PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010 211

(1)

commit to user

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI

COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/211

SKRIPSI Oleh:

KACENG HERMAWAN X4607023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(2)

commit to user

ii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI

COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/211

Oleh:

KACENG HERMAWAN X4607023

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Jasmani Kesahatan dan Rekreasi Jurusan

Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Kaceng Hermawan. PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2010/2011)

Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Mei 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui peningkatan hasil belajar passing

atas bola voli melalui pendekatan bermain pada siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2010/2011.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Intack Group dalam penelitian ini adalah siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 35 siswa. Data hasil belajar

passing atas bola voli diperoleh melalui tes unjuk kerja, lembar observasi digunakan

untuk mengumpulkan data kegiatan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran

passing atas bola voli melalui pendekatan bermain.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: dari jumlah ketiga aspek pembelajaran yaitu aspek afektif, kognitif dan psikomotor siswa diketahui bahwa hasil belajar passing atas meningkat dari 34,28% siswa yang lulus pada kondisi awal menjadi 62,85 % pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 82,85 % pada akhir siklus II. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa pendekatan belajar melalui pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2010 /2011.


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Kaceng Hermawan. THE IMPROVEMENT OF VOLLEYBALL UPPER

PASSING LEARNING ACHIEVEMENT USING GAME APPROACH IN THE

X3 GRADERS OF SMA NEGERI COLOMADU KARANGANYAR IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, May 2011.

This research aims to find out the improvement of volleyball upper passing learning achievement using game approach in the X3 graders of SMA Negeri Colomadu Karanganyar in the school year of 2010/2011.

The research method employed was a descriptive qualitative method. Intact Group in this research was the X3 graders of SMA Negeri Colomadu Karanganyar in the school year of 2010/2011 consisting of 35 students. The data on volleyball upper passing learning achievement was obtained through demonstration test, while the observation sheet was used for collecting data on student activity in attending the volleyball passing learning process through playing approach.

From the result of research it can be concluded as follows: from the three aspects of learning: affective, cognitive and psychomotor of student, it can be found that the upper passing learning achievement increases from 34.28% student who passes successfully in prior condition to 62.85% in the end of cycle I and increases to 82.85% in the end of cycle II. Considering the result of research, it can be concluded that the learning approach through game approach can improve the volleyball upper

passing learning achievement using game approach in the X3 graders of SMA Negeri


(7)

commit to user

vii MOTTO

 Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugerah. Tetap jalani hidup ini, melakukan yang terbaik. Tuhan pastikan menunjukkan Kebesaran dan Kuasa-Nya, pada hamba-Nya yang sabar dan tak kenal putus asa.

( D’Massiv)

 Kau mungkin saja kecewa jika percobaanmu gagal, tetapi kau pasti takkan berhasil jika tidak mencoba.

( Beverly Sills)

 Pada akhirnya, orang-orang yang gagal hanyalah mereka yang tidak pernah mencoba.

( David Viscott)

 Kegagalan tentu saja menyakitkan, tetapi kegagalan adalah kunci untuk kita memperoleh kesuksesan.

( Penulis )

 Orang yang sabar dan tekun dalam melakukan sesuatu pasti orang tersebut akan mendapatkan yang ia inginkan, janganlah putus asa dalam menghadapi segala cobaan.


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

 Bapak dan Ibu Tercinta

 Kakak yang selalu mendukung

 Dwi Susanti ku tersayang

 Rekan-rekan angkatan ‘07

 Almamater


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.,Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Waluyo, S.Pd, M.Or., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Agus Mukholid, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Bapak Djoko Nugroho, S.Pd, M.Or selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Drs. Sukarni, M, Hum. Kepala SMA Negeri Colomadu Karanganyar, beserta staf dan jajarannya.

6. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

7. Siswa kelas X-3 SMA Negeri Colomadu, Karangantar yang telah bersedia menjadi sampel penelitian, dan Bapak Drs. Achmad Syalabi, selaku guru kolaborator.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.


(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A.Tinjauan Pustaka ... 9

1. Pembelajaran ... 9

a. Pengertian Pembelajaran ... 9

b. Hakeket Pembelajaran ... 10

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 13

2. Pendidikan Jasmani ... 13

a. Tujuan Pendidikan Jasmani ... 16

b. Fungsi Pendidikan Jasmani ... 16


(11)

commit to user

xi

4. Permainan Bola Voli ... 20

a. Sejarah ... 21

b. Teknik Dasar Bermain Bola Voli ... 21

c. Teknik Passing Atas ... 23

d. Variasi Passing Atas ... 25

5. Hakekat Bermain ... 27

a. Pengertian Bermain ... 27

b. Pendekatan Bermain ... 29

c. Jenis - Jenis Permainan ... 30

d. Permainan Indoor-Outdoor ... 31

6. Karakteristik Siswa SMA ... 32

B. Kerangka Pikir ... 33

C.Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A.Tempat Dan Waktu Penelitian ... 37

1.Tempat Penelitian ... 37

2.Waktu Penelitian ... 37

B. Subjek Penelitian ... 38

C.Sumber Data ... 38

D.Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Analisis Data ... 40

F. Prosedur Penelitian ... 40

G.Proses Penelitian ... 43

1. Siklus I... 43

a. Tahap Perencanaan ... 43

b. Tahap Pelaksanaan ... 44

c. Tahap Observasi/Pengamatan ... 44

d. Tahap Evaluasi ( Refleksi ) ... 44


(12)

commit to user

xii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A.Deskripsi Kondisi Awal Pra Siklus Pra Siklus ... 46

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Siklus I ... 47

a. Perencanaan Tindakan I ... 47

b. Pelaksanaan Tindakan I ... 49

c. Observasi ... 54

d. Refleksi ... 58

2. Siklus II ... 59

a. Perencanaan Tindakan II ... 59

b. Pelaksanaan Tidakan II ... 62

c. Observasi ... 68

d. Refleksi ... 69

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

1. Motivasi Mengikuti Pembelajaran Passing Atas Bola Voli Meningkat ... 73

a. Meningkatnya Keaktifan Siswa ... 73

b. Meningkatnya Perhatian Siswa ... 74

c. Meningkatnya Keterampilan Guru Dalam Mengelola Kelas 74

2. Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli Meningkat ... 74

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 77

A.Simpulan ... 77

B. Implikasis ... 78

C.Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Penjabaran Sistematika Hasil Belajar Siswa ... 19

Tabel 2. Rincian Kegiatan Waktu Dan Pelaksanaan Penelitian ... 37

Tabel 3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ... 39

Tabel 4. Prosentase Target Pencapaian Hasil Belajar Siswa ... 45

Tabel 5. Deskripsi Hasil Belajar Kondisi Awal ( Pra siklus) ... 46

Tabel 6. Deskripsi Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli Siswa Siklus I .... 56


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Posisi Perkenaan Bola Pada Telapak Tangan ... 24

Gambar 2. Posisi Badan Saat Menerima Bola ... 24

Gambar 3. Variasi Pass-Atas pada Bola Rendah ... 25

Gambar 4. Variasi Pass-Atas dengan Bola Disamping Badan ... 25

Gambar 5. Variasi Pass-Atas dengan Bergeser Mundur... ... 26

Gambar 6. Variasi Pass-Atas dengan bergerak Mundur 45º ... 26

Gambar 7. Variasi Pass-Atas dengan Meloncat... ... 26

Gambar 8. Variasi Pass-Atas Kebelakang ... 27

Gambar 9. Variasi Pass-Atas Kebelakang Berputar 180º ... 27

Gambar 10. Kerangka Beerfikir Penelitian Tindakan Kelas ... 35


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus I ... 84

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus II ... 97

Lampiran 3. Daftar Nama Siswa Kelas X 3 ... 111

Lampiran 4. Lembar Observasi Kegiatan Siswa ... 113

Lampiran 5. Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli Pra Siklus ... 115

Lmpiiran 7. Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli Siklus I ... 117


(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam rangka membentuk manusia seutuhnya, karena tidak ada pendidikan yang lengkap tanpa pendidikan jasmani, Pendidikan jasmani tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik saja melainkan juga perkembangan psikis siswa.

Dalam dunia pendidikan, pendidikan jasmani menjadi sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran yang seimbang dan mendukung dalam proses pembelajaran, yaitu dengan tingkat kesegaran jasmani yang tinggi, secara tidak langsung mempengaruhi tingkat belajar siswa, dikarenakan hubungan yang tidak dapat dipisahkan yaitu dengan bugarnya kondisi jasmani siswa akan mempengaruhi pola fikir siswa, begitu pula jika kondisi kurang baik atau dalam keadaan kurang fit tingkat intelegensi siswa akan berkurang. Oleh karena itu pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan pendidikan yang utama untuk menunjang prestasi siswa. Untuk menciptakan proses pembelajaran yang sehat dalam dunia pendidikan harus meliputi anak didik, pendidik, tujuan pendidikan, alat pendidikan, lingkungan pendidikan.

Komponen-komponen diatas harus ada dalam berlangsungnya suatu pendidikan. Jadi pendidikan tidak akan berarti apabila tidak ada yang di didik, demikian pula dengan pendidikan juga tidak akan berjalan apabila tidak ada siapa yang menjalankan pendidikan tersebut, serta pendidikan tidak ada gunanya kalau tidak ada tujuan. Pendidikan jasmani di sekolah harus memenuhi konsep-konsep diatas, dan mempunyai tujuan tertentu yang mengarah ke tujuan pendidikan.Yaitu meningkatkan kesegaran jasmani dan daya tahan tubuh siswa, dengan bugarnya kondisi siswa akan mempengaruhi tingkat belajar siswa serta minat dalam mengikuti pembelajaran.

Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum karena pendidikan jasmani merupakan salah satu dari subsistem-subsistem pendidikan. Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses


(17)

commit to user

pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerak fisik. Menurut Rusli Lutan (2001) ”bahwa pendidikan jasmani merupakan serangkaian materi pelajaran yang memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani peserta didik”. Oleh karena itu pendidikan jasmani harus diutamakan mengingat mempunyai tujuan yang penting dalam pengembangan pembelajaran. Banyak yang mengagap, kurang penting mengikuti mata pelajaran pendidikan jasmani, dikarenakan belum mengerti peran dan fungsi pendidikan jasmani.

Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia hingga dewasa ini ialah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, kondisi rendahnya kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, atau sekolah lanjutan telah dikemukakan didalam berbagai forum oleh beberapa pengamat. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani.

Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pendidikan jasmani cenderung tradisional, atau hanya menggunakan satu gaya mengajar saja, sehingga membuat situasi pembelajaran monoton dan membuat siswa jenuh untuk mengikuti pembelajaran tersebut. Model metode-metode praktek ditekankan pada

teacher centered dimana para siswa melakukan latihan fisik berdasarkan perintah

yang ditentukan oleh guru. Latihan-latihan tersebut tidak pernah dilakukan anak sesuai inisiatif sendiri.

Guru cenderung menggunakan pendekatan yang mendasarkan pada olah raga prestasi dalam pembelajarannya, sehingga dalam proses pembelajaranya jelas beda dari pendidikan jasmani itu sendiri, tujuan utamanya bukan proses melainkan hasil akhir sebuah penilaian. Dalam pendekatan ini guru menentukan tugas-tugas bagi siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya seperti latihan olahraga. Biasanya tujuan pembelajaran ditekankan pada penguasaan yang mengarah pada pencapaian tujuan prestasi tanpa melakukan modifikasi baik dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain. Pendekatan seperti ini membuat siswa kurang senang bahkan merasa frustasi untuk melakukan program pendidikan


(18)

commit to user

3

jasmani, karena mereka tidak mampu dan sering gagal untuk melaksanakan tugas yang diberikan dalam bentuk yang kompleks. Untuk itu kebutuhan untuk memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani sebagai suatu jalan alternative dalam pengajaran pendidikan jasmani disekolah, hal tersebut mutlak perlu dilakukan. Guru harus memiliki kemampuan untuk memodifikasi ketrampilan yang hendak diajarkan agar sesuai tingkat perkembangan siswa. Guru dituntut harus lebih kreatif, inovatif dalam menciptakan pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa, sehingga tercipta pembelajaran yang aktif bagi siswa atau menyenangkan tanpa meninggalkan tujuan pembelajaran tersebut sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, banyak faktor yang mempengaruhi baik itu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri maupun faktor yang berasal dari luar. Faktor dari dalam individu sendiri atau

intern, misalnya motivasi dan antusiasme siswa terhadap materi pembelajaran.

Sedangkan faktor ekstern atau eksternal mencakup keluarga dan lingkungan sekitar yang dapat berupa guru, lingkungan, materi, media, metode dan pendekatan pembelajaran yang digunakan guru.

Salah satu mata pelajaran pendidikan jasmani yang diajarkan di sekolah adalah permainan bola besar (bola voli), dalam permainan bola voli ada beberapa tekhnik yang harus diajarkan pada siswa agar siswa dapat bermain bola voli dengan baik diantaranya servis, passing, smash (spike), bendungan (block). Dari beberapa tekhnik dalam permainan bola voli salah satu yang harus diajarkan agar siswa dapat bermain bola voli dengan baik adalah passing, dalam permainan bola voli passing merupakan unsur yang sangat penting, tanpa menguasai tekhnik dasar passing dengan baik permainan bola voli tidak akan berjalan dengan sempurna. Passing dalam permainan bola voli dibagi menjadi dua yaitu passing

atas dan passing bawah, begitu pentingnya tekhnik passing dalam permainan bola voli sehingga perlu diajarkan dengan benar agar siswa dapat bermain bola voli dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan di SMA Negeri Colomadu Karanganyar kelas X 3, siswa di kelas tersebut masih


(19)

commit to user

mengalami kesulitan dalam melakukan passing, terutama passing atas bola voli. Sedikit siswa yang baru menguasai teknik dasar passing atas, karena dalam melakukan passing atas banyak unsur-unsur yang harus diperhatikan yang pertama sikap permulaan dalam sikap permulaan kedua kaki berdiri selebar dada, berat badan menumpu pada telapak kaki bagian depan, lutut ditekuk dengan badan merendah. Tempatkan badan secepat mungkin dibawah bola, dengan kedua tangan diangkat lebih tinggi dari dahi dan jari-jari tangan terbuka lebar membentuk cekungan seperti setengah lingkaran dengan kedua lengan terbuka. Yang kedua gerakan pelaksanaan, tepat saat bola berada diatas dan sedikit didepan dahi, lengan diluruskan dengan gerakan agak eksplosif untuk mendorong bola. Perkenaan bola pada permukaan jari-jari ruas pertama dan kedua yang dominan mendorong bola adalah ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Yang ketiga gerak lanjutan saat bola memantul denga baik, lanjutkan dengan meluruskan lengan kedepan atas sebagai suatu gerakan lanjutan diikuti dengan memindahkan berat badan kedepan dengan melangkahkan kaki belakang kedepan dan segera mengambil sikap siap dalam posisi normal kembali.

Kenyataan dilapangan kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2010/2011, masih banyak melakukan kesalahan yaitu pada sikap permulaan, kesalahan yang sering dilakukan pada sikap permulaan diantaranya kaki tidak berdiri selebar dada, lutut masih kebanyakan lurus dan badan tidak mau merendah. Pada sikap pelaksanaan, kesalahan yang sering dilakukan yaitu ketika mendorong bola lengan tidak sepenuhnya diluruskan, jari-jari tidak dibuka, perkenaan bola masih pada telapak tangan dan kesalahan yang terjadi pada gerak lanjutan yaitu tidak melangkahkan kaki belakang kedepan sehingga hasil belajar meraka tidak optimal, tingninya Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) sekolah yaitu 70 sehingga guru harus dapat menciptakan pembelajaran yang lebih baik agar hasil belajar siswanya dapat tercapai secara optimal.

Hasil observasi pra penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri Colomadu, Karangnyar kelas X 3 tahun ajaran 2010/2011. Mereka masih kesulitan dalam melakukan passing atas bola voli. Dari data tes yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani pada kelas X 3 SMA Negeri Colomadu


(20)

commit to user

5

Karanganyar tahun ajaran 2010/2011, Terbukti dari jumlah 35 siswa, hanya 12 orang yang dapat dikatakan tuntas belajar passing atas bola voli atau sekitar 34,28 % dari jumlah siswa sesuai dengan kreteria penilaian pembelajaran.

Hal tesebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, proses pembelajaran yang belum melibatkan siswa secara aktif, guru masih menjadi pusat utama pembelajaran, guru kurang menerapkan model pembelajaran dan pendekatan pembelajaran yang

dapat menarik siswa mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, selain itu juga sarana dan prasarana yang kurang mendukung sehingga proses pembelajaran tidak efektif yang mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal.

Hasil wawancara guru pendidikan jasmani di SMA Negeri Colomadu Karanganyar, menunjukan bahwa siswa-siswi di SMA tersebut secara umum memiliki kemampuan menengah ke bawah, disamping beberapa siswa memiliki intelegensi diatas rata-rata. Dalam sebuah observasi kelas, dapat diketahui bahwa siswa-siswi di kelas X 3 memiliki minat dan motivasi yang kurang terhadap pelajaran pendidikan jasmani terutama pada materi bola besar (bola voli) terutama pada pokok bahasan passing atas bola voli. Masih tampak beberapa siswa yang mengobrol dengan temannya sendiri, tidak semangat dalam mengikuti proses pembelajaran, serta malas-malasan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Sebagian besar siswa mengeluh dan merasa tidak mampu mengerjakan tugas yang diberikan.

Banyak kendala yang dihadapi oleh guru pendidikan jasmani di SMA Negeri Colomadu, Karanganyar dalam usaha meningkatkan hasil belajar passing

atas bola voli. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah siswa kurang memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung, terbatasnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran bola voli, serta terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani untuk melakuakan model-model pembelajaran pendidikan jasmani yang ada saat pembelajaran. Salah satu keterbatasan guru pendidikan jasmani dalam mengajar


(21)

commit to user

adalah dalam hal menciptakan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa. Oleh karena itu diperlukan suatu tindakan yang mampu melibatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

Antusiasme siswa dalam sebuah pembelajaran sangat penting menurut Syaiful Sagala (2007: 152) ”dalam pembelajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab timbulnya perhatian”. Jadi guru harus berusaha dan berpikir keras untuk membuat konsep yang tepat dan bervariasi dalam mengembangkan rencana pembelajaran sehingga saiwa atau peserta didik aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru.

Mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran berbeda antara satu siswa dengan siswa yang lain, terkadang siswa itu cenderung malu apabila disuruh memperagakan suatu gerakan, guru perlu menggunakan pendekatan pembelajaran yang dapat mempermudah siswa menerima pelajaran dengan baik. Apabila pendekatan pembelajaran tersebut tepat maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik sehinga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Pendekatan permainan atau bermain diharapkan dapat digunakan untuk mendukung dalam meningkatkan kemampuan teknik passing atas bola voli khususnya kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011, sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal. Manfaat dari permainan itu sendiri sangatlah besar, permainan merupakan media yang sangat baik untuk mengembangkan aspek sosial dan moral anak karena ada aturan-aturan tertentu yang harus diikuti semua siswa. Apabila aturan-aturan dalam permainan sudah dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik maka secara tidak sadar mereka belajar untuk menghormati orang lain dan mematuhi batas-batas sosial. Jika siswa memahami permainan itu siswa semakin sadar mengenai kebutuhan kerja tim, karena beberapa permainan yang lebih kompleks memerlukan kerja secara kognitif untuk mengembangkan strategi yang sederhana.


(22)

commit to user

7

Dengan pendekatan bermain diharapkan siswa lebih aktif , lebih senang dalam mengikuti proses belajar mengajar yang diberikan oleh guru, siswa dapat belajar sambil bermain sehingga siswa tidak sadar bahwa permainan yang dilakukan mengandung unsur utama pembelajaran, karena dalam memilih permainan tidak lepas dari pokok bahasan yang akan diberikan pada siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar khususnya passing atas bola voli siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011.

Berdasarkan observasi mengenai permasalahan umum yang dihadapi oleh guru pendidikan jasmani dalam penyampaian materi khususnya pada materi

passing atas bola voli, maka akan diadakan Penelitian Tindakan Kelas (

Classroom Action Research/ CAR ) pada siswa kelas X 3 di SMA Negeri

Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011, dengan judul “ Peningkatan Hasil Belajar Passing Atas Bola Voli melalui Pendekatan Bermain “.

Diharapkan dengan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) yang dilakukan dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan yang selama ini dihadapi oleh guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan ( Penjasorkes ) di SMA Negeri Colomadu Karanganyar, dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada umumnya dan pembelajaran passing atas bola voli pada khususnya, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010 / 2011

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, masalah dalam penelitian ini apat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimanakah penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar

passing atas bola voli siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu, Karanganyar


(23)

commit to user C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui peningkatkan hasil belajar passing atas bola voli melalui pendekatan bermain pada siswa kelas X 3, SMA Negeri Colomadu, Karanganyar, tahun ajaran 2010 / 2011.

D. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai, diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru Penjasorkes di SMA Negeri Colomadu, Karanganyar

a. Memotivasi kreatifitas guru di sekolah dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran khususnya pembelajaran pendidikan jasmani menjadi efektif dan berkualitas.

b. Sebagai bahan masukan guru dalam memilih alternative pembelajaran yang akan dilakukan terutama pada saat mengajar kelas X 3, SMA Negeri Colomadu, Karanganyar, tahun ajaran 2010 / 2011 pada pokok bahasan

passing atas bola voli.

c. Untuk meningkatkan kinerja guru penjasorkes di SMA Negeri Colomadu, Karanganyar dalam menjalankan tugasnya secara profesional.

2. Bagi Siswa Kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar

a. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan meningkatkan peran aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, serta meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli.

b. Mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru atau pengajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani terutama pada materi passing atas bola voli. Serta mampu meningkatkan kemampuannya dalam menguasai teknik keterampilan dasar passing atas bola voli sehingga hasil belajar tercapai secara optimal.


(24)

commit to user

9 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelejaran merupakan suatu kegiatan yang didalamnya terdapat dua komponen utama yaitu guru sebagai pengajar dan murid sebagai orang yang belajar. Dalam hal ini menurut Ali Imron (1996 : 2) “belajar untuk mencari pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau yang sekarang dikenal dengan guru “ sehingga pembelajaran ini merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Berkaitan dengan pembelajaran H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Satijan. (1998: 32) menyatakan, “pembelajaran atau instruction/instruksional atau pengajaran merupakan usaha sadar yang disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan faktor ekstern dalam kegiatan belajar mengajar”. Sedangkan menurut Sukintaka (2004: 55) bahwa, “pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik mempelajarinya”.

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam kegiatan pembelajaran terjadi tiga kejadian secara bersama yaitu. (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu peserta didik atau murid, (3) tujuan yaitu perubahan yang lebih baik pada diri siswa. Adapun yang dimaksud dengan ketiga komponen tersebut menurut H.J. Gino dkk., (1998: 30) sebagai berikut:

1) Guru adalah seorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar, katalisator belajar mengajar, dan peran lainnnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.


(25)

commit to user

2) Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.

3) Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar mengajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, jika siswa dapat berinteraksi dengan guru dan bahan pengajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai maka perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat metode pembelajaran, alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran.

Peran guru bukan semata memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the

learning) agar proses belajar lebih memadai dan mudah diterima oleh siswa.

Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Proses pembelajaran merupakan seperangkat prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk menyusun berbagai kondisi yang dibutuhkan mencapai tujuan pendidikan.

b. Hakikat Pembelajaran

Untuk menjalankan proses pendidikan, kegiatan belajar dan pembelajaran merupakan suatu usaha yang amat strategis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pergaulan yang sifatnya mendidik itu terjadi melalui interaksi aktif antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, dan melalui kegiatan itu akan ada perubahan perilakunya, sementara kegiatan pembelajaran dilakukan oleh guru untuk memfasilitasi proses belajar, kedua peranan itu tidak akan terlepas dari situasi saling mempengaruhi dalam pola hubungan antara dua subyek, meskipun disini guru lebih berperan sebagai pengelola.

Istilah pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Menurut Purwadarminta 1976 yang dikutip H.J.Gino Suwarni, Suripto, Maryanto dan


(26)

commit to user

11

Sutijan (1998:30) bahwa “pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan”. Hal ini juga dikemukakan Wina Sanjaya (2006: 74) bahwa “mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi dari guru kepada siswa”.

Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkunganya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Interaksi adalah saling mempengaruhi yang bermula adanya saling hubungan antar komponen yang satu dengan yang lainnya. Interaksi dalam pembelajaran adalah kegiatan timbal balik dan saling mempengaruhi antara guru dengan peserta didik.

Pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistemik untuk memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar, maka kegiatan pembelajaran berkaitan erat jenis hakikat dan jenis belajar serta hasil belajar tersebut. Kegiatan belajar merupakan masalah yang sangat kompleks dan melibatkan keseluruhan aspek psiko-fisik, bukan saja aspek kejiwaan, tetapi juga aspek neuro-fisiologis. Namun setelah guru berusaha untuk memusatkanya dan menangkap perhatian siswa pada peristiwa pembelajaran maka sesuatu yang asing itu menjadi berangsur-angsur berkurang. Oleh karena itu, guru harus mengupayakan semaksimal mungkin penataan lingkungan belajar dan perencanaan materi agar terjadi proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas.

Dengan demikian proses belajar bisa terjadi di kelas, lingkungan sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi social kultural melalui media massa. Dalam konteks pendidikan non formal justru sebaliknya proses pembelajaran sebagian besar terjadi dalam lingkungan masyarakat, termasuk dunia kerja, media massa dan lain sebagainya. Hanya Sebagian kecil saja pembelajaran terjadi di kelas dan lingkungan.

Kegiatan mengajar selalu terkait langsung dengan tujuan yang jelas. Ini berarti, proses mengajar itu tidak begitu bermakna jika tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas maka isi pengajaran berikut metode mengajar juga tidak mengandung apa-apa. Oleh karena itu, seorang guru harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar, metode, dan bahkan cara mengukur


(27)

commit to user

perubahan atau kemajuan yang dicapai. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar, maka seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang lebih dari pada yang diajar, untuk memberikan suatu pengertian, kecakapan, ketangkasan, kegiatan mengajar meliputi pengetauan, menularkan sikap kecakapan atau ketrampilan yang diatur sesuai dengan lingkungan dan menghubungkannya dengan subyek yang sedang belajar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, ini sesuai dengan yang dikemukakan Nana Sudjana (2005: 19) yaitu:

Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai pengajar, maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubungannya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat diguguskan kedalam empat kemampuan yakni:

1) Merencanakan program belajar mengajar.

2) Melaksnakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar. 3) Menilai kemajuan proses belajar mengajar.

4) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya.

Dalam kegiatan pembelajaran guru bertugas merencanakan program pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai kemajuan pembelajaran dan menguasai materi atau bahan yang diajarkannya. Jika seorang guru memiliki kemampuan yang baik sesuai dengan bidang studi yang diajarkan, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal. Hasil belajar dapat dicapai dengan baik, jika seorang guru mampu melaksanakan tugas diantaranya mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan. Husdarta dan Yudha M.Saputra (2000: 4) mengemukakan bahwa:

Tugas utama guru adalah untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi dikelas dilapangan, ciri utamanya terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat didalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan. Walau demikian guru tetap berfungsi sebagai pengelola proses belajar dan pembelajaran.

Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar, agar tujuan pengajran dapat tercapai. Hal yang


(28)

commit to user

13

terpenting dan harus diperhatikan dalam mengajar yaitu, guru harus mampu menerapkan metode mengajar yang tepat dan mampu membelajarkan siswa manjadi aktif melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Belajar suatu ketrampilan adalah sangat kompleks. Belajar membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Menurut Nasution yang dikutip H.J.Gino dkk (1998: 51) bahwa” perubahan akibat belajar tidak hanya mengenai jumlah pengetauhan, melainkan juga dalam kecakupan, kebiasaan, sikap, pengertian, penyesuaian diri, minat, penghargaan, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang”.

Perubahan akibat dari belajar adalah menyeluruh pada diri siswa. Untuk mencapai perubahan atau peningkatan pada diri siswa, maka dalam proses pembelajaran harus diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Wina Sanjaya (2006: 30) bahwa sejumlah prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran diantaranya:

1) Berpusat pada siswa 2) Belajar dengan melakukan

3) Mengembangkan kemampuan sosial

4) Mengembangkan keingintauhan,imajinasi dan fitrah 5) Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah 6) Mengembangkan kreatifitas siswa

7) Mengembangkan kemampuan ilmu danteknologi

8) Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik 9) Belajar sepanjang hayat

Prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip belajar yang benar, maka akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

2. Pendidikan Jasmani

Pengertian tentang pendidikan jasmani telah banyak dibuat dan disusun oleh para ahli. Di bawah ini disajikan beberapa pengertian yang disusun oleh


(29)

commit to user

beberapa ahli diantaranya dikutip dalam (Yusuf Adisasmita, 1989: 2) sebagai berikut:

J.B Nash mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai sebuah aspek dari

proses pendidikan secara keseluruhan yang menggunakan dorongan aktivitas untuk mengembangkan fitness, organic, control neuro-muscular, kekuatan, intelektual dan control emosi.

William, Brownell, dan Vernier mengindikasikan bahwa pendidikan

jasmani, kegiatan-kegiatan jasmani tertentu yang dipilih dapat membentuk sikap yang berguna bagi pelaku.

Nixon dan Cozen mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai bagian dari

pendidikan keseluruhan dengan melibatkan penggunaan system aktivitas kekuatan otot untuk belajar, sebagai akibat peran serta dalam kegiatan ini.

Baley dan Field mendefinisikan pendidikan jasmani sebagai proses yang

menguntungkan dalam penyesuaian dan belajar organic, neuro-muscular, intelektual, social, kebudayaan, emosional dan etika sebagai akibat dan timbul melalui pilihan dan aktivitas kekuatan otot yang agak baik.

”Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi” ( Samsudin, 2008: 2).

”Pendidikan jasmani dilakukan dengan sarana jasmani, yakni aktivitas jasmani yang pada umumnya (meskipun tidak selalu) dilakukan dengan tempat yang cukup tinggi dan terutama gerakan-gerakan besar ketangkasan dan keterampilan, yang tidak perlu terlalu tepat, terlalu halus dan sempurna atau berkualitas tinggi, agar diperoleh manfaat bagi anak-anak didik” (Abdul Kadir Ateng, 1989: 1). ”Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai suatu proses pendidikan yang ditujukan untuk mencapai tujuan pendidikan melalui gerakan

fisik”. (Toho Cholik, Rusli Lutan, 2001: 2)

Pendidikan jasmani adalah terjemahan dari physical education yang di gunakan di Amerika. Makna dari pendidikan jasmani adalah pendidikan mengenai fisik dan mental seseorang. Jadi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam usaha untuk mendewasakan anak melalui pengajaran dan pelatihan. Dengan demikian pendidikan jasmani adalah adalah “suatu proses aktivitas jasmani, yang dirancang dan disusun secara sistematik, untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan


(30)

commit to user

15

kemampuan dan ketrampilan jasmani, kecerdasan dan pembentukan watak, serta nilai dan sikap yang positif bagi setiap warga Negara dalam rangka mencapai tujuan pendidikan” (Syarifuddin & Muhadi, 1992: 04).

Pendidikan jasmani adalah bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diserahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani. Pendidikan jasmani dapat diartikan suatu proses sosialisasi dan transformasi nilai-nilai melalui aktivitas jasmani yang terseleksi, terencana, terprogram, dan bertujuan.

Program pengajaran pendidikan jasmani yang diselenggarakan di sekolah apabila dapat terorganisir dengan baik, akan dapat memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam pertumbuhan dan perkembangan siswa baik pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang harmonis maupun dalam rangka menyiapkan siswa secara fisiologis yang mengarah kepada usaha-usaha keras yang sangat berguna untuk meningkatkan kemantapan jasmani dan rohani dalam membantu mengembangkan kemampuan dan kepribadian yang sangat besar pengaruhnya terhadap penyesuaian diri di dalam lingkungan.

Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan yang dilakukan seumur hidup. Pendidikan jasmani di sekolah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu memberi kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan, yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hidup.

Pendidikan jasmani tidak semata-mata mengembangkan ketrampilan jasmani, tetapi masih banyak mereka yang tidak memahami bahwa Pendidikan jasmani juga mengembangkan ketrampilan sosial (social Skill), emosional dan intelektual. Pendidikan jasmani lebih disoroti dari sisi kelemahan dan kekuranganya dibandingkan dengan sisi-sisi positif dan keunggulannya. Pemahaman dan penilaian yang demikian sudah barang tentu tidaklah benar. Bila


(31)

commit to user

dicermati, pengajaran yang baik dalam pendidikan jasmani lebih dari sekedar mengembangkan ketrampilan berolahraga. Pengajaran yang baik tersebut melibatkan aspek-aspek yang berhubungan dengan apa yang sebenarnya dipelajari oleh siswa melalui partisipasinya, apakah itu neuromuskuler, intelektual, emosional, dan bukan aktivitasnya olahraga semata. Pendidikan jasmani yang merupakan bagian pendidikan keseluruhan pada hakikatnya adalah proses pendidikan dimana terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungan yang dikelola melalui aktivitas jasmani secara sistematik menuju pembentukan manusia seutuhnya.

a. Tujuan Pendidikan Jasmani

Tujuan pendidikan Jasmani (Samsudin, 2008: 3), yaitu :

1) Meletakkan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.

3) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis melalui tugas-tugas pembelajaran pendidikan jasmani.

4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.

5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmis, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas

(outdoor education).

6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani.

7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.

9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat rekreatif.

b. Fungsi Pendidikan Jasmani

1) Aspek organik (Samsudin, 2008:3)

a) Menjadikan fungsi sistem tubuh menjadi lebih baik sehingga individu dapat memenuhi tuntutan lingkungannya secara memadai serta memiliki landasan untuk pengembangan keterampilan.


(32)

commit to user

17

b) Meningkatkan kekuatan, yaitu jumlah tenaga maksimum yang dikeluarkan oleh otot atau kelompok otot.

c) Meningkatkan daya tahan yaitu kemampuan otot atau kelompok otot untuk menahan kerja dalam waktu yang lama.

d) Meningkatkan daya tahan kardiovaskuler, kapasitas individu untuk melakukan aktivitas yang berat secara terus-menerus dalam waktu relative lama; dan

e) Meningkatkan fleksibilitas, yaitu rentang gerak dalam persendian yang diperlukan untuk menghasilkan gerakan yang efisien dan mengurangi cedera.

2) Aspek neuromuskuler

a) Meningkatkan keharmonisan antara fungsi saraf dan otot.

b) Mengembangkan ketermpilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, meloncat, meluncur, melangkah, mendorong, menderap/mencongklang, bergulir dan menarik.

c) Mengembangkan keterampilan non-lokomotor, seperti mengayun, melenggok, meliuk, bergoyang, meregang, menekuk, menggantung, membongkok.

d) Mengembangkan ketermpilan dasar manipulatif, seperti memukul, menendang, menangkap, berhenti, melempar, mengubah arah, memantulkan, bergulir, memvoli.

e) Mengembangkan faktor-faktor gerak, seperti; ketepatan, irama, rasa gerak, power, waktu reaksi, kelincahan.

f) Mengembangkan keterampilan olahraga, seperti sepak bola, soft ball, bola voli, bola basket, baseball, atletik, tenis, bela diri.

g) Mengembangkan keterampilan rekreasi, seperti menjelajah, mendaki, berkemah, berenang, dan lainnya.

3) Aspek perseptual

a) Mengebangkan kemampuan menerima dan membedakan isyarat.

b) Mengembangkan hubungan-hubungan yang berkaitan dengan tempat atau ruang, yaitu kemampuan mengenali objek yang berada di: depan, belakang, bawah, sebelah kanan, atau sebelah kiri, dari dirinya.

c) Mengembangkan koordinasi gerak visual, yaitu kemampuan mengoordinasikan pandangan dengan keterampilan gerak yang melibatkan tangan, tubuh, dan atau kaki.

d) Mengembangkan keseimbangan tubuh (statis, dinamis), yaitu kemampuan mempertahankan keseimbangan statis dan dinamis.

e) Mengembangkan dominansi (dominancy), yaitu konsistensi dalam menggunakan tangan atau kaki kanan / kiri dalam melempar atau menendang.

f) Mengembangkan lateralitas (laterality), yaitu, kemampuan membedakan antara sisi kanan atau sisi kiri tubuh dan diantara bagian dalam kanan atau kiri tubuhnya sendiri.

g) Mengembangkan image tubuh (body image), yaitu kesadaran bagian tubuh atau seluruh tubuh dan hubungannya dengan tempat atau ruang.


(33)

commit to user 4) Aspek kognitif

a) Mengembangkan kemampuan menggali, menemukan sesuatu, memahami, memperoleh pengetahuan, dan membuat keputusan.

b) Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan, keselamatan, dan etika. c) Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang

terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.

d) Meningkatkan pengetahuan bagaimana fungus tubuh dan hubunganya dengan aktivitas jasmani.

e) Menghargai kinerja tubuh: penggunaan pertimbangan yang berhubungan dengan jarak, waktu, tempat, bentuk, kecepatan, dan arah yang digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas dan dirinya.

f) Meningkatkan pemahaman tentang memecahkan problem-problem perkembangan melalui gerakan.

5) Aspek sosial

a) Menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan di mana berada. b) Mengembangkan kemampuan membuat pertimbangan dan keputusan

dalam situasi kelompok.

c) Belajar berkomunikasi dengan orang lain.

d) Mengembangkan kemampuan bertukar pikiran dan mengevaluasi ide dalam kelompok.

e) Mengembangkan kepribadian, sikap, dan nilai agar dapat berfungsi sebagai anggota masyarakat.

f) Mengembangkan rasa memiliki dan rasa diterima di masyarakat. g) Mengembangkan sifat-sifat kepribadian yang positif.

h) Belajar menggunakan waktu luang yang konstruktif

i) Mengembangkan sikap yang mencerminkan karakter moral yang baik. 6) Aspek emosional

a) Mengembangkan respons yang sehat terhadap aktivitas jasmani. b) Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.

c) Melepas ketegangan melalui aktivitas fisik yang tepat.

d) Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas. 3. Hasil Belajar

Salah satu tugas pokok seorang guru adalah mengevalusai taraf keberhasilan rencana pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Untuk dapat melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar siswa secara tepat dan dapat dipercaya maka diperlukan sebuah informasi yang didukung oleh data yang objektif dan memadahi tentang indikator perubahan perilaku dan pribadi siswa.

Identifikasi wujud perubahan perilaku dan pribadi sebagai hasil belajar dapat bersifat fungsional-struktural, material-substansial, dan behavioral. Untuk mempermudah dalam sistematika penjabaran hasil belajar siswa dapat


(34)

commit to user

19

menggunakan penggolongan perilaku menurut Bloom yang terdiri atas kawasan atau ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Menurut Abin Syamsyuddin yang dikutip dalam A. Tabrani Rusyan (1989 : 22) beberapa indikator dan kemungkinan cara pengungkapan dari hasil belajar dijabarkan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Penjabaran Sitematika Hasil Belajar Siswa

Jenis Hasil Belajar Indikator Cara Pengungkapan a. Kognitif - Pengamatan/ perceptual Dapat menunjukan, membandingkan , menghubungkan.

Tugas, tes, observasi.

- Hafalan / ingatan

Dapat menyebutkan dan menunjukan lagi

Pertanyaan, tugas tes - Pengertian/

pemahaman

Dapat menjelaskan dan mengidentifikasikan dengan kalimat sendiri

Pertanyaan - Aplikasi/ penggunaan Dapat memberikan contoh, menggunakan dengan tepat, memecahkan masalah

Soal, tes tugas

- Analisis Dapat menguraikan, dan mengklasifikasikan

Tugas, persoalan, tes - Sitesis Dapat menghubungkan,

dan menyimpulkan, mengeneralisasikan

Tugas, persoalan, tes

- Evaluasi Dapat

menginterprestasikan, memberikan kritik, memberikan

pertimbangan penilaian

Tugas, persoalan, tes

b. Afektif

- Penerimaan Bersikap menerima, menyetujui, atau sebaliknya

Pertanyaan, tes skala sikap

- Sambutan Bersedia terlibat, berpartisipasi, memanfaatkan, atau sebaliknya

Tugas, observasi dan tes

- Penghargaan/ Apresiasi

Memandang penting, bernilai, berfaedah indah, harmonis, kagum, atau

Skala penilaian, tugas, dan observasi.


(35)

commit to user sebaliknya. - Internalisasi/ Pendalaman Mengakui, mempercayaai, meyakinkan, atau sebaliknya

Skala sikap, tugas ekspresif, pro efektif

- Karakterisasi/ Penghayatan

Melembagakan, membinasakan, menjelmakan dalam pribadi dan perlakuanya sehari – hari

Observasi

c. Psikomotorik - Keterampilan

bergerak/ bertindak

Koordinasi mata, tangan, dan kaki

Tugas, observasi, tindakan

- Keterampilan ekspresi verbal dan non verbal

Gerak, mimic, ucapan Tugas, observasi, tindakan

4. Permainan Bola Voli

Bola voli merupakan jenis permainan olahraga beregu yang masing-masing regu terdiri atas enam orang. Cara bermain bola voli adalah kedua regu yang bertanding berada dalam setiap lapangan permaianan yang dipisahkan oleh net atau jaring. Tujuan dari permainan ini adalah setiap regu yang bermain berusaha melewatkan bola melalui atas net diantara dua antena (rod) sampai bola tersebut menyentuh lantai atau tanah dalam lapangan sendiri.

Untuk dapat memainkan bola voli dengan baik, diperlukan penguasaan teknk dasar. Teknik dasar menurut Suharno HP ( 1985:12 ) adalah “suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan bola

voli”. Sedangkan menurut M. Yunus ( 1991/1992 :108 ) “teknik dasar adalah cara

melakukan sesuatu untukmencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien sesuai aturan yang berlaku untk mencapai hasil yang optimal “. Dalam melatih ataupun mengajarkan teknik dasar bola voli diperlukan suatu cara atau metode yang digunakan oleh seorang pelatih atau guru agar mudah dipelajari oleh atlit atau siswa didiknya sehingga diharapkan dapat menunjang latihan atau hasil belajar teknik dasar bola voli.


(36)

commit to user

21

a. Sejarah

Permainan bola voli diciptakan oleh william G Morgan pada tahun 1895 yaitu seorang pimpinan dan ahli olahraga dari YMCA Holyoke Massachusetts. Permainan ini masuk Indonesia pada tahun 1928 yang dikenal pada masa penjajahan Belanda. Perkembangan olahraga ini begitu cepat sehingga pesta PON III di Medan pada tahun 1956 cabang olahraga ini masukdaftar pertandingan.

Bola voli adalah permainan diatas lapangan persegi empat yang lebarnya 900 cm dan panjang 1800 c, dibatasi oleh garis selebar 5 cm. Ditengah - tengah lapangan dipasang jaring yang panjangnya 900 cm terbentang kuat dengan ketinggian 243 cm dari bawah untuk putra, sedangkan untuk putri 224 cm. Permainan ini merupakan permainan beregu dengan jumlah pemain 6 orang tiap timnya. Permainan bola voli biasanya dilaksanakan didalam atau diluar ruangan. b. Teknik Dasar Bermain Bola Voli

Permainan bola voli merupakan aktifitas kelompok, kemampuan suatu regu bola voli ditentukan oleh keterampilan teknik dasar yang dimiliki oleh setiap anggota regu untuk memberikan kemampuan terbaik untuk regunya. Teknik dasar hendaknya dimilki oleh setiap pemain bola voli untuk menunjang pencapaian prestasi maksimal. Soedarwo, M. Mariyanto dan Soeyati R. (1991: 1 ) berpendapat bahwa, “Teknik adalah suatu proses melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktuan suatu praktek denga sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang olahraga permainan bola voli”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa teknik dasar bermain bola voli adalah cara memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai dengan peraturan permainan bola voli yang berlaku guna mencapai suatu hasil yang optimal.

Penguasaan teknik dasar suatu cabang olahraga merupakan salah satu unsur yang menentukan menang dan kalahnya suatu regu didalam suatu pertandingan disamping unsur-unsur kondisi fisik, taktik, dan mental. Kesempurnana teknik dalam permainan bola voli hanya akan dapat dicapai melalui latihan teknik yang dimulai dari teknik dasar yang sederhana meningkat


(37)

commit to user

keteknik yang lebih kompleks yang akhirnya harus menuju pada gerakan – gerakan otomatis.

Untuk meningkatkan mutu permainan bola voli, maka teknik dasar ini hendaknya betul beul sudah dikuasai oleh setiap pemain terlebih dahulu. Sudjarwo (1992: 13 ) mengemukakan pendapat, “Pembentukan teknik harus dimulai dari teknik dasar keteknik tinggi yang akhirnya harus menuju gerakan-gerakan otomatis. Penguasaan gerakan-gerakan-gerakan-gerakan otomatis tersebut menjadi tujuan dari pembentukan teknik untuk setiap cabang olahraga yang ditekuni”.

Teknik dasar merupakan kemampuan awal yang hendaknya dimiliki oleh setiap pemain bola voli. Selain itu, teknik dasar sangatlah mempengaruhi bantuk dan mutu permainan bola voli. Dengan dimikian penguasaan teknik dasar merupakan kebutuhan yang tidak dapat dianggap remeh oleh seseorang yang akan bermain bola voli, M. Yunus (1992: 68 ) bahwa: “Beberapa unsur gerakan dan teknik memainkan bola dalam permainan bola voli meliputi : sikap dasar siap, gerakan menyongsong bola, gerakan menjangkau bola, passing, set-up, servis,

smash atau spike dan blok”.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik dasar bermain bola voli yang hendak dikuasai oleh setiap pemain guna mendukung pencapaian prestasi disamping kondisi fisik yang baik, pemahaman taktik bermain, mempunyai mental bertanding serta pelatih yang berkualitas selain itu juga dengan didukung oleh penguasaan teknik dasar yang baik, baik itu servis,

smash, blok, set-up, gerakan menyonsong dan menjangkau bola dan passing.

Dari beberapa teknik dasar bermain bola voli tersebut, salah satu yang menjadi obyek penelitian ini adalah teknik passing, kususnya passing atas. Didalam mengajarkan teknik passing atas baik itu oleh pelatih maupun oleh guru disekolah harus diajarkan dengan benar mulai dari yang sederhana menuju kompleks agar pencapaian hasil belajar passing atas dapat tercapai secara optimal. Pengertian dari masing-masing teknik dasar permainan bola voli tersebut diatas dijelaskan sebagai berikut :

1) Servis yaitu tanda dimulainya petandingan, karena perkembangan permainan bola voli, maka servis diartikan sebagi serangan pertama.


(38)

commit to user

23

2) Passing yaitu suatu teknik memainkan bola dengan tujuan untuk

mengarahkan bola tersebut kesuatu tempat atau agar bola tersebut dapat diumpankan oleh pemain lawan pada smasher untuk diumpan.

3) Smash ( spike ) yaitu pukulan bola yang keras dan tajam serta jalannya bola

memukik tajam.

4) Block ( bendungan ) yaitu usaha untuk menahan serangan lawan dengan

cara membendung serangan tersebut diatas net atau jaringan.

5) Gerakan menyongsong dan menjangkau bola adalah gerakan menuju kesuatu tempat dimana bola tertuju, dan usaha untuk menempatkan diri sehingga bola yang datang dapat dimainkan dengan mudah dan berhasil dengan baik.

Penguasaan teknik dasar bermain bola voli tersebut hanya dapat dicapai oleh setiap pemain bola voli dengan latihan yang sistematis, berulang-ulang dan kontinyu serta melakukan pertandingan persahabatan yang direncanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan teknik, kemampuan fisik, taktik dan mental pemain secara terus menerus dan berkelanjutan guna menghadapi suatu pertandingan untuk memperebutkan kejuaraan.

c. Teknik Passing atas

Salah satu teknik dasar yang hendaknya dikuasai dan diajarkan pada peserta didik dalam pokok ahasan permainan bola voli adalah passing. Menurut

M. Yunus ( 1992: 68 ), “ passing adalah suatu teknik memainkan bola dengan

tujuan untuk mengarahkan bola tersebut kesuatu tempat atau agar bola tersebut dapat diumpan oleh pemain lawan kepada smasher untuk diumpan”.

Dalam permainan bola voli terdapat dua macam passing, yaitu passing

bawah dan passing atas. Obyek penelitian ini adalah passing atas yang dijelaskan senagai berikut :

1) Sikap Permulaan

Ambil posisi sikap siap normal, yaitu kedua kaki berdiri selebar dada, berat badan menumpu pada telapak kaki depan, lutut ditekuk dengan badan merendah. Tempatkan badan secepat mungkin dibawah bola, dengan kedua


(39)

commit to user

tangan diagkat lebih tinggi dari dahi dan jari – jari tangan terbuka lebar membentuk cekungan separti setengah lingkaran.

2) Gerakan Pelaksanaan

Tepat saat bola berada diatas dan sedikit didepan dahi, lengan diluruskan dengan gerakan agak eksplosif untuk mendorong bola. Perkenaan bola pada permukaan jari – jari ruas pertama dan kedua, yang dominan mendorong bola adalah ibu jar, telunjuk dan jari tengah. Pada waktu perkenaan bola, jari – jari agak ditegangan, kemudian diikuti dengan gerakan pergelangan tangan agar bola dapat memantul dengan baik.

3) Gerak Lanjutan

Setelah bola memantul dengan baik, lanjutkan dengan meluruskan lengan kedepan atas sebagai suatu gerakan lanjutan, diikuti dengan memindahkan berat badan kedepan dengan melangkahkan kaki belakang kedepan dan segera mengambil sikap siap dalam posisi normal kembali.

Gambar 1. Posisi perkenaan bola pada telapak tangan


(40)

commit to user

25

d. Variasi Passing Atas

Menurut M. Yunus (1992: 81) macam-macam pass-atas dapat dibagi sebagai berikut :

1) Pass-atas pada bola rendah

Kunci pelaksanaan: segera merendah dengan menekuk lutut hingga salah satu lutut menyentuh lantai agar dapat menempatkan badan dibawah bola.

Gambar 3. Pass-atas pada bola rendah

2) Pass-atas dengan bola disamping badan ( Sideway Overhand Pass ) Kunci pelaksanaanya : segera geser badan ke bawah bola dengan melakukan langkah samping.

Gambar 4. Pass-atas dengan bola disamping badan

3) Pass-atas dengan bergeser mundur (Backward Overhand Pass)

Kunci pelaksanaan : bergerak dengan cepat melangka kebelakang dengan merendahkan badan hingga posisi bola tepat didepan atas dari dahi.


(41)

commit to user

Gambar 5. Passs-Atas dengan Bergeser Mundur

4) Pass-atas dengan bergerak mundur diagonal 45 derajat (45 Degree

Diagonal Overhand pass)

Kunci pelaksanaanya : putar badan kesamping, lakukan langkah silang diagonal kebelakang dan segera diikuti kaki belakang untuk mengambil posisi yang tepat dibawah bola.

Gambar 6. Pass-atas dengan bergerak mundur diagonal 45 derajat 5) Pass-atas dengan meloncat (Overhand Jumping pass)

Kunci pelaksanaan : cepat bergerak kebawah bola, meloncat setinggi mungkin dan dorongkan bola dengan meluruskan lengan kemudian mendarat dengan mengeper.

Gambar 7. Pass-atas dengan meloncat 6) Pass atas kebelakang (Overhand Back Pass)

Kunci pelaksanaan : tempatkan badan tegak lurus dengan bola, tekuk lutut agak rendah, dorongkan bola dengan meluruskan lengan keatas belakang hingga badan membusur kebelakang, pandangan mengikuti arah bola.


(42)

commit to user

27

Gambar 8. Pass-atas kebelakang

7)Pass-atas kebelakang dengan berputar 180 derajat (Reverse Overhand

Back Pass)

Kunci pelaksanaannya : putar badan 180 derajat, tempatkan badan tegak lurus dengan bola, badan merendah dengan menekuk lutut, dorong bola dengan meluruskan lengan kebelakang atas, pandangan mengikuti atah bola.

Gambar 9. Pass-atas kebelakang dengan berputar 180 derajat

5. Hakikat Bermain a. Pengertian Bermain

Menurut Dani Wardani (2009: 17-18) Permainan, bermain atau padanan

kata dalam bahasa Inggris disebut “games” (kata benda), “to play” (kata kerja),

“toys” (kata benda) ini berasal dari kata “main”. Dalam kamus bahasa Indonesia,


(43)

commit to user

alat tertentu atau tidak) ; berbuat sesuatu dengan sesuka hati, berbuat asal saja.”

Dan dalam dunia psikologi kegiatan bermain dipandang sebagai “suatu kegiatan (atau lebih luasnya aktivitas) yang mengandung keasyikan (fun) dan dilakukan atas kehendak diri sendiri, bebas, tanpa paksaan dengan tujuan untuk memperoleh kesenangan pada waktu mengadakan kegiatan tersebut”.

Menurut Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan ”bermain adalah

kegiatan yang menyenangkan”. Sedangkan Aip Syarifudin (2004: 17)

mengartikan” bermain adalah bentuk kegiatan yang bermanfaat/produktif untuk

menyenangkan diri”. Selanjutnya menurut M. Furqon (2008: 4) menyatakan bahwa :

Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan, serius dan sukarela, di mana anak berada dalam dunia yang tidak nyata atau sesungguhnya. Bermain bersifat menyenangkan karena anak diikat oleh sesuatu hal yang menyenangkan, dengan tidak banyak memerlukan pemikiran. Bermain juga bersifat serius karena bermain memberikan kesempatan untuk meningkatkan perasaan anak untuk menguasai sesuatu dan memunculkan rasa untuk menjadi manusia penting. Bermain bersifat tidak nyata karena anak berada di luar kenyataan, dengan memasuki suatu dunia imajiner. Bermain memberikan suatu arena di mana anak masuk dan terlibat untuk menghilangkan dirinya, namun secara berlawanan asas anak kadang-kadang menemukan dirinya dari bermain.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas jasmani siswa yang dilakukan dengan rasa senang dan mempunyai tujuan pegembangan mempunyai dampak yang positif pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga melalui bermain dapat memberikan pengalaman belajar yang sangat berharga untuk siswa.

Siswa dan bermain merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bermain bagi siswa merupakan kebutuhan hidup seperti halnya kebutuhan akan makan, minum, tidur, dan lain-lain. Melalui bermain anak dapat mengaktualisasikan diri dan mempersiapkan diri untuk menjadi dewasa. Seperti halnya atletik adalah nuansa permainan menyediakan pengalaman gerak yang kaya yang membangkitkan motivasi pada siswa untuk berpartisipasi. Menurut

Hibanna S. Rahman (2002: 85) mengartikan ” bermain adalah segala kegiatan yang dapat menimbulkan kesenangan bagi anak”. Selanjutnya menurut


(44)

commit to user

29

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 698) bahwa ”bermain adalah melakukan sesuatu untuk bersenang-senang”. Sedangkan menurut Agus Mahendra (2004: 4) yaitu ”bermain adalah dunia anak, sambil bermain mereka belajar, dalam belajar, anak-anak adalah ahlinya”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan yang dimaksud bermain adalah dunia anak yang menjadi aktifitas jasmani dengan cara melakukan sesuatu untuk bersenang-senang.

b. Pendekatan Bermain

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dirancang dalam bentuk permainan. Menurut Wahjoedi (1999: 121) bahwa,”pendekatan bermain adalah pembelajaran yang diberikan dalam bentuk atau situasi

permainan”. Sedangkan Yoyo Bahagia dan Adang Suherman (1999/2000: 35)

berpendapat,”strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi

pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembamgan agar sesuai dengan prinsip DAP (developmentally

Appropiate Pactice) dan body scalling (ukuran fisik termasuk kemampuan fisik)”.

Menurut kurikulum penjas (2004: 28) dijelaskan,”metode permainan bertujuan

untuk mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak”.

Berdasarkan pendapat dari tiga ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran bermain menerapkan suatu teknik cabang olahraga ke dalam bentuk permainan. Melalui permainan, diharapkan akan meningkatkan motifasi dan minat siswa untuk belajar menjadi lebih tinggi, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang mengaplikasikan teknik ke dalam suatu permainan. Tidak menutup kemungkinan teknik yang buruk atau rendah mengakibatkan permainan kurang menarik. Untuk itu seorang guru harus mampu mengatasinya. Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 35-36) menyatakan, “manakala guru menyadari bahwa rendahnya kualitas


(45)

commit to user

permainan disebabkan oleh rendahnya kemampuan skill, maka guru mempunyai beberapa pilihan sebagai berikut” :

1) Guru dapat terus melanjutkan aktivitas permainan untuk beberapa lama sehingga siswa menangkap gagasan umum permainan yang dilakukannya.

2) Guru dapat kembali pada tahapan belajar yang lebih rendah dan membiarkan siswa berlatih mengkombinasikan keterampilan tanpa tekanan untuk menguasai strategi.

3) Guru dapat merubah keterampilan pada level yang lebih simpel dan lebih dikuasai sehingga siswa dapat konsentrasi belajar strategi bermain. Petunjuk seperti di atas harus dipahami dan dimengerti oleh seorang guru. Jika dalam pelaksanaan permainan kurang menarik karena teknik yang masih rendah, maka seorang guru harus dengan segera mampu mengatasinya. Selama pembelajaran berlangsung seorang guru harus mencermati kegiatan pembelajaran sebaik mungkin. Kesalahan-kesalahan yang dibiarkan selama pembelajaran berlangsung akan mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

c. Jenis - jenis Permainan

Menurut Dani Wardani (2009: 35-94)

1) Permainan untuk Usia Bayi, Anak-anak, dan Remaja sampai Dewasa. - Masa Bayi

- Masa Anak-anak

- Masa Remaja sampai Dewasa 2) Permainan Tradisional dan Modern

- Permainan Tradisional - Permainan Modern

3) Permainan Berbahaya dan Aman - Secara Mental (psikis)

- Secara Finansial - Secara Fisik

4) Permainan Mental dan Fisik - Permainan Mental - Permainan Fisik

5) Permainan Alamiah dan Diorganisir

6) Permainan Solitary (Individu) dan Kolektif (Grup) 7) Permainan Musik dan Gambar

- Permainan Music - Permainan Gambar


(46)

commit to user

31

9) Permainan Menggunakan Alat dan Tanpa Alat - Permainan dengan menggunakan Media atau Alat - Permainan yang Tidak Menggunakan Media atau Alat 10) Permainan Aktif dan Pasif

- permainan Aktif - Permainan Pasif d. Permainan Indoor-Outdoor

Menurut Dani Wardani (2009:70-71),“berdasarkan tempat pelaksanaannya permainan dikategorikan dalam dua macam, yaitu di tempat tertutup (indoor) dan di ruangan terbuka (outdoors)”. Kategorisasi berdasarkan tempat pelaksanaannya itu berkaitan dengan inovasi dan ketepatan memanfaatkan media permainan terutama dalam pembelajarannya. Ada beberapa permainan yang memang membutuhkan ruang yang sangat luas. Dan kadang pula ada permainan yang cukup dengan ruangan yang sederhana. Tergantung jenis permainan yang akan dimainkan dan situasi yang dibutuhkan.

Ini berkaitan juga dengan setting tempat, jumlah pemain dan jenis peralatan apa yang dibutuhkan dalam permainan tersebut. Makin sedikit pemainnya dan makin sederhana permainan yang dimainkan.

Permainan Indoor banyak dipakai karena perhitungan tertentu, misalnya karena diluar tidak memungkinkan atau karena jenis permainannya tidak membutuhkan tempat yang luas.

Walaupun begitu, karena permainan ini tidak membutuhkan ruangan yang cukup luas tetapi apabila momentnya dipakai untuk kompetisi atau perlombaan berskala besar, tetap dikategorikan perlombaan yang membutuhkan tempat outdoors.

Jenis permainan outdoors sangat berdekatan dengan pemberdayaan atau pemanfaatan unsur alami dari lingkungan alam dalam permainannya. Sedangkan sebaliknya, permainan indoors lebih menggunakan fasilitas maupun instrumen dari hasil modifikasi maupun buatan replika dari suatu alat bantu.

Dari berbagai pendapat diatas dimungkinkan metode pembelajaran bola voli terutama passing atas dengan pendekatan bermain sangat menarik minat siswa khususnya siswa SMA yang cenderung mereka cepat bosan dalam


(47)

commit to user

mengikuti proses belajar mengajar, diharapkan dengan pendekatan bermain anak merasa senang mengikuti proses pembelajaran sehingga dengan adanya perasaan senang untuk melakukan kegiatan permainan akan dapat meningkatkan teknik dasar bola voli terutama passing atas.

6. Karakteristik Siswa SMA

Anak SMA berumur berkisar 16-18 tahun, mereka termasuk dalam kategori remaja. Dalam istilah asing sering dipakai untuk menunjukan makna remaja, atara lain: puberteit, adolescentia, dan younth. Dalam bahasa indonesia sering pula dikatakan pubertas atau remaja. Istilah puberty (inggris) atau puberteit

(belanda) berasal dari bahasa latin : pubertas yang berarti usia kedewasaan, istilah ini berkaitan dengan kata lain lainnya pubescere yang berarti masa pertumbuhan rambut didaerah tulang “pusic”(daerah kemaluan). Puberty sering diartikan sebagai masa tercapainya kematangan seksual ditinjau dari aspek biologis.

Di indonesia baik istilah pubertas maupun adulescentia dipakai dalam arti umum dengan istilah yang sama yaitu remaja. Makna dan karakteristik pertumbuhan fisik remaja. Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan-perubahan ini meliputi: Perubahan-perubahan ukuran tubuh, Perubahan-perubahan porposi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin yang utama (primer) dan ciri kelamin yang kedua (sekunder).

Menurut Muss yang dikutip Sarlito Wirawan (Sarlito, 1991: 51) Urut-urutan perubahan fisik adalah sebagai berikut:

a. Pada perempuan:

1) Pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi,anggota-anggota badan menjadi panjang)

2) Pertumbuhan payudara.

3) Tumbuh bulu yang halus berwarna gelap dikemaluan.

4) Mencapai pertumbuhan ketingian badan yang maksimum setiap tahunnya

5) Bulu kemaluan menjadi keriting 6) Menstruasi


(48)

commit to user

33

b. Pada laki-laki:

1) Pertumbuhan tulang-tulang 2) Testis membesar

3) Tumbuh bulu kemaluan yang halus 4) Awal perubahan suara

5) Ejakulasi

6) Bulu kemaluan menjadi keriting

7) Pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimum setiap tahunnya

8) Tumbuh rambut-rambut halus diwajah (kumis,jenggot) 9) Tumbuh bulu ketiak

Oleh karena itu Jadi seorang guru harus bisa memberi penjelasan akan perkembangan yang terjadi pada diri siswa tersebut, terutama pada wanita dikarenakan pada kondisi fisik wanita mempunyai perubahan yang sangat mencolok dibandingkan anak laki-laki. Dalam kegiatan pembelajaran permasalahan yang muncul dapat diatasi, serta kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang sesuai dengan konsep pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang dipelajari. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pembelajaran pendidikan jasmani khususnya pada model atau cara guru menyampaikan materi pelajaran. Sering kali materi yang diajarkan oleh guru kurang tertanam kuat dalam benak siswa. Khususnya dalam pembelajaran praktik. Siswa kurang mampu menganalisis gerakan yang telah diajarkan oleh guru, sebab guru hanya menyampaikan materi secara verbal, adapun memberikan demonstrasi atau contoh kurang dapat ditangkap oleh siswa secara optimal. Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa, siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya dalam menyelesaikan masalah yang sesuai dengan materi pembelajaran.

Permasalahan umum dalam pembelajaran pendidikan jasmani adalah kurangnya sarana dan prasarana serta peran aktif siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran yang berlangsung belum mewujudkan adanya


(1)

commit to user Aspek yang

diukur

Siklus II

Cara Mengukur Jumlah Siswa

yang lulus

Presentase Kelulusan

Psikomotor, Afektif dan

Kognitif 29 82,85 %

Diamati saat proses belajar mengajar dan evaluasi dengan menggunakan lembar observasi peneliti

Adapun keberhasilan yang diperoleh pada siklus kedua adalah sebagai berikut:

1) Dari hasil proses dan hasil evaluisi tes keterampilan passing atas bola voli pada

siklus II menunjukkan bahwa hasil belajar passing atas bola voli melalui pendekatan bermain mengalami peningkatan dari 34,28 % pada kondisi awal menjadi 62,85 % pada akhir siklus I dan meningkat menjadi 82,85 % pada akhir siklus II.

2) Pembelajaran dengan melalui pendekatan bermain memberikan banyak

keuntungan selain siswa mudah dalam menangkap materi yang akan disampaiakan, pendekatan bermain juga dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.


(2)

commit to user

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X-3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2010/2011 dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah diungkapkan pada BAB IV, diperoleh hasil sebagai berikut, peningkatan kualitas hasil dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari sebelum tindakan hingga akhir siklus terakhir, dalam penelitian ini adalah akhir siklus II. Sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang berhasil mencapai batas pada angka 70 untuk hasil belajar passing atas bola voli sebanyak 12 siswa atau sekitar 34,28%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai dibawah 70 sebanyak 23 siswa atau sekitar 65,71% dari jumlah siswa 35 siswa. Selanjutnya mengalami peningkatan pada siklus I, yaitu untuk siswa yang berhasil mencapai batas pada angka 70 menjadi 22 siswa atau sekitar 62,85%, sedangkan siswa yang mendapatkan nilai dibawah 70 sebanyak 13 siswa atau sekitar 37,14% dari jumlah siswa. Sekitar 22 siswa telah mencapai indikator target capaian pada siklus I. Titik puncak peningkatan hasil belajar passing atas bola voli pada penelitian ini adalah pada siklus II.

Pada siklus II ini hasil belajar passing atas bola voli menunjukkan bahwa nilai siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebelumnya mengalami peningkatan. Siswa yang mendapatkan nilai diatas 70 sebanyak 29 siswa atau sekitar 82,85% siswa, sedangkan untuk siswa yang mendapatkan nilai dibawah 70 sebanyak 6 siswa atau sekitar 17,14%. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X-3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011 dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui pendekatan bermain dapat disimpulkan bahwa penerapan


(3)

commit to user

pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli siswa kelas X3 SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Implikasi

Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan proses pembelajaran tergantung pada beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru maupun siswa serta pendekatan pembelajaran yang digunakan. Faktor dari pihak guru yaitu kemampuan guru dalam mengembangkan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam mengelola kelas, pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, serta teknik yang digunakan guru sebagai sarana untuk menyampaikan materi. Sedangkan faktor dari siswa yaitu minat dan motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Ketersediaan perangkat pembelajaran yang menarik, dapat juga membantu motivasi siswa dalam belajar, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung satu sama lain, sehingga harus diupayakan dengan maksimal agar semua faktor tersebut dapat dimiliki oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas maupun di lapangan. Apabila guru memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan dalam mengelola kelas serta didukung oleh teknik dan sarana dan prasarana yang sesuai, maka guru akan dapat menyampaikan materi dengan baik. Materi tersebut akan dapat diterima oleh siswa apabila siswa juga memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk aktif dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, kondusif, efektif, dan efisien.

Penelitian ini juga memberikan deskripsi yang jelas bahwa dengan proses pembelajaran melalui pendekatan bermain dalam pembelajaran passing atas bola voli dapat meningkatkan kerjasama, kejujuran, menghargai teman semangat dan percaya diri sehingga dapat meningkatkan hasil belajar passing atas bola voli secara optimal (baik proses maupun hasil), sehingga penelitian ini dapat


(4)

commit to user

digunakan sebagai suatu pertimbangan bagi guru yang ingin mengembangkan proses pembelajaran bola voli terutama passing atas kepada para siswanya. Bagi guru bidang studi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai suatu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran Penjasorkes khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar passing atas bola voli bagi pemula yang lebih efektif. Apalagi bagi guru yang memiliki kemampuan yang lebih kreatif dalam membuat model-model pembelajaran yang lebih banyak lebih kreatif dan lebih inovatif.

Melalui diterapkanya pendekatan pembelajaran passing atas bola voli melalui pendekatan bermain, maka siswa memperoleh pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran Penjasorkes. Siswa mampu mencermati lebih jelas konsep gerak yang ada pada passing atas bola voli sehingga mampu memahami, melakukan gerakan dan menirukan dengan benar.

Pemberian tindakan dari siklus I, dan II memberikan deskripsi bahwa terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Namun, kekurangan-kekurangan tersebut dapat diatasi pada pelaksanaan tindakan pada siklus-siklus berikutnya. Dari pelaksanaaan tindakan yang kemudian dilakukan refleksi terhadap proses pembelajaran, dapat dideskripsikan terdapatnya peningkatan kualitas pembelajaran Penjasorkes (baik proses maupun hasil) dan peningkatan minat dan motivasi belajar siswa. Dari segi proses pembelajaran Penjasorkes, penerapan model pembelajaran langsung yaitu melalui pendekatan bermain ini dapat merangsang aspek motorik siswa. Dalam hal ini siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran Penjasorkes yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengembangkan kebugaran jasmani, mengembangkan kerjasama, kejujuran, menghargai teman, semangat, percaya diri dan mengembangkan skill serta mengembangkan sikap kompetitif yang kesemuanya ini senantiasa penting dalam pendidikan jasmani.


(5)

commit to user

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disarankan beberapa hal, khususnya bagi siswa kelas X3 dan Guru Penjasorkes SMA Negeri Colomadu Karanganyar, sebagai objek penelitian adalah :

1. Bagi Guru Penjasorkes SMA Negeri Colomadu Karanganyar

a. Guru hendaknya terus berupaya untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran bola voli kelas X 3 Tahun ajaran 2010/2011, terutama passing atas bola voli. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan

metode dan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif,

menyampaikan materi dengan jelas dan sistematis, serta mampu menguasai kelas agar selalu tercipta lingkungan belajar yang kondusif.

b. Guru hedaknya memastikan siswa telah benar-benar memahami materi

sebelum memberikan tugas. Guru jangan sampai lupa memberikan contoh secara langsung dan jelas agar siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

c. Dalam mengajar hendaknya guru lebih terbuka dengan saran-saran yang

diberikan oleh siswa demi terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan semaksimal mungkin.

2. Bagi Siswa kelas X 3 SMA Negeri Colomadu Karangaanyar Tahun ajaran

2010/2011

a. Meskipun pembelajaran melalui pendekatan bermain dapat membuat

suasana belajar menjadi lebih santai dan menyenangkan, siswa sebaiknnya mengikuti proses pembelajaran dengan tertib agar makna pembelajaran tetap tercapai, tidak hanya terhanyut dalam suasana belajar yang rileks, siswa harus tau makna dari permainan yang telah diterapkan.

b. Keaktifan siswa hendaknya tidak hanya selama kegiatan belajar-mengajar

berlangsung di kelas melainkan aktif belajar mandiri dengan banyak latihan diluar jam belajar, untuk menggali kemampuan bola voli terutama passing atas.


(6)

commit to user

3. Bagi Sekolah SMA Negeri Colomadu Karanganyar

Pihak sekolah sebaiknya memberikan sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai karena sarana dan prasarana merupakan unsur yang sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Sebaiknya sekolah menambah fasilitas pembelajaran yang ada dalam setiap kelas karena sarana dan prasarana yang ada saat ini masih sangat terbatas dan belum mampu mendukung untuk mengoptimalkan daya kreatif yang ada pada diri siswa dalam bidang olahraga, khususnya permainan bola voli.


Dokumen yang terkait

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLAVOLI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010 2011

0 5 110

UPAYAMENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI MODEL PEMBELAJARANKOOPERATIF DENGAN MODIFIKASIALAT PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 MEDAN.

2 17 22

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 MEDAN TAHUN AJARAN 2016.

0 4 22

PERBAIKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI GAYA MENGAJAR LATIHAN PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 3 PEMATANGSIANTAR TAHUN AJARAN 2014-2015.

0 3 21

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BANDAR TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 2 24

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 HAMPARAN PERAK TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 2 18

PENDEKATAN BERMAIN DALAM MEMPERBAIKI HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI PADA SISWA KELAS VIII SMP BINA SATRIA MEDAN TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 9 23

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MERANTI TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 1 25

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 STABAT TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 2 19

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENDEKATAN MELEMPAR BOLA PADA SISWA SD

0 0 11