Hasil Pembelajaran Pendidikan Sadar Gender

87 korban. Saya juga pernah menyampaikan di arisan. Saya kan ketua RT-nya mbak. Iya ilmunya saya sampaikan di arisan RT. ” CW 3 13112015 Dampak pendidikan sadar gender berupa meningkatnya kemandirian perempuan juga dinyatakan oleh Ibu RW sebagai berikut, “Di p2 itu ya dijelaskan perempuan itu ya harus mandiri lah mbak. Masa kita harus ikut suami terus.” CW 6 24032015 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan sadar gender di Kelurahan Wirobrajan telah memberikan dampak bagi perempuan sebagai warga belajar. Dampak tersebut antara lain timbulnya sikap dan kemauan warga belajar untuk menyampaikan informasi mengenai isu-isu gender kepada masyarakat yang lebih luas lagi. Keikutsertaan warga belajar dalam pendidikan sadar gender juga berdampak pada kehidupan sosial mereka yaitu pergaulan dengan masyarakat lebih baik. Dari segi sikap timbul kepedulian terhadap permasalahan di lingkungan sekitar, khususnya terkait dengan permasalahan gender dalam lingkup keluarga. Pendidikan sadar gender telah memberikan pengaruh positif bagi perempuan. pengaruh tersebut juga muncul dalam kehidupan keluarga mereka. Wawasan yang mereka peroleh setelah mengikuti pendidikan sadar gender, mereka wujudkan dalam kehidupan keluarga. Dampak atau pengaruh ini muncul seperti yang tercermin dalam wawancara bersama ibu KC berikut ini, “Anak saya dua, perempuan semua. Yang gede udah lulus SMK, yang kecil masih SMP. Kalu masalah sekolahnya ya terserah anak mau di mana, yang penting seneng. Sekarang yang udah lulus kerja 88 di kosmetik. Dulu pernah jah it sama di pabrik sepatu.” CW 2 11032015 Dampak pendidikan sadar gender bagi keluarga warga belajar juga tercermin dalam pernyataan Ibu Si sebagai berikut, “Anak saya dua duanya laki-laki sampai SMA semua sekolahnya. Yang penting anak itu sekolah. Saya itu pernah masukin anak ke SMK padahal di pengene ke SMA, terus malah jadi suka bolos. Akhirnya pindah di SMA, baru dia gak pernah bolos.” CW 3 13112015 Hal lain terkait dampak pendidikan sadar gender dalam keluarga juga dituturkan oleh ibu RW selaku warga belajar sebagai berikut, “Anak saya semuanya perempuan dua bersaudara. Kalau masalah sekolah kalau udah bisa milih sendiri ya terserah mau kemana. Kalau udah lulus ya mau neruske apa enggak. Kalau enggak yaudah kerja aja. Kalau neruske ya tak usahakke. Masalah tanggung jawab mengasuh anak itu yaa saya sendiri. apa-apa sendiri wong udah mandiri.” CW 6 24032015 Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan sadar gender juga berdampak tehadap kehidupan keluarga perempuan, yaitu warga belajar. Dampak dalam kehidupan keluarga, laki-laki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Dalam pengambilan keputusan menjadi lebih demokratis. Perempuan menjadi tau tidakan yang harus dilakukan ketika menghadapi KDRT yaitu dengan melaporkan kepada pihak yang berwajib.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Sadar Gender Keberhasilan maupun kegagalan suatu program dikaitkan dengan adanya faktor yang mendukung dan menghambat dalam pelaksanaannya. 89 Peneliti mencoba menganalis faktor-faktor yang mendukung dan menghambat penyelenggaraan pendidikan sadar gender berdasarkan data-data yang diperoleh dengan cara wawancara dan observasi. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sadar gender didukung oleh banyak faktor-faktor yang mendukung. Beberapa faktor pendukung tersebut disampaikan oleh Ibu NS dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti. “ 1 Karena program P2WKSS harus selaras dengan program kerja PKK. 2 Respon dari anggota bagus, seneng. 3 Lebih banyak dari pengurusnya sendiri, kelompok. kalau dukungan dari luar tapi kita nggak kuat juga sama aja. Jadi kalau saya lebih ke pengurus. Kita lebih ke solid pengurus. Tapi di sini intinya ketua berperan penting mbak. Tapi kita akhirnya saling lah. Nek ketuanya menggebu-gebu tapi warga binaan dan pengurus lainnya enggak ya nggak bakal jalan. Tapi alhamdulilah bisa. Kalau ada apa-apa ya di rembug bareng-bareng, meskipun tidak semuanya bisa hadir. 4 Markasnya di RW 6, karena yang banyak anggotanya kan di sana. Jadi ya lebih mudah lah. ” CW 6 24032015 Respon positif warga belajar terlihat dari semangat warga belajar dan keinginan warga belajar untuk mengikuti program pendidikan sadar gender secara berkelanjutan. Dalam sebuah wawancara, Ibu KC mengatakan, “Ya itu kan narasumbernya gak cuma 1. Jadi ya gak bosen, seneng gitu lho. Dari kepolisian ada, dari mana ada. Jadi gak cuma satu. Kadang ya pake ndagel pas pertemuan, jadi yo seneng mbak. Katanya programnya mau dilanjut, tapi ya manut bu ketua. Saya sendiri sih tetep pengen ada. Seneng gitu.” CW 2 11032015 Warga belajar lainnya yang menunjukkan respon postif terhadap program pendidikan sadar gender adalah Ibu Si sebagai berikut, “Yaa pastinya pengen berlanjut mbak programnya. Wong tambah wawasan juga kok.” CW 3 13112015 Pernyataan tersebut dikuatkan oleh ibu RW sebagai berikut,