Lingkungan Makro Analisis Eksternal PT. Floribunda

80 Ketidakpastian lingkungan merupakan ancaman bagi bisnis, khususnya PT. Floribunda karena menghambat kemampuan organisasi untuk mengembangkan rencana jangka panjang dan untuk membuat keputusan strategis untuk menjaga lingkungan internal seimbang dengan lingkungan eksternal. Kajian mengenai lingkungan eksternal dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni lingkungan makro dan industri. Lingkungan makro yang menaungi usaha antara lain kekuatan politik, ekonomi, sosial dan budaya. Lingkungan Industri yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah industri tanaman hias di Jawa Barat.

6.2.1 Lingkungan Makro

Lingkungan makro atau lingkungan jauh merupakan faktor-faktor diluar organisasi yang mempengaruhi usaha. Lingkungan makro tidak dapat dikendalikan organisasi, sehingga organisasi hanya dapat merespon apa dampak lingkungan jauh terhadap usaha dengan kekuatan yang dimilikinya. a. Politik dan hukum Kondisi politik domestik dan internasional secara langsung maupun tidak langsung, memiliki pengaruh terhadap kondisi ekonomi dan iklim bisnis dalam negeri, termasuk kondisi bisnis PT. Floribunda. Hal ini terutama terkait dengan situasi keamanan usaha. Labilnya kondisi politik juga akan berpengaruh pada bidang ekonomi, moneter, fiskal, perdagangan dan investasi. Usaha tanaman hias secara umum digolongkan ke dalam kategori A, yakni pertanian, perburuan dan kehutanan. Usaha tanaman hias pertama, adalah pertanian bunga-bungaan yang khusus dipanen bunganya, termasuk pasca panen. Usaha tanaman hias kedua mencakup budidaya tanaman hias yang dipanen selain bunganya, yakni daun, batang, dan seluruh bagian tanaman tersebut. Usaha ketiga adalah usaha pembenihan hortikultura sayuran dan bunga-bungaan, mencakup bibit bunga, bibit buah-buahan dan bibit sayuran termasuk cangkokan, stek, umbi, dan akar umbi. 10 Usaha tanaman hias Pakis Kadaka pada PT Florbunda digolongkan ke dalam usaha tanaman hias yang dipanen selain bunganya, yakni daun potong. Pajak yang dikenakan pada PT. Floribunda antara lain PPN Pajak Pertambahan 10 www.pajakonline.com diakses tanggal 30 April 2010 81 Nilai, PPH Pajak Penghasilkan, retribusi transportasi antar daerah, pajak tanah, PBB Pajak Bumi dan Bangunan, dan NJOP Nilai Jual Objek Pajak. Pajak tersebut dirasa memberatkan bagi PT. Floribunda. Nilai pajak tersebut kurang mendukung bagi tumbuhnya industri tanaman hias di Indonesia. NJOP PT. Floribunda disamakan dengan NJOP hotel, sehingga nilainya sangat besar dan memberatkan. Kebijakan pertanian pemerintah lebih berfokus pada tanaman pangan sebagai komoditas politis. Pengembangan tanaman hias Indonesia hingga saat ini belum mendapat perhatian pemerintah. b. Ekonomi Kondisi pasar tanaman hias secara umum menunjukkan tren permintaan yang meningkat. Tanaman hias yang diproduksi antara lain jenis tanaman hias tropis dan subtropis. Plasma nutfah Indonesia sangat banyak, namun hanya sebagian yang dikembangkan. Sisanya masih terdapat di habitat aslinya dan belum dapat dimanfaatkan dengan baik. Permintaan untuk tanaman Pakis terus meningkat. Permintaan tersebut datang dari dalam dan luar negeri. Adanya permintaan dan kurangnya supply dalam negeri merupakan peluang bagi perusahaan domestik. Karena keterbatasan modal dan investasi, maka potensi tersebut belum dapat diraih sepenuhnya. Syarat-syarat bagi tanaman hias untuk diekspor berbeda tiap negara. Syarat pertama bagi penyelenggaraan kegiatan ekspor adalah produksi tanaman sesuai dengan apa yang diminta oleh negara pengimpor. Masing-masing negara memiliki persyaratan yang berbeda. Selain itu, tidak boleh ada media tanam berupa tanah yang diikutkan dalam ekspor. Tanah dikhawatirkan membawa patogen yang dapat mengancam tanaman di negara pengimpor. Alternatif yang dilakukan adalah mengirim tanaman dengan media tanam lain selain tanah, seperti sekam bakar atau cocopit. Selain memenuhi persyaratan kualitas dan jenis tanaman, maka perusahaan pengekspor perlu mengurus izin dan legalitas. Di Indonesia sendiri, tanaman yang diekspor akan melalui masa karantina untuk menjamin tanaman bebas patogen. Tanaman yang akan diekspor juga harus memiliki sertifikat sanitary dan phytosanitary untuk menjamin tanaman bebas hama. Rumitnya 82 perizinan merupakan salah satu alasan masih sedikitnya perusahaan yang melakukan ekspor. Alasan pertama adalah kesulitan memenuhi kualifikasi produk yang diekspor dan permasalahan keterbatasan produksi. Setelah mengurus perizinan, maka perusahaan akan menegosiasikan masalah perkapalan dan pembayaran dengan negara pengekspor. Menghadapi kondisi ini, maka pemilik menganggap bahwa saat ini belum tepat bagi PT. Floribunda untuk menggarap peluang ekspor. Prioritas pertama adalah menggali potensi dalam negeri untuk memperkuat posisi PT. Floribunda di dalam negeri yang akan digunakan sebagai modal meraih pasar ekspor. Peluang ekspor dapat diraih dalam jangka panjang, dimana perusahaan telah memiliki skala usaha yang cukup besar untuk mengatasi ancaman yang ada dalam pelaksanaan ekspor. Strategi yang dirumuskan bertujuan memenuhi peluang ekspor dan menggali potensi permintaan dalam negeri. Namun demikian, melihat prioritas yang ingin dicapai perusahaan dalam jangka waktu singkat adalah potensi dalam negeri, maka strategi prioritas juga akan bertujuan mengembangkan perusahaan untuk mencapai tujuan dalam negeri terlebih dahulu. Dalam aspek ekonomi, juga terdapat ancaman kenaikan harga barang- barang berpengaruh pada usaha yang dilaksanakan PT. Floribunda. Namun demikian, dampak tersebut dirasakan tidak terlalu besar. Bahan baku yang digunakan Floribunda adalah kotoran hewan, limbah jamur dan media tanam. Kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap kekayaan alam khas Indonesia mengakibatkan mudahnya pengakuan kepemilikan sumber daya tersebut oleh negara lain. tanpa kita sadari, banyak tanaman asli Indonesia yang telah dipatenkan oleh negara lain. Sebagai contoh, Polypodhium Silver asli dari daerah Cianjur Selatan telah dipatenkan negara Australia. Hal ini menjadi ancaman bagi pengembangan usaha tanaman hias dalam negeri. Dengan adanya paten, maka pengusaha wajib membayar royalti kepada negara pematen untuk perbanyakan tanaman hias asli Indonesia untuk tujuan ekspor. Perekonomian Indonesia saat ini menunjukkan perkembangan yang lebih baik. Pada tahun 2009, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,0-4,5 persen atau lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,5-4,0 persen. Dari sisi permintaan, kinerja konsumsi meningkat ditopang oleh pendapatan ekspor yang 83 meningkat, keyakinan konsumen yang lebih kuat, serta faktor musiman. Kinerja investasi diperkirakan sedikit membaik, meski masih tumbuh rendah. Dari sisi eksternal, pertumbuhan ekspor diperkirakan lebih tinggi sejalan dengan ekonomi negara mitra dagang yang semakin membaik, serta harga komoditas global yang meningkat Bank Indonesia 2010. Meningkatknya perekonomian juga ditandai dengan maraknya bisnis. Perbaikan kinerja perekonomian menjadi peluang bagi bisnis daun potong tanaman Pakis Kadaka PT. Floribunda, terutama peluang munculnya bisnis yang membutuhkan tanaman hias sebagai komponen bisnisnya, misalnya bisnis hotel, real estate, dan floris. c. Sosial PT. Floribunda terletak di daeah Cibodas, Cianjur, Jawa Barat. Masyarakat di daerah ini mayoritas merupakan petani sayuran dan tanaman hias. Adanya bisnis tanaman hias PT. Floribunda ditanggapi baik oleh warga. PT. Floribunda memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat Cibodas. Kontribusi tersebut dilihat melalui penciptaan lapangan perkerjaan bagi masyarakat. Tenaga kerja bidang produksi yang digunakan seluruhnya merupakan penduduk asli Cibodas. Adanya lapangan pekerjaan akan mengurangi tingkat pengangguran penduduk Cibodas. Berkurangnya pengangguran juga terkait dengan peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Daerah Cibodas, Cianjur memiliki lingkungan usaha yang kondusif bagi bisnis tanaman hias, khususnya Pakis. Pemasok yang menjamin kontinuitas usaha banyak jumlahnya. Selain itu petani sekitar menanggapi positif bisnis PT. Floribunda. Di daerah Cipanas juga terdapat lembaga khusus yang menangani masalah penelitian dan pengembangan tanaman hias. Ketiga hal ini merupakan peluang bagi PT. Floribunda untuk mengembangkan usaha Pakisnya dengan menjalin sistem kemitraan. d. Teknologi Perubahan teknologi akan menghadirkan peluang dan sebaliknya adanya alternatif teknologi baru juga akan menghadirkan ancaman. Terdapat beberapa teknologi dalam bidang produksi yang sesuai dengan kondisi yang saat ini dialami PT. Floribunda. Teknik dan teknologi kultur jaringan dapat membantu PT. Floribunda dalam perbanyakan benih secara masal dan meningkatkan kapasitas 84 produksi. Terkait proses budidaya, teknologi springkle dapat mengefisienkan kerja karena dapat mengairi Pakis dalam waktu bersamaan. Adanya perubahan teknologi dalam bidang produksi saat ini tidak memiliki banyak pengaruh karena PT. Floribunda belum berencana untuk menggunakan teknologi, terkait dengan kapasitas SDM level pelaksana produksi, dan modal yang dimiliki. Rendahnya tingkat penggunaan teknologi dapat menurunkan daya saing saat perusahaan lain menggunakan teknologi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya.

6.2.2 Lingkungan Industri