Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta dalam mencapai tujuan yang di tetapkan harus digerakkan oleh sekelompok orang yang berperan aktif sebagai pelaku dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk itu diperlukannya kinerja yang baik dari setiap individu dalam organisasi tersebut. Kinerja adalah gambaan mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perencananaan strategis strategic planning suatu organisasi Mahsun, 2006:25. Tercapainya tujuan organisasi hanya di mungkinkan karena upaya para individu yang terdapat pada organisasi tersebut, dengan kata lain kinerja individu berhubungan sejalan dengan kinerja organisasi pada organisasi pemerintahan, jika sumber daya aparatur pemerintah baik, maka kinerja institusi pemerintahan atau birokrasi akan baik juga. Kinerja sumber daya aparatur pemerintah akan baik apabila mempunyai keterampilan dan kompetensi yang tinggi. Karena dengan mempunyai keterampilan dan kompetensi yang tinggi maka setiap individu dalam institusi pemerintahan dapat melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawab dengan sangat baik dan selesai tepat pada waktu yang ditentukan. Ketika tugas dan tanggung jawab itu telah diselesaikan dengan tepat waktu, maka dapat dikatakan kinerja pegawai pada instasi pemerintah tersebut baik. Universitas Sumatera Utara Sebagai perbandingan, saya membaca penelitian yang yang berjudul “PENGARUH PROFESIOANALISME KERJA PEGAWAI TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUBLIK” studi kasus di Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan Kabupaten Aceh selatan yang ditulis oleh Seridawati2010 , terdapat pengaruh yang positif antara profesionalisme kerja pegawai terhadap kualitas pelayanan publik yang ada. Selain itu profesionalisme yang ada di Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan sudah dapat dikatakan cukup baik walaupun masih harus terus ditingkatkan. Dari penelitian diatas saya menyimpulkan bahwa sikap profesionalisme kerja pegawai negeri sipil PNS akan menunjang keberhasilan penyelenggaraan pemerintah. Walaupun masih banyak kekurangan, tetapi apabila terus ditingkatkan maka akan tercipta kinerja pegawai yang maksimal dan berimbas pada kualitas pelayanan publik yang bisa berjalan dengan baik dan kemalinya kepercayaan masyarakat terhapap pemerintah, sehingga masyarakat mau berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan. Untuk mencapai kinerja pegawai yang baik dan demi tercapainya tujuan organisasi dibutuhkan sikap profesionalisme dari setiap pegawai. Tidak dipungkiri keprofesionalismean dari para aparatur negara akan sangat mempengaruhi kinerja pegawai. Menurut Tanri Abeng dalam Moeljono, 2003: 107 pengertian profesional terdiri atas tiga unsur, yaitu knowledge, skill, integrity, dan selanjutnya ketiga unsur tersebut harus dilandasi dengan iman yang teguh, pandai bersyukur, serta kesediaan untuk belajar terus-menerus.Di samping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering kita artikan dengan “pekerjaan” atau “job” Universitas Sumatera Utara kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja. Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu “panggilan”. Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsur keahlian dan kedua unsur panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus memadukan dalam diri pribadinya kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga kematangan etik. Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi “profesional” karenakedua-duanya harus menyatu. Adanya anggapan bahwa di era otonomi daerah kualitas pelayanan publik justru semakin buruk dari sebelumnya sherwod 1997: 7 dalam Revida 2007:1 bahwa profesionalisme pelayanan pemerintah di daerah sedang mengalami kemunduran. Oleh karena itu, jalan yang terbaik yang harus dilakukan adalah persamaan persepsi, langkah bagi aparat birokrasi dalam hal peningkatan kinerja pegawainya dengan menanamkan sikap profesionalisme setiap pegawai. Sesuai dengan jurnal yang berjudul ”PELAYANAN PUBLIK DI ERA DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH : DINAMIKA DAN PROBLEMATIKA” yang ditulis oleh Indra Mundrawan 2009 mengatakan bahwa seharusnya pelayanan publik menjadi lebih responsif terhadap kepentingan publik, dimana paradigma pelayanan publik beralih dari pelayanan yang sifatnya sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan kepuasan kepada konsumen yaitu masyarakat. Pada dasarnya pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar menghasilkan pelayanan yang lebih cepat, tepat, dan transparan. Namun upaya- Universitas Sumatera Utara upaya yang telah ditempuh pemerintah nampaknya belum optimal, salah satu indikatornya pelayanan publik yang birokratis yang mendapat keluhan dari masyarakat. Selain itu para pelayan publik cenderung bersifat direktif yaitu yang hanya memperhatikan kepentingan pimpinan atau organisasinya saja. Kecamatan merupakan salah satu organisasi perangkat daerah yang dipimpin oleh seorang Camat yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh BupatiWalikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan juga menyelangarakan tugas umum pemerintah UU 32 Tahun 2004. Kecamatan menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi: a. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; b. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; c. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; d. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; e. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; f. membina penyelenggaraan pemerintahan desa danatau kelurahan; dan g. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya danatau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. Kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada kecamatan oleh bupatiwalikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah, yang meliputi aspek: a. perizinan; b. rekomendasi; c. koordinasi; d. pembinaan; e. pengawasan; f. fasilitasi; g. penetapan; h. penyelenggaraan; dan i. kewenangan lain yang dilimpahkan PP 19 Tahun 2008 Pasal 15. Dengan tugas-tugas yang harus diemban kecamatan sebagai perangkat daerah, maka dituntut kinerja yang baik Universitas Sumatera Utara dari para pegawainya dalam melaksanakan semua tugas yang telah diberikan kepada kecamatan. Semakin baiknya kinerja pegawai akan semakin meningkatkan efisiensi penyelesaian tugas-tugas yang diemban oleh kecamatan tersebut. Dengan semakin baiknya kinerja dari para pegawainya maka kinerja dari kecamatan tersebut akan menjadi baik pula. Pemerintahan Kecamatan Medan Helvetia sebagai salah satu perangkat daerah sudah seharusnya melaksanakan tugas-tugas dan kewajibannya dengan baik agar tujuan organisasi tersebut dapat tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan. Agar tugas-tugas kecamantan tersebut tercapai maka semua para pegawai harus memiliki kinerja yang baik dalam setiap penyelesaian tugasnya. Akan tetapi sesuai dengan pengamatan penulis, ada ditemukan pegawai yang tidak berkerja efektif sebagaimana mestinya, dimana ada pegawai yang datang terlambat masuk kerja dari jam kerja yang telah ditentukan, tidak berada ditempat sewaktu jam kerja bahkan meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir. Profesionalisme kerja dari setiap pegawai tentunya diperlukan untuk mengurangi bahkan menghilangkan permasalahan-permasalahan yang diungkapkan diatas. Dengan adanya profesionalisme kerja yang baik dari setiap pegawai tentunya kinerja dari setiap pegawai akan semakin baik dan kinerja kecamatan pun akan baik pula. Penjelasan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Profesionalisme Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Camat Medan Helvetia Kota Medan dimana penulis ingin mengetahui seberapa besar pengaruh profesionalisme kerja terhadap kinerja pegawai. Universitas Sumatera Utara

1.2 Perumusan Masalah