Pendidikan Nonformal dalam Pemberdayaan Perempuan
24 memproduksi sperma. Perempuan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia didefinisikan sebagai orang manusia yang mempunyai puki,
dapat menstruasi,
hamil, melahirkan
anak, dan
menyusui http:kbbi.web.idperempuan
.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa istilah perempuan muncul akibat pengelompokan manusia ke
dalam 2 golongan yaitu laki-laki dan perempuan sesuai dengan biologisnya. Akibat dari pengelompokan ini, maka terdapat
pembagian peran perempuan dan laki-laki yang berbeda sesuai dengan budaya dari masyarakat setempat. Perempuan diartikan sebagai
manusia orang yang memiliki alat reproduksi, seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk
menyusui.
2 Peran Perempuan dalam Pembangunan
Secara umum terdapat tiga pendekatan yang menunjukkan peran perempuan dalam pembangunan. Ketiga pendekatan tersebut
dijelaskan lebih lanjut oleh Mosse 2007: 205-209. Pertama, “Perempuan dalam Pembangunan” yang istilah lainnya WID Women
in Development. Pendekatan ini difokuskan pada inisiatif seperti pengembangan teknologi tepat guna untuk meringankan kerja
perempuan. Pendekatan ini hanya menekankan sisi produktif kerja dan tenaga
perempuan –khususnya hasil pendapatan- tanpa
memperhatikan sisi reproduktif perempuan.
25 Kedua, “Perempuan dan Pembangunan” dengan istilah
lainnya WAD Women and Development. Pendekatan ini menekankan kepada kegiatan yang mendatangkan pendapatan dan
kurang mengindahkan tenaga perempuan yang disumbangkan dalam mempertahankan keluarga dan rumah tangga. Ketiga, pendekatan
pemberdayaan atau yang disebut “Gender dan Pembangunan” di mana
istilah lainnya adalah GAD Gender and Development. Pendekatan ini memahami tujuan pembangunan bagi perempuan dalam pengertian
kemandirian dan kekuatan internal, dan menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan kesamaan antara laki-laki dan
perempuan. Sumber daya manusia yang mendukung proses pembanguan
suatu bangsa adalah seluruh masyarakat, meliputi perempuan dan laki- laki. Hal ini relevan dengan pendapat dari Soetomo 2012: 193
bahwa “Dalam pendekatan pembangunan masyarakat, proses perubahan yang terjadi sejauh mungkin bersandar pada kemampuan,
prakarsa, dan partisipasi masyarakat termasuk unsur manusia yang ada di dalamnya”. Perempuan menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dalam pembangunan. Menurut Remiswal 2013: 35, partisipasi perempuan dalam
pembangunan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1
Adanya kontak dengan pihak lain dan merupakan titik awal perubahan sosial.
26 2
Menyerap atau
memberikan tanggapan
terhadap informasi, baik dalam arti menerima, menerima dengan
syarat atau menolaknya. 3
Turut dalam
perencanaan pembangunan
serta pengambilan keputusan.
4 Terlibat dalam operasional pembangunan.
5 Turut menerima, memelihara dan mengembangkan
pembangunan. 6
Menilai pelaksanaan pembangunan sesuai dengan rencana dan hasilnya memenuhi kebutuhan masyarakat.
Pendapat lain yang menguatkan pendapat di atas muncul dari
Sastropoetro dalam Remiswal 2013: 35 bahwa partisipasi perempuan harus memiliki sifat sebagai berikut:
“1 partisipasi harus bersifat sukarela; 2 partisipasi harus bersifat objektif terhadap issu atau masalah yang diangkat;
3 partisipasi harus dibarengi dengan informasi yang jelas dan lengkap tentang program; 4 partisipasi harus
menumbuhkan kepercayaan terhadap diri sendiri dewasa,
penuh arti dan berkesinambungan serta aktif.” Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, maka
perempuan dapat berperan serta dalam pembangunan. Peran perempuan dalam hal ini adalah kesediaan perempuan secara sukarela
dalam mendukung program pembangunan baik dari pemerintah maupun masyarakat lokal terlihat dari pikiran, sikap dan tindakan baik
individual maupun kolektif. Secara lebih konkret, perempuan terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupun pengambilan
manfaat dari program-program tersebut.