48
E. Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Menurut Biecheler dan Snowman dalam Patmonodewo, 2003 menyatakan bahwa anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3
sampai 6 tahun. Mereka pada umumya mengikuti program prasekolah dan Taman Kanak kanak. Di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program
Tempat Penitipan Anak 3 sampai 5 tahun dan kelompok bermain usia 3 tahun, sedangkan pada usia 4 sampai 6 tahun pada umumnya mereka
mengikuti program Taman Kanak-kanak. Anak prasekolah adalah anak yang belum memasuki pendidikan di
bangku Sekolah Dasar SD. Anak-anak dengan usia 3-6 tahun pada umunya mengikuti program Taman Kanak-kanak. Program Taman
Kanak-kanak dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B. Kelas A merupakan kelas anak -anak yang lebih kecil yaitu usia 3-4 tahun dan
kelas B merupakan kelas anak -anak yang lebih besar yaitu 5-6 tahun.
2.
Karakteristik
Anak Usia Dini
Anak Taman Kanak-kanak berusia antara empat sampai enam tahun, dan setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, yang harus
dipahami oleh para guru, sehingga kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan minat, kebutuhan dan tingkat pemahaman anak. Hal itu sesuai
dalam Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Raudhatul Athfal 2005, Departemen Agama RI. Pengertian karakteristik anak itu sendiri menurut
Oemar Hamalik 2002 adalah perilaku awal sebagai tingkah laku yang
49
harus diperoleh anak sebelum memperoleh tingkah laku terminal yang baru. Perilaku awal tersebut meliputi kesiapan, kematangan, perbedaan
individual, dan kepribadian. Menurut Sunarto Hartono 2002, setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga muncul
perbedaan individu yang meliputi berbagai bidang yaitu: a. Perbedaan kognitif.
b. Perbedaan dalam kecakapan bahasa. c. Perbedaan dalam kecakapan motorik.
d. Perbedaan latar belakang. e. Perbedaan bakat.
f. Perbedaan kesiapan belajar. Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa karakteristik anak usia
dini meliputi kesiapan, kematangan, perbedaan individual, dan kepribadian yang yang dilihat dari aspek fisik motorik, kognitif, bahasa,
sosial-emosional. 1 Fisik Motorik
Perkembangan motorik dibagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar. Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena
adanya koordinasi otot-otot besar, seperti: berjalan, melompat, berlari, melempar dan memanjat, dan lain sebagainya. Sedangkan
motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot halus, seperti: menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain
50
sebagainya. Menurut Hurlock 1978 perkembangan motorik tergantung pada:
a Perkembangan syaraf dan otot.
b Kematangan fisik.
c Mengikuti pola yang dapat diramalkan.
d Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik.
e Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.
Mempelajari keterampilan motorik perlu di perhatikan pula kesiapan dan kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, bimbingan,
model yang baik serta motivasi Hurlock, 1978 dengan cara trial and error, meniru dan pelatihan. Anak usia TK memiliki sejumlah ciri
fisik sebagai berikut: a
Sangat aktif. Anak usia ini sangat menyukai kegiatan yang dilakukan atas kemauan sendiri.
b Memerlukan istirahat yang cukup. Setelah melakukan banyak
aktivitas, meskipun sering tidak disadari anak memerlukan istirahat.
c Otot-otot besar besar lebih berkembang daripada kontrol
terhadap jari dan tangan. Sehingga anak belum dapat melakukan aktivitas yang rumit.
d Koordinasi tangan dan matanya kurang sempurna karena anak
sulit mengalami kesulitan dalam memfokuskan pandangannya pada objekobjek yang kecil ukurannya.
51
e Tulang tengkorak masih lunak, sehingga berbahaya jika terjadi
benturan. f
Motorik halus anak perempuan lebih terampil daripada anak laki-laki. Snowman Patmonodewo, 2003.
2 Kognitif Piaget Santrock, 2007 mendiskripsikan perkembangan
kognitif anak dalam beberapa tahapan, dan anak usia TK berada pada tahap pra operasioanal yaitu: anak mulai menggunakan gambaran
gambaran mental untuk memahami dunianya. Pemikiran-pemikiran simbolik, yang direfleksikan dalam penggunaan kata-kata dan
gambargambar mulai digunakan dalam penggambaran mental, yang melampaui hubungan informasi sensorik dengan tindakan fisik. Akan
tetapi, ada beberapa hambatan dalam pemikiran anak pada tahapan ini seperti egosentrisme dan sentralisasi. Hal yang berperan penting
dalam perkembangan kognitif menurut Vygotsky Santrock, 2007 adalah orang lain dan bahasa. Vygotsky berpendapat bahwa anak
mengembangkan konsep-konsep lebih sistematis, logis, dan rasional
dengan cara berinteraksi. Perkembangan kognitif berhubungan dengan konteks sosial. Menurut Bandura Crain, 2007:, sosialisasi
merupakan proses inklusif yang mempengaruhi hampir tiap jenis perilaku, termasuk kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis.
52
3 Bahasa Anak usia tiga sampai lima tahun oleh Seefeldt Wasik
2008 merupakan masa dahsyat di bidang bahasa. Anak usia empat tahun terjadi peledakan perbendaharaan kata mencapai 4000 sampai
6000 kata. Akan tetapi sering terjadi pemakaian salah kata dan salah nama benda karena begitu banyak kata-kata baru yang dipelajari.
Bercakap-cakap merupakan kegiatan favorit pada usia ini. Perbendaharaan kata anak meluas sampai 5000 ke 8000 kata pada
usia lima tahun. Pada usia ini struktur kalimat yang digunakan anak menjadi lebih rumit. Anak prasekolah menurut Santrock 2007
mengalami kemajuan dalam pragmatik. Mereka lebih pandai dalam bercakap-cakap dan muncul pendekatan analitis. Pendekatan analitis
ini muncul jika anak diminta mengatakan sesuatu yang pertama kali muncul dalam benak mereka ketika mereka mendengar suatu kata.
Hal penting dalam belajar bicara menurut Hurlock 1978 adalah sebagai berikut:
a Persiapan fisik untuk berbicara. Kematangan mekanisme bicara
merupakan kematangan syaraf dan otot mekanisme suara yang meliputi saluran suara kecil, langit-langit mulut datar, dan lidah.
b Kesiapan mental untuk berbicara. Kesiapan mental berhubungan
dengan kematangan otak khususnya pada bagian-bagian asosiasi otak. Kesiapan ini berkembang pada usia 12 dan 18 bulan.
53
c Model yang baik untuk ditiru. Model ini diperlukan anak untuk
mengucapkan kata dengan benar, dan menggabungkan kata menjadi kalimat yang benar. Jika model yang baik ini kurang
maka anak sulit belajar bicara dan hasilnya berada di bawah kemampuan mereka.
d Kesempatan untuk berpraktek. Motivasi anak untuk berbicara
menjadi berkurang tatkala kesempatan berbicara dihilangkan, dan orang lain tidak mengerti, sehingga anak akan merasa marah dan
putus asa. e
Motivasi. Jika isyarat dan tangis bisa menjadi pengganti bicara untuk memperoleh keinginannya, maka dorongan untuk belajar
akan melemah. f
Bimbingan. Bimbingan yang baik adalah dengan cara: menyediakan model yang baik, mengatakan kata-kata dengan
perlahan dan jelas sehingga bisa dipahami, dan memberikan bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap
kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut.
4 Sosio emosional Menurut Seefeldt Wasik 2008 anak usia tiga-lima tahun
mengungkapkan sederetan emosi dan mampu menggunakan secara serasi ungkapan seperti sedih, marah, dan bahagia. Situasi emosi
mereka cepat berubah dan sangat bergantung pada kegiatan. Mereka
54
juga sulit memisahkan perasaan dari tindakan. Bagi mereka mengendalikan
perasaan hati
sering merupakan
tantangan. Mengajarkan anak tentang cara yang sesuai untuk mengungkapkan
emosi mereka
merupakan tonggak
yang penting
dalam perkembangan mereka. Anak usia empat tahun mulai memahami
bahwa pengungkapan emosi secara ekstrim bisa mempengaruhi orang di sekitarnya. Mereka mulai memahami bahwa orang lain itu
mempunyai perasaan juga. Sehingga pada saat anak menginjak usia lima tahun, mereka mulai mengatur emosi dan mengungkapkan
perasaan dengan cara yang secara sosial lebih diterima. Yasin Musthofa 2007 mengungkapkan bahwa ciri-ciri perkembangan
sosial masa kanak-kanak awal adalah: a
Anak mulai mengetahui aturan-aturan di lingkungan keluarga dan lingkungan bermain.
b Anak sudah mulai mengikuti peraturan.
c Anak mulai menyadari hak dan kepentingan orang lain, walaupun
masih kecenderungan egosentris. d
Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain. e
Anak mulai memiliki sikap simpati, empati dan altruisme, yaitu kepedulian terhadap orang lain.
Perilaku sosial anak usia empat tahun menurut Seefeldt Wasik 2008 mulai membedakan antara anak-anak yang mereka
sukai untuk bermain dan anak-anak yang mereka tidak sukai. Tetapi
55
mereka semakin tertarik untuk bermain dengan anak-anak yang lain dalam sebuah kelompok. Ketika menginjak usia lima tahun mereka
menjadi sangat sosial dengan mengembangkan keterampilan kerjasama yang efektif. Pada usia tiga sampai lima tahun, menurut
Seefeldt Wasik 2008, hubungan sosial bisa mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosi anak. Anak-anak yang ditolak
secara sosial akan menjadi anak yang tidak bahagia di sekolah. Pola perilaku dalam situasi sosial pada masa kanak-kanak
awal Hurlock, 1978 meliputi pola perilaku sosial dan pola perilaku asosial. Pola perilaku sosial meliputi:
a Kerja sama. Sampai anak berumur 4 tahun mereka belajar
bermain atau bekerjasama dengan anak lain. Semakin banyak kesempatan yang diberikan untuk melakukan sesuatu bersama,
maka semakin cepat mereka belajar kerja sama. b
Persaingan. Akan menambah sosialisasi anak jika persaingan dijadikan dorongan bagi anak untuk berusaha. Tetapi jika
diekspresikan dalam bentuk pertengkaran atau kesombongan maka akan megakibatkan sosialisasi yang buruk.
c Kemurahan hati. Anak belajar jika kemurahan hati dengan
berbagai akan menghasilkan penerimaan sosial. d
Hasrat akan penerimaan sosial. Keinginan untuk diterima oleh orang dewasa timbul lebih awal kemudian baru timbul diterima
56
oleh teman sebaya. Keinginan ini akan mendorong anak menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial.
e Simpati. Anak baru mulai berperilaku simpatik sampai mereka
mengalami situasi
yang mirip
dengan duka.
Anak mengekspresikan simpati dengan berusaha menolong teman atau
menghibur seseorang yang sedang sedih. f
Empati. Empati hanya berkembang jika anak dapat memahami ekspresi wajah atau maksud pembicaraan orang lain.
g Ketergantungan. Ketergantungan akan mendorong anak untuk
berperilaku dalam
cara yang
diterima secara
sosial. Ketergantungan kepada orang lain ini dalam bentuk bantuan,
perhatian, dan kasih sayang. h
Sikap ramah. Anak bersedia bersama atau melakukan sesuatu untuk orang atau anak lain untuk mengekspresikan sikap ramah
dan kasih sayang anak. i
Sikap tidak mementingkan diri sendiri. Sikap ini muncul jika anak diberi kesempatan dan dorongan untuk berbagi, belajar
memikirkan orang lain, dan berbuat untuk orang lain. j
Meniru. Anak mengembangkan sifat yang menambah penerimaan sosial dari meniru seseorang yang diterima baik oleh kelompok
sosial. k
Perilaku kelekatan attachment behavior. Ketika bayi anak mengembangkan kelekatan pada ibu atau pengasuh, perilaku ini
57
kemudian pada saat menginjak masa kanak-kanak awal dialihkan kepada anak lain dan membina persahabatan dengan mereka.
Menurut Steinberg, Hughes, dan Piaget Anggani Sudono, 2004 ciri-ciri perkembangan sosio-emosional anak usia 4 tahun
antara lain yaitu: sangat antusias, lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga teman yang dipilih sendiri, dapat membereskan alat
permainannya, tidak menyukai bila dipegang tangannya, ada kecenderungan berlari lepas di halaman sekolah, ada keinginan untuk
membawa pulang barang-barang milik sekolah, dan menyukai hasil pekerjaannya dan selalu ingin membawanya pulang.
58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling PTBK. Hidayat 2012 menyatakan
bahwa PTBK dalam pengertian ini dimaksudkan untuk meningkatkan program layanan BK sehingga menjadi lebih baik. PTBK dilakukan oleh
peneliti sendiri oleh karena itu masalah yang akan dipecahkan dalam rangka peningkatan layanan BK adalah masalah yang dirasakan dan dihadapi oleh
peneliti sendiri.
Penelitian ini menggunakan prosedur Penelitian Tindakan Kelas dalam konteks proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling. Sehingga
penelitian ini menjadi bagian dari Penelitian Tindakan Kelas PTK. Menurut Kemmis Mc Taggart dalam Arikunto 2006 penelitian yang akan
dilakukan menggunakan penelitian tindakan action research yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini mengkaji
rendahnya keterampilan bekerjasama pada anak usia dini kelas A TK Mangunan
Yogyakarta. Alternatif
pemecahannya dengan
bercerita menggunakan media boneka dari kain flanel. Proses pelaksanaan tindakan
dilakukan secara bertahap sampai penelitian ini berhasil.
B. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah anak kelas A Taman Kanak-Kanak Mangunan Yogyakarta Tahun Ajaran 20132014. Kelas ini terdiri dari 20
58