 10.00 WIB. Jumlah siswa yang
hadir pada siklus II berjumlah 20 siswa. Aktivitas-aktivitas bimbingan yang terjadi pada siklus II sebagai berikut :
1 Kegiatan Awal
a Peneliti membuka pertemuan dengan salam dan ice breaking
agar suasana menjadi nyaman.
109
b Peneliti mengajak anak-anak duduk melingkar dan diacak, hal
ini  bertujuan  agar  anak-anak  tidak  hanya  bergabung  dengan teman-teman terdekat.
c Peneliti  mengenalkan  tokoh-tokoh  yang  ada  dalam  cerita
“Bawang  Merah  dan  Bawang  Putih”  dengan  menggunakan boneka.
2 Kegiatan Inti
a Peneliti  bercerita  menggunakan  boneka  dengan  judul  cerita
“Bawang Merah dan Bawang Putih”. Cerita ini menceritakan tentang alkisah dua orang perempuan yang baik hati bawang
putih  dan  berhati  jahat  bawang  merah  serta  ibu  tiri  yang jahat  ibu  bawang  merah.  Bawang  putih  pernah  diusir  oleh
ibu tirinya dan kemudian dia bertemu dengan seorang nenek yang  baik  hati  dan  memberinya  labu  yang  berisi  emas.
Bawang  merah  dan  ibunya  iri  melihatnya,  akhirnya  mereka berdua datang untuk menemui sang nenek dan meminta labu
tapi  yang  terjadi  adalah  labu  itu  berisi  ular  yang  membunuh mereka  berdua.  Sebelumnya  peneliti  mengkonsultasikan
cerita terlebih dahulu kepada guru kelas yang bersangkutan. Alasan  pemilihan  cerita  bawang  merah  dan  bawang
putih  karena  di  dalam  cerita  tersebut  mengandung  nilai-nilai sosial  yaitu  saling  menolong  dan  iri  hati  hanya  akan
merugikan diri sendiri. Pemilihan boneka disesuaikan dengan
110
cerita  yang  akan  dibawakan.  Pada  tahap  siklus  kedua  ini peneliti  memilih  figur  keluarga  yaitu:  ibu,  nenek,  kakak  dan
adik.  Penggunaan boneka figur  keluarga dimaksudkan untuk memperkenalkan  siapa  saja  yang  termasuk  anggota  dalam
keluarga.  Melalui  boneka  figur  keluarga  ini  anak-anak diharapkan bisa peduli dan menghormati anak lain yang tidak
memiliki salah satu anggota keluarga. b
Peneliti  bertanya  pada  anak-anak  mengenai  cerita  yang disampaikan “siapa saja nama-nama pemain yang ada dalam
cerita?”,  “siapa  yang  mau  menjadi  bawang  merah,  bawang putih, ibu tiri dan nenek? Mengapa?”.
Anak-anak  merespon  secara  bersama-sama  secara  spontan saat diberi pertanyaan.
c Peneliti mengajak anak-anak bermain menggunakan boneka.
Peneliti menetapkan judul cerita yaitu pak tani, bebek dan si kancil  yang  suka  mencuri.  Peneliti  menanyakan  pada  anak-
anak  siapakah  yang  ingin  menjadi  peran  dalam  tokoh  cerita itu,  lalu  anak-anak  bersemangat  ingin  menjadi  salah  satu
tokoh  yang  ada  dalam  cerita.  Anak-anak  kemudian  memilih boneka sesuai dengan keinginannya.
Setelah  anak-anak  selesai  mengambil  boneka  peneliti memulai  membuka  “teman-teman  yang  pintar  mari  kita
mendengarkan cerita pak tani, bebek dan si kancil yang suka
111
mencuri”.  Anak-anak  dengan  bersemangat  mendengarkan cerita. Peneliti bertanya „ pak tani, apa yang bapak tanam di
ladang  itu?”,  lalu  pak  tani  menjawab”  aku  menanam  cabe, tomat,  timun  dan
kol”.  Kemudian  bebek  mencetus  “aku temannya  pak  tani  dan  suka  membantu  pak  tani”.  Pak  tani
dan bebek bersahabat. Peneliti  bertanya  kepa
da  kancil  “halooo  kancil”,lalu kancil  menjawab”  hai  hahahah  aku  mau  mencuri  di
ladangnya  pak  tani‟.  Pak  tani  mendapati  hasil  tanamannya hilang  setiap  hari.  Lama  kelamaan  pak  tani  mengetahui
kancilah yang sering mencuri tanamannya, hati pak tani sedih sekali. Sang kodok merasa kasihan kepada pak tani.  Peneliti
bertanya kepada anak- anak “teman-teman mari kita bantu pak
tani dan sang kodok supaya tanaman pak tani tidak dicuri lagi oleh  kancil”.  Kemudian  anak-anak  menjawab  “  kita  buat
lubang  supaya  kancil  masuk  lubang,  buat  tali  lalu  diikat, disemprot”.  Peneliti  bertanya  kepada  pak  tani  “bagaimana
pak  tani”?  lalu  pak  tani  menjawab  “ahaaa  kita  buat  lubang saja biar kancil masuk lubang terus mati”. Kemudian pak tani
membuat  lubang  dengan  dibantu  sang  kodok.  Akhirnya kancil  punterperangkap  dalam  lubang  itu  dan  menjerit-jerit
kesakitan. Lalu kancil meminta maafkepada pak tani dan pak
112
tani  pun  memaafkan  kancil  dengan  syarat  janji    tidak  akan mengulangi lagi.
Melalui  bermain  boneka  ini  anak-anak  diharapkan bisa  peduli  dengan  teman-teman  atau  orang  yang  sedang
berkesusahan.  Melalui  cerita  menggunakan  boneka,  anak- anak  bersama  diajak  untuk  membantu  pak  tani  yang  sedang
susah karena tanamannya dicuri oleh kancil. Peneliti bertanya kepada  anak-
anak dalam cerita tadi “siapa yang menyerupai kamu?”,  siapakah  yang  tidak  seperti  kamu?”.  Anak-anak
antusias dan bersemangat saat bimbingan berlangsung. 3
Penutup: a
Peneliti  melakukan  evaluasi  mengenai  bimbingan  hari  ini dengan  cara  bertanya  kepada  anak-anak  apakah  hari  ini
menyenangkan atau tidak. b
Peneliti mengajak anak-anak membereskan tempat dan kursi c
Peneliti mengajak anak-anak berdoa dan bersiap-siap pulang. d
Peneliti mengajak anak-anak mengucapkan salam  kemudian pulang.
c. Data Hasil Wawancara dan Observasi
1. Data Hasil Wawancara
Berdasarkan  wawancara  dengan  guru  pendidik  maka  ditemukan pernyataan sebagai berikut:
113
a Bimbingan  hari  ini  sangat  menyenangkan  karena
menggunakan  media  boneka  dan  cerita  yang  bervariasi sehingga  anak-anak  sangat  tertarik  dan  antusias  baik  dari
cerita  yang  dibawakan  maupun  dengan  media  boneka  itu sendiri.
b Bermain  boneka  dengan  bercerita  dapat  meningkatkan
kerjasama  anak.  Anak  yang  biasanya  hanya  diam  sekarang sudah  mulai  mau  berbicara.  Anak-anak  sudah  mulai  mau
berbaur  dengan  teman-teman  yang  lain.  Anak-anak  sangat antusias dan bersemangat saat mengikuti bimbingan.
c Ya,  sebagian  besar  anak-anak  mendengarkan  saat  peneliti
bercerita  menggunakan  media  boneka,  hal  ini  terliahat  saat anak-anak  bisa  menjawab  pertanyaan  yang  diberikan  oleh
peneliti. d
Ya,  ketika  ada  teman  yang  sedang  bercerita  di  depan  kelas sebagian
anak sudah
bisa mendengarkan
serta memperhatikan.
e Anak-anak sudah saling menyapa, mengucapkan terima kasih
dan mengucapkan salam tanpa harus ada aba-aba dari guru. f
Ya, sebagian besar anak sudah mampu menatap teman yang mengajaknya  bicara  tanpa  mengalihkan  pandangan  ke  arah
lain.
114
g Anak-anak  sebagian  besar  merespon  saat  diberi  pertanyaan,
serta  mampu  bersama-sama  memecahkan  masalah  yang diberikan secara bersama-sama.
h Anak-anak  mampu  membereskan  tempat  yang  dipakai  saat
bimbingan berlangsung tanpa aba-aba dari guru. 2.
Data Hasil Observasi
a
Kuantitatif
Tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan  bekerjasama  anak  dan  mengatasi  masalah-
masalah yang ada sehingga mencapai target yang diinginkan. Observasi  yang  dilakukan  pada  saat  bimbingan  berlangsung
menghasilkan  data  siklus  II  yang  dirangkum  dalam  hasil observasi 20 anak sebagai berikut :
Tabel 4.4. Perkembangan keterampilan bekerjasama anak siklus II
Hal-hal yang diobservasi Jumlah anak
BB MB  BSH  BSB
1. Anak dapat mendengarkan
dengan sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan
4 5
5 6
20  25  25  30 2.
Anak  dapat mendengarkan ketika teman sedang
berbicara 3
6 6
5 15  30  30  25
3. Anak bisa merespon saat
diberi pertanyaan 3
5 6
6 15  25  30  30
4. Anak menyapa teman-
temannya 3
4 5
8 15  20  25  40
5. Anak  dapat mengucapkan
salam 2
5 6
7 10  25  30  35
6. Anak bisa mengucapkan
2 6
6 6
115
terima kasih 10  30  30  30
7. Anak berbicara secara sopan
kepada orang lain 3
6 6
5 15  30  30  25
8. Anak saling senyum dengan
teman 1
5 6
8 5
25  30  40 9.
Anak dapat menatap teman yang sedang berbicara
1 6
6 7
5 30  30  35
10. Anak mau memberi
semangat kepada teman 2
5 7
6 10  25  35  30
11. Anak bisa berbicara dengan
jelas 3
6 5
6 15  30  25  30
12. Anak bisa mengungkapkan
perasaannya 1
6 6
7 5
30  30  35 13.
Anak menunjukan muka senang mata berbinar
1 5
7 7
5 25  35  35
14. Anak duduk dengan tegap
2 5
5 8
10  25  25  40 15.
Anak menunjukan rasa gembira
6 7
7 30  35  35
16. Anak bersama-sama menata
ruang kelas 2
6 6
6 10  30  30  30
17. Anak mau membereskan
alat-alat yang digunakan setelah bermain
2 5
6 7
10  25  30  35 18.
Anak tidak langsung pergi meninggalkan ruang kelas
1 5
6 8
5 25  30  40
Tabel Prosentase  Nilai siklus II Apabila
dipresentase keberhasilan
keterampilan bekerjasama  dari  20  anak  pada  siklus  II  adalah  sebagai
berikut:
116
No Hal-hal yang diobservasi
Hasil observasi
siklus II
1. Anak dapat mendengarkan dengan
sungguh-sungguh ketika diberi penjelasan
80
2. Anak dapat mendengarkan ketika teman
sedang berbicara 85
3. Anak bisa merespon saat diberi
pertanyaan 85
4. Anak menyapa teman-temannya
85 5.
Anak  dapat mengucapkan salam 90
6. Anak bisa mengucapkan terima kasih
90 7.
Anak berbicara secara sopan kepada orang lain
85 8.
Anak saling senyum dengan teman 95
9. Anak dapat menatap teman yang sedang
berbicara 95
10.  Anak mau memberi semangat kepada teman
90 11.  Anak bisa berbicara dengan jelas
85 12.  Anak bisa mengungkapkan  perasaannya
95 13.  Anak menunjukan muka senang mata
berbinar 95
14.  Anak duduk dengan tegap 90
15.  Anak menunjukan rasa gembira 100
16.  Anak bersama-sama menata ruang kelas 90
17.  Anak mau membereskan alat-alat yang digunakan setelah bermain
90 18.  Anak tidak langsung pergi meninggalkan
ruang kelas 95
RATA-RATA 90
Tabel  Prosentase  Nilai Perkembangan Siklus II
117
b
Kualitatif
Berdasarkan  observasi  pada  siklus  II,  anak-anak menunjukan  rasa  gembira,  anak-anak  mendengarkan  dengan
sungguh-sungguh, anak-anak
merespon saat
diberi pertanyaan.  Namun  masih  terdapat  anak  yang  belum
bersama-sama  menata  ruang  kelas.  Pada  bimbingan  hari  ini siswa  tampak  lebih  serius  dan  antusias  mendengarkan  cerita
menggunakan media boneka.
Observasi yang dilakukan peneliti tidak hanya di dalam kelas tetapi di luar kelas terutama saat jam istirahat. Saat jam
istirahat  hampir semua anak-anak berhamburan untuk  keluar kelas  dan  bermain.  Peneliti  menjumpai  beberapa  anak  yang
tinggal  di  dalam  kelas.  Anak-anak  membuka  bekal  mereka dan  makan  di  kelas.  Salah  satu  anak  membuka  bekalnya
namun  karena  terlalu  kuat  membuka  tutupnya  maka makanannya pun berhamburan di lantai. Lalu si anak tersebut
menangis  dan  seketika  itu  juga  teman-teman  yang  ada  di kelas bersama-sama membantu membereskan makanan  yang
jatuh  ke  lantai.  Teman-teman  yang  lain  menawarkan makanannya dan kemudian mereka makan bersama.
Di  luar  kelas  dijumpai  anak  laki-laki  sedang  bermain sepak  bola  sendiri  kemudian  datang  beberapa  anak
mendatanginya.  Lalu  si  anak  tersebut  mengajak  anak-anak
118
yang  lain  untuk  bermain  bola  secara  bersama-sama.  Dengan
rasa gembira mereka bermain bola secara bersama sama.
Berdasarkan  observasi  yang  dilakukan  oleh  peneliti maka  peneliti  dapat  menyimpulkan  bahwa  anak-anak  sudah
berkembang  dengan  baik  dalam  bekerjasama  dengan  orang lain.  Hal  ini  dapat  dilihat  pada  anak-anak  yang  dengan
sendirinya  tanpa bantuan orang lain dapat  membantu  teman-
teman yang lain. d.
Refleksi
Setelah  dilaksanakan  bimbingan  peneliti  melakukan  refleksi yang  mencakup  kognitif,  afektif  dan  psikomotorik.  Hal  ini  bertujuan
untuk melihat
seberapa besar
perkembangan keterampilan
bekerjasama  anak  melalui  metode  bercerita  dengan  media  boneka. Ranah  kognitif  adalah  ranah  yang  mencakup  kegiatan  mental  otak.
Pada siklus  II anak-anak mampu secara kognitif. Hal  ini terlihat  saat peneliti  bertanya  kembali  mengenai  cerita  anak-anak  mampu
menjawab  dan  menerangkan  kembali,  saat  anak-anak  diajak  bermain boneka  dengan  judul  yang  telah  ditetapkan  anak-anak  mampu
bercerita  dengan  baik  dan  ketika  peneliti  mengajak  anak-anak bersama-sama  untuk  memecahkan  masalah  dalam  cerita  anak-anak
pun  mampu  bersama-sama  memecahkan  masalah  tersebut.  Ranah afektif  adalah  ranah  yang  berkaitan  dengan  sikap  dan  nilai.  Pada
siklus  II  beberapa  anak  sudah  mampu  secara  afektif.  Hal  ini  bisa
119
dilihat  ketika  beberapa  anak  sudah  mulai  memperhatikan  teman ataupun  orang  lain  yang  sedang  berbicara  di  depan,  beberapa  anak
sudah mampu menghargai teman-teman dalam kelompok, anak sudah mampu  mengorganisir  teman-temannya  membereskan  tempat  yang
mereka  pakai.  Ranah  psikomotorik  merupakan  ranah  yang  berkaitan dengan  keterampilan  skill  atau  kemampuan  bertindak  setelah
seseorang  menerima  pengalaman  belajar  tertentu.  Beberapa  anak sudah  mampu  mempraktikan  sikap  bekerjasama  yang  terlihat  saat
anak-anak  bersama-sama  membantu  temannya  yang  kesusahan, mendengarkan penjelasan dan mengucapkan salam.
Berdasarkan  pengamatan  yang  dilakukan,  tampak  bahwa antusias  dan  semangat  anak  mengikuti  bimbingan  pada  saat
mendengarkan cerita menggunakan media boneka pada siklus II lebih baik  dibandingkan  dengan  siklus  I.  Hal  ini  dilihat  dari  sikap  anak
yang  mendengarkan  dan  bersemangat  saat  peneliti  bercerita menggunakan  media  boneka.  Pada  saat  kegiatan  bermain  boneka
sudah tampak bahwa ada peningkatan kerjasama antar anak, misalnya saat memecahkan masalah.
4. Siklus III