Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis Pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat

(1)

STRATEGI PENGEMBANGA

PADA PT. FLORIBUNDA

FAKULTAS EKONOM INSTITUT PERTANI

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN HIAS PAKIS

PADA PT. FLORIBUNDA, KECAMATAN CIBODAS,

CIANJUR, JAWA BARAT

SKRIPSI

ADELINE PUSPITASIWI H34062006

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

TANAMAN HIAS PAKIS

KECAMATAN CIBODAS,


(2)

RINGKASAN

ADELINE PUSPITASIWI. Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YANTI NURAENI MUFLIKH)

Indonesia dikenal sebagai pusat keragaman genetik Pakis dunia. Permintaan untuk tanaman hias Pakis meningkat tiap tahun. Salah satu sentra produksi Pakis di Indonesia adalah Kabupaten Cianjur dan PT. Floribunda adalah produsen utama Pakis di daerah tersebut. Perusahaan ini memproduksi Pakis dengan jenis yang baru ada di pasar untuk mengatasi kejenuhan pasar serta menciPT.akan permintaan baru, khususnya pada pemanfaatan Pakis sebagai daun potong. Produksi Pakis pada PT. Floribunda dimulai pada tahun 2007, dan permintaan untuk Pakis telah datang dari dalam dan luar negeri. Permintaan total tahun 2009 untuk Pakis daun potong pada PT. Floribunda sebesar 416.000 tangkai untuk enam jenis Pakis. Tanaman Pakis pada PT. Floribunda masih menyimpan banyak potensi, karena beragamnya jenis Pakis yang dimiliki PT. Floribunda serta pasar dalam negeri yang masih dapat digali terkait dengan adanya konsumen potensial. PT. Floribunda juga menghadapi persaingan dengan produsen produk substitusi Pakis, yakni berbagai jenis daun potong lain.

Berdasarkan kondisi tersebut, PT. Floribunda perlu mengembangkan usaha Pakisnya. Analisis formulasi strategi pengembangan usaha dimulai dengan menyusun faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dihadapi PT. Floribunda. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman pada PT. Floribunda, (2) menentukan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat untuk meraih peluang pasar yang saat ini belum dapat dipenuhi.

Penelitian dilaksanakan di PT. Floribunda pada bulan Februari-Mei 2010. Formulasi strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap. Tahap input (input stage) menggunakan analisis lingkungan bisnis internal dan eksternal untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor strategis yang dihadapi PT. Floribunda, serta matriks External Factor Evaluation(EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE). Tahap masukan (matching stage) menggunakan matriks Internal External (IE) dan matriks strength, weakness, opportunities and threat (SWOT). Tahap pengambilan keputusan dirumuskan dengan Proses Hirarki Analitis (PHA). Responden untuk pembobotan dan rating terdiri dari pemilik, kepala bidang produksi dan kepala bidang pemasaran, sedangkan responden untuk PHA adalah pemilik.

Kekuatan utama PT. Floribunda antara lain memiliki komitmen untuk mengembangkan tanaman Pakis, memiliki visi, misi serta tujuan yang spesifik dan manajemen organisasi yang handal. Kelemahan utama antara lain keterbatasan modal usaha, rendahnya kapasitas produksi serta keefektifan promosi. Faktor peluang utama antara lain adanya pelanggan loyal, banyaknya konsumen potensial serta maraknya binis ekowisata. Ancaman utama yang dihadapi antara lain regulasi dan perpajakan yang memberatkan usaha, belum adanya insentif dan


(3)

kebijakan yang mendukung usaha, serta banyaknya produk substitusi Pakis sebagai daun potong. PT. Floribunda memiliki kondisi internal dan eksternal yang kuat dan berada pada sel 1 matriks IE (3,09; 3,326).

Analisis menggunakan matriks SWOT menghasilan enam alternatif strategi yang kemudian ditentukan prioritasnya menggunakan PHA. Hasil pengolahan menghasilkan kesimpulan bahwa PT. Floribunda saat ini memprioritaskan tujuan memenuhi permintaan dan menggali potensi dalam negeri. Strategi yang diprioritaskan adalah mengembangkan jaringan kerja melalui sistem kemitraan, antara lain kemitraan penyediaan input dengan pemasok, kemitraan penelitian dan pengembangan dengan Balai Penelitian Tanaman Hias dan kemitraan produksi dengan petani setempat.


(4)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANAMAN HIAS PAKIS

PADA PT. FLORIBUNDA, KECAMATAN CIBODAS,

CIANJUR, JAWA BARAT

ADELINE PUSPITASIWI H34062006

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010


(5)

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis Pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat Nama : Adeline Puspitasiwi

NRP : H34062006

Disetujui, Pembimbing

Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M. Agribuss NIP. 19800626 200501 2 004

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat” adalah hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2010

Adeline Puspitasiwi H34062006


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 20 April 1988. Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Budi Marwoto dan Ibunda Lia Sanjaya.

Penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Mardi Yuana Sindanglaya Cipanas pada tahun 1994-2000. Pendidikan menengah pertama ditempuh pada tahun 2000-2003 di SLTP Negeri 1 Pacet. Pendidikan menengah atas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cianjur pada tahun 2003-2006.

Penulis menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2007.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif sebagai anggota beberapa organisasi mahasiswa yakni Himpunan Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) sebagai anggota dan Himpunan Mahasiswa Cianjur sebagai anggota. Penulis juga aktif menjadi panitia di beberapa kepanitiaan kampus.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan menganalisis kondisi lingkungan bisnis PT. Floribunda serta merumuskan dan merekomendasikan strategi pengembangan usaha tanaman Pakis yang tepat diterapkan PT. Floribunda.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini akibat keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak serta dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang strategi pengembangan usaha.

Bogor, Juli 2010 Adeline Puspitasiwi


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M Agribuss selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Ir. Anna Fariyanti selaku dosen penguji utama dan Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji departemen pada ujian sidang penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Febriantina Dewi, SP, MM yang telah menjadi pembimbing akademik penulis di Departemen Agribisnis

4. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan, cinta kasih dan doa yang diberikan

5. Ibu Karen Tambayong beserta seluruh jajaran PT. Floribunda atas waktu, kesempatan, informasi serta masukan dan dukungan yang diberikan selama kegiatan penelitian

6. Pihak Balai Penelitian Tanaman Hias atas kesediaan dalam memberikan informasi yang menunjang penelitian

7. Achmad Firdiyansyah Romadhona yang telah berkenan menjadi pembahas pada seminar penulis, atas saran yang membangun serta dukungan kepada penulis

8. Devi Mustikawati atas bantuannya dalam ujian sidang skripsi penulis

Bogor, Juli 2010 Adeline Puspitasiwi


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………. v

DAFTAR GAMBAR………. vii

DAFTAR LAMPIRAN………. viii

I PENDAHULUAN………. 1

1.1. Latar Belakang………. 1

1.2. Perumusan Masalah………... 8

1.3. Tujuan Penelitian………...……….. 10

1.4. Manfaat Penelitian………... 11

1.5. Ruang Lingkup Penelitian……….... 11

II TINJAUAN PUSTAKA………... 12

2.1. Klasifikasi Tanaman Hias di Indonesia………... 12

2.2. Agribisnis Tanaman Hias Pakis……….... 14

2.3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Usaha Tanaman Pakis………. 17

2.3. Penelitian Terdahulu……….... 19

III KERANGKA PENELITIAN……….……. 22

3.1. Kerangka Pemikiran teoritis………. 22

3.1.1. Visi, Misi, Tujuan Perusahaan………... 22

3.1.2. Pengertian dan Konsep Manajemen Strategi………. 22

3.1.3. Proses Perumusan Strategi………. 23

3.1.4. Strategi Pengembangan Usaha……….. 24

3.1.5. Analisis Lingkungan Usaha Tanaman Pakis……….. 26

3.1.5.1. Analisis Lingkungan Internal………... 26

3.1.5.2. Analisis Lingkungan Eksternal………. 27

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional………. 32

IV METODE PENELITIAN……… . 35

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian...………. 35

4.2. Metode Penentuan Responden………. 35

4.3. Data dan Primer dan Sekunder………. 36

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data………. 36

4.4.1. Analisis Lingkungan Usaha Tanaman Pakis……….. 41

4.4.2. Matriks IE………... 44

4.4.3. Analisis SWOT………... 45

4.4.4. Proses Hirarki Analitik (AHP)………... 46

V GAMBARAN UMUM INDUSTRI DAN PT. FLORIBUNDA 51 5.1. Sejarah Perkembangan PT. Floribunda……….. 51

5.2. Lokasi dan Letak Strategis……… 53

5.3. Struktur Organisasi Perusahaan……… 54

5.4. Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan……… 55


(11)

VI IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL 59

6.1. Analisis Internal PT. Floribunda……… 59

6.2. Analisis Eksternal PT. Floribunda………. 79

6.3. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman.. 88

VII PERUMUSAN STRATEGI………. 105

7.1. Tahap Masukan (Input Stage)……….. 105

7.2. Tahap Pencocokan (matching Stage)……… 111

7.3. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Stage)…………. 122

VIII KESIMPULAN DAN SARAN………. 132

8.1. Kesimpulan……….. 132

8.2. Saran……… 132

DAFTAR PUSTAKA………..………. . 134


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Tahun

2005-2009……….. 1

2. Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2008……….. 2

3. Perkembangan Produksi Beberapa Tanaman Hias Tahun 2005-2009……….. 3

4. Perbandingan Aspek Bisnis Pakis dan Tanaman Substitusinya…. 5 5. Permintaan Tanaman Pakis Dalam dan Luar Negeri pada 2009… 6 6. Perbandingan Aspek-Aspek Pengusahaan Pakis Di Tiga Wilayah Sentra Produksi Pakis………. 7

7. Permintaan dan Penawaran Komoditas Pakis PT. Floribunda Tahun 2009……… 9

8. Strategi Generik David……….. 25

9. Penilaian Bobot Faktor-Faktor Strategis Internal dan Eksternal... 42

10. Matrix IFE………. 43

11. Matrix EFE………. 44

12. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan... 48

13. Contoh matriks perbandingan berpasangan………... 49

14. Nilai Indeks Random... 50

15. Persentase Luas Lahan PT. Floribunda Tahun 2010... 53

16. Pemanfaatan Lahan Pada PT. Floribunda... 60

17. Sarana dan Prasarana yang Dimiliki PT. Floribunda Tahun 2010.. 61

18. Tenaga Kerja Bidang Produksi PT. Floribunda (Orang)…………. 69

19. Tahapan Siklus Produksi Tanaman Pakis Kadaka (Bulan)……… 69

20. Harga Daun Potong Pakis Kadaka PT. Floribunda (Rp)………… 73

21. Daftar Konsumen dan Jumlah Pembelian Pakis Kadaka PT. Floribunda Selama Periode April-Juni 2010……….. 74

22. Penjualan Pakis Kadaka PT. Floribunda (Ikat)………. 75

23. Faktor Strategis Kekuatan dan Kelemahan Pada PT. Floribunda.. 102

24. Faktor Strategis Peluang dan Ancaman Pada Pt. Floribunda…… 103

25. Perhitungan Posisi Internal PT. Floribunda……….. 110


(13)

27. Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Tujuan……… 124 28. Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Faktor Terhadap Tujuan

Permintaan Dalam Negeri……….. 125

29. Pengolahan Horizontal Elemen Strategi Terhadap Tujuan

Memenuhi Permintaan Dalam Negeri……… 127 30. Pengolahan Horizontal Elemen Strategi terhadap Tujuan

Memenuhi Permintaan Ekspor………... 128 31. Hasil Rata-rata Terbobot Total………... 129 32. Strategi Pengembangan Usaha Prioritas PT. Floribunda………… 131


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Peta Penyebaran Pakis Dunia………. 15

2. Model Komprehensif Manajemen Strategis……….. 24

3. Lingkungan Bisnis Eksternal………. 28

4. Konsep Competitive Strategy………. 31

5. Kerangka Pemikiran Operasional Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Pakis PT. Floribunda………... 34

6. Sembilan Sel Matriks IE……… 44

7. Matriks SWOT………... 46

8. Struktur Hirarki AHP... 48

9. Struktur Organisasi PT. Floribunda... 54

10. Ruang Pembuatan Media... 65

11. Pembenihan Melalui Spora... 66

12. Pakis Kadaka yang Diproduksi PT. Floribunda……… 71

13. Matriks IE PT. Floribunda………..………….. 111

14. Matriks SWOT PT. Floribunda………. 115

15. Pakis Kadaka Prisklet Keriting dan Kadaka Roll yang Potensial Sebagai Daun Potong……… 117

16. Pakis yang Potensial Sebagai Tanaman Laskap Vertical Garden.. 117

17. Pakis yang Potensial Sebagai Tanaman Pot……….. 118

18. Hirarki Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Pakis PT. Floribunda... 123


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Daftar Pertanyaan Wawancara Kondisi Internal dan

Eksternal PT. Floribunda………. 137

2. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Usaha Tanaman Pakis PT. Floribunda……….. 141

3. Kuesioner Pemberian Bobot Terhadap Faktor Strategis Internal dan Eksternal Usaha Tanaman Pakis PT. Floribunda………. 145

4. Kuesioner Pemberian Bobot Untuk Menentukan Prioritas Strategi dengan AHP……… 149

5. Varietas Tanaman Hias yang Diproduksi PT. Floribunda Tahun 2009……… 153

6. Penjualan Tanaman Pakis PT. Floribunda (Ikat)………... 155

7. Sarana dan Prasarana PT. Floribunda……… 156

8. Perhitungan Posisi Internal PT. Floribunda……… 158

9. Perhitungan posisi Eksternal PT. Floribunda………. 159

10. Hasil Pengolahan Prioritas Strategi Menggunakan Ekspert Choice 2000……… 161


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri tanaman hias (florikultura) memiliki peran besar bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Kontribusi sektor florikultura terhadap perekonomian tercermin dari peningkatan beberapa indikator makro seperti Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan jangkauan pemasaran. Kontribusi PDB tanaman hias sejak tahun 2005 terus meningkat hingga menghasilkan 4,864 milyar rupiah pada tahun 2009. Jumlah tersebut meningkat 6,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah PDB tersebut antara lain disebabkan oleh peningkatan produksi serta nilai ekonomi dan nilai tambah yang cukup tinggi.1

Tabel 1.Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura Tahun 2005-2009

Komoditas PDB Hortikultura (Rp Milyar)

2005 2006 2007 2008 2009

Buah-buahan 22.460 23.300 24.426 25.934 27.207

Sayuran 16.395 17.069 17.957 18.514 19.452

Biofarmaka 2.007 2.099 2.208 2.372 2.570

Tanaman Hias 3.334 4.051 4.281 4.554 4.864

TOTAL 44.196 46.519 48.872 51.374 51.093

Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2009a), Diolah

Tenaga kerja hortikultura mengalami peningkatan dari tahun 2005 hingga 2007 sebesar 125,8 persen dengan jumlah total pekerja 6.554.385 orang. Namun kemudian jumlahnya menurun sebesar 67,6 persen pada tahun 2008 atau hanya berjumlah 2.121.207 orang. Hal ini terkait dengan adanya krisis global yang berimbas pada meningkatnya harga produk impor, sementara daya beli tetap atau bahkan berkurang. Kondisi ini mempengaruhi ekspor tanaman hias, khususnya hortikultura dan kemudian juga berpengaruh terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja subsektor hortikultura (Badan Pengembangan Sumber Daya Pertanian 2010).

1 Agus Wediyanto, Direktur Direktorat Tanaman Hias. Signifikan Peningkatan PDB


(17)

Pemasaran tanaman hias telah meluas ke mancanegara. Tanaman hias untuk keperluan ekspor terdiri atas berbagai jenis dan bentuk. Komoditas utama ekspor adalah bunga, kuncup bunga potong, tanaman hias daun, umbi, bonggol dan benih tanaman hias. Tanaman hias tersebut umumnya digunakan sebagai karangan bunga segar, dan non segar. Jangkauan pemasaran dan nilai ekspor tanaman hias ditunjukkan oleh Tabel 2.

Tabel 2.Nilai Ekspor Tanaman Hias Indonesia Tahun 2008

No Negara Tujuan Nilai (US$) Persentase (%)

1. Jepang 3.618.582 17,68

2. Cina 1.513.857 7,40

3. Belanda 1.485.385 7,25

4. Australia 877.349 4,28

5. Singapura 467.836 2,28

6. Republik of Korea 411.468 2,01

7. Amerika Serikat 389.108 1,90

8. Italy 335.304 1,63

9. Malaysia 327.465 1,60

10. Vietnam 282.913 1,38

11. Taiwan 223.675 1,09

12. Kanada 146.317 0,71

13. Korea 122.987 0,60

14. Perancis 114.509 0,56

15. Hongkong 69.073 0,33

16. Lainnya 10.084.888 49,26

JUMLAH 20.470.716 100

Sumber: Pusdatin (2008)

Bidang florikultura merupakan alternatif bisnis yang potensial diusahakan. Permintaan untuk produk tanaman hias berasal dari dalam dan luar negeri dengan jumlah yang terus meningkat tiap waktu. Permintaan tanaman hias dalam negeri mencapai 250 juta tanaman baik bunga potong, daun potong, tanaman lanskap maupun tanaman pot. Jumlah penawaran dalam negeri hanya sebesar 158 juta tanaman atau sebesar 63,2 persen dari total permintaan yang ada. Pada hari-hari besar seperti hari raya Idul Fitri, Natal, tahun baru, Imlek, dan hari besar lainnya permintaan tanaman hias bunga potong meningkat sangat signifikan. Meningkatnya permintaan terhadap tanaman hias disebabkan oleh meningkatnya


(18)

industri pariwisata, dan perkembangan pembangunan perkotaan yang memerlukan tanaman hias untuk keindahan dan kenyamanan taman (Pemerintah Kota Tomohon 2009).

Peningkatan permintaan ditandai dengan peningkatan produksi tanaman hias pada periode 2005-2009. Data pada Tabel 3 menunjukkan tren produksi yang meningkat untuk komoditas tanaman hias, baik tanaman pot, bunga potong, tanaman lanskap dan daun potong. Peningkatan produksi terbesar pada tahun 2005-2009 terjadi pada tanaman lanskap, kemudian daun potong pada tempat kedua. Peningkatan tren produksi daun potong terkait dengan perubahan tren rangkaian bunga, dimana daun kini bukan hanya digunakan sebagai pelengkap, tapi juga sebagai inti rangkaian2. Pemanfaatan daun potong juga semakin bervariasi, yakni sebagai elemen dekorasi pada ruangan untuk berbagai acara dan keperluan. Hal ini mendorong meningkatnya permintaan daun potong di pasaran. Sementara itu, pasokan daun potong masih relatif terbatas karena belum banyak petani yang mengusahakan tanaman hias daun dalam pemanfaatan sebagai daun potong secara khusus3.

Tabel 3.Perkembangan Produksi Beberapa Tanaman Hias Tahun 2005-2009

Komoditas

Tanaman Hias Satuan

Produksi (dalam Ribuan) %

Kenaikan

2005 2006 2007 2008 2009

Tanaman pot Ton 23 24 26 27,9 30,1 30,8

Bunga potong Tangkai 173.240 176.997 198.948 215.548 235.156 35,7 Tanaman

Lanskap Pohon 752 936,1 950 1.055 1.214

61,4

Daun potong Batang 1.131 1.186,4 1.338 1.445 1.604 41,8

Sumber : Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura (2009b), Diolah

Kontribusi yang diberikan sektor tanaman hias terhadap perekonomian tersebut masih dapat ditingkatkan mengingat Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam sektor tanaman hias dibanding negara lain. Negara Indonesia memiliki sumberdaya genetik yang melimpah, sumberdaya manusia (SDM)

2 Andy Djati Utomo, ketua Ikatan Perangkai Bunga Indonesia. Tren Baru Rangkaian

Flora. 2009. www.trubus-online.co.id [1 April 2010]

3 Karen Sjarief, ketua Asosiasi Pengusaha Bunga Indonesia. 2009. Bunga Segar yang Dirangkai Nilai Tambahnya Meningkat. http://www.tokobungaonline.net [29Juli 2010]


(19)

memadai dan agroklimat yang kondusif, dengan demikian apabila dikelola dengan baik kegiatan produksi tanaman hias dapat dilakukan secara lebih efisien bila dibandingkan negara lain.

Berdasarkan data Balai Penelitian Tanaman Hias (2009a), komoditas tanaman hias Indonesia terdiri atas 1000 jenis yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Namun, dengan banyaknya komoditas yang harus ditangani dan berbagai pertimbangan strategis lain, selama ini pengembangan hortikultura masih diprioritaskan pada beberapa komoditas unggulan. Berdasarkan data dari Balai Penelitian Biogenetika (2007), terdapat tiga lokasi koleksi dan pengembangan tanaman hias, antara lain Cipanas (33 jenis tanaman hias), Segunung (23 jenis tanaman hias dan Pasar Minggu (25 jenis tanaman hias).

Keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia perlu ditransformasikan menjadi keunggulan kompetitif melalui sentuhan inovasi terhadap sumberdaya genetik lokal. Menurut Saptana (2008), ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menciptakan produk lokal yang berdaya saing internasional, antara lain dengan penciptaan inovasi produk melalui kegiatan penelitian dan pengembangan. Selain itu, produsen tanaman hias dalam negeri perlu mewujudkan keragaman produk, kualitas, kesinambungan pasokan, dan kuantitas yang sesuai dengan permintaan pasar atau preferensi konsumen.

Salah satu sumberdaya genetik lokal yang potensial dikembangkan sebagai komoditas unggulan florikultura ialah tanaman Pakis (fern). Berdasarkan kajian berbagai literatur diketahui bahwa Indonesia merupakan pusat keragaman genetik Pakis. Khoiriyah (2008) telah melakukan kajian ilmiah mengenai tanaman Pakis dan menemukan bahwa keragaman jenis Pakis berjumlah sekitar 10.000 varietas yang tersebar di seluruh dunia. Kekayaan varietas Pakis Indonesia berkisar antara 3000 varietas yang tersebar di seluruh wilayah tanah air. Pakis dapat dimanfaatkan menjadi beberapa produk, antara lain daun potong, tanaman lanskap dan tanaman pot. Umumnya Pakis dipasarkan dalam bentuk daun potong.

Varietas tanaman Pakis yang ada di Indonesia memiliki tingkat keragaman paling tinggi dibandingkan daun potong dari jenis tanaman hias lain. Indonesia memiliki 3000 varietas Pakis yang tersebar di seluruh tanah air, dan bersifat endemik atau hanya terdapat di daerah tertentu saja. Keunikan morfologi Pakis


(20)

menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen, terutama pola daun yang unik yang tidak dimiliki daun dari jenis tanaman hias lain, misalnya Philodendron dan Palem yang saat ini telah banyak dimanfaatkan sebagai daun potong.

Tabel 4. Perbandingan Aspek Bisnis Pakis dengan Beberapa Tanaman Substitusinya

Aspek Philodendron Palem Pakis

Pemanfaatan Tanaman

Tanaman pot, daun potong dan tanaman lanskap

Tanaman pot, daun potong dan tanaman lanskap

Tanaman pot, daun potong dan tanaman lanskap Morfologi a. Bentuk daun b. Tekstur c. Warna

Hati, lanset, berlekuk dan jari-jari

Licin, kasar, tebal Hijau, hijau muda, merah, keunguan, kuning, varigata

Menjari, lanset, bergelombang, panjang

Tebal, kasar, licin Hijau, hijau muda

Keriting, bergelombang, menjari, panjang Berpola, kasar, Licin, tebal

Silver, hijau, hijau muda

Keragaman Jenis

Indonesia memiliki keragaman 200 jenis dari total 700 jenis dunia

Indonesia memiliki keragaman 477 jenis dari total 600-1000 jenis dunia

Indonesia memiliki keragaman 3000 jenis dari total 10000 jenis dunia

Ketahanan (Vase Life)

2 minggu 3-5 minggu 6-8 minggu

Nilai Ekonomi

Total penjualan 650.895 ikat pada 2009

Total penjualan 485.024 ikat pada 2009

Total penjualan 250.420 ikat pada 2009

Sumber: UPT Pasar Rawa Belong (2009a), Ensiklopedia Tanaman Hias (2007), wawancara dengan pihak Balithi4

Ditinjau dari aspek fase hidup tanaman, daya hidup Pakis lebih lama dibandingkan produk substitusinya, yakni empat hingga enam minggu sejak daun dipotong. Hal ini berbeda dengan jenis daun potong Philodendron yang hanya memiliki fase hidup dua minggu dan Palem yang memiliki fase hidup tiga hingga lima minggu sejak daun dipotong. Tingkat kesegaran dan ketahanan daun merupakan salah satu kriteria kualitas daun potong. Tanaman dengan fase hidup lama cenderung lebih disukai, terutama untuk keperluan daun dan bunga potong. Namun demikian, sumber daya genetik Pakis masih belum banyak dikembangkan

4 Dr.Ir Lia Sanjaya, Ms. Peneliti Balai Penelitian Tanaman Hias. Aspek Budidaya Pakis


(21)

dan masih tersimpan di habitat aslinya. Dari total 3000 varietas Pakis di Indonesia, hanya sedikit yang dikembangkan sebagai daun potong, dan hanya dua jenis yang dikenal luas, yakni Leather Leaf dan Kadaka. Bila dibandingkan dengan Philodendron dan Palem, dimana telah banyak jenisnya yang dikembangkan, penjualan untuk jenis Pakis masih rendah dibanding kedua produk substitusinya. Hal ini menunjukkan potensi Pakis belum dimanfaatkan secara optimal.

Pengembangan Pakis diharapkan mampu menggerakkan pertumbuhan industri florikultura di dalam negeri. Pakis diproduksi untuk memenuhi permintaan dari dalam dan luar negeri (ekspor). Hingga saat ini permintaan dari negara-negara tujuan ekspor tersebut belum terpenuhi. Belum optimalnya jumlah permintaan dari dalam negeri menunjukkan potensi permintaan Pakis yang masih dapat digali dengan cara mengembangkan Pakis tersebut untuk dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dalam negeri. Hal tersebut menjadi peluang usaha bagi produsen Pakis Indonesia.

Tabel 5.Permintaan Tanaman Pakis Dalam dan Luar Negeri Tahun 2009

No Tujuan Jumlah Permintaan (000 tangkai) Persentase (%)

1. Jepang 150.000 75,7

2. Belanda 36.000 18,1

3 Eropa 10.000 5,05

4. Dalam Negeri 2.000 1,01

TOTAL 196.200 100

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2009c), Nursery Floribunda (2009)

Berdasarkan data Direktorat Tanaman Hias (2009d), sentra produksi Pakis di Jawa Barat terdiri atas tiga wilayah, yakni Cianjur, Bogor dan Sukabumi. Total lahan untuk pengusahaan Pakis terbesar ada di wilayah Sukabumi dan Cianjur, yakni 10 Ha. Pengusahaan Pakis yang ada di wilayah Cianjur memiliki keunikan, dimana jenis yang diproduksi tidak dihasilkan di daerah lain. Jenis Pakis yang diproduksi ini terkait erat dengan perusahaan penghasil Pakis yang ada di wilayah Cianjur, yakni PT. Floribunda yang memiliki komitmen untuk mengembangkan jenis Pakis baru yang belum ada dihasilkan oleh perusahana lain.


(22)

Tabel 6. Perbandingan Aspek-Aspek Pengusahaan Pakis di Tiga Wilayah Sentra Produksi Pakis

Aspek Pembanding Bogor Sukabumi Cianjur

Luas Lahan Budidaya Pakis

7 Ha 10 Ha 10 Ha

Jenis Pakis yang Dihasilkan

Leather Leaf dan Kadaka

Leather Leaf dan Kadaka

Leather Leaf, Kadaka Tegak, Prisklet, Udang, Ular, Silver, Keriting

Sumber: Direktorat Jenderal Hortikultura (2009c)

Pusat produksi tanaman hias Pakis di Cianjur ialah Cibodas. Pelaku usaha tanaman hias Pakis di Cibodas umumnya merupakan petani yang mengembangkan usaha Pakis dengan skala terbatas. Selain itu terdapat pelaku usaha skala industri berbadan hukum, yaitu PT. Floribunda. Produsen berskala kecil mengembangkan usaha Pakis dalam pemanfaatan sebagai tanaman pot dan tanaman lanskap, sedangkan produsen berbadan hukum mengembangkan Pakis sebagai daun potong, tanaman pot dan tanaman lanskap. Masing-masing pelaku usaha tersebut memiliki segmen pasar tersendiri. Perusahaan berbadan hukum memenuhi permintaan dalam jumlah besar (wholesale) dengan segmen pasar hotel, floris dan perangkai bunga yang ada di wilayah Bogor dan Jakarta. Petani lokal melayani pembelian individu dalam jumlah kecil dan eceran.

Produsen Pakis terbesar di Cibodas ialah PT. Floribunda. Dalam mengembangkan usaha Pakis, PT. Floribunda selalu memproduksi jenis Pakis baru dalam upaya mempertahankan posisi sebagai produsen di pasar domestik melalui kegiatan breeding dan eksplorasi plasma nutfah dari berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut juga dilakukan dalam upaya menghadapi persaingan dengan produsen daun potong dari jenis tanaman hias lainnya sebagai substitusi Pakis. PT. Floribunda menyadari kondisi permintaan untuk tanaman Pakis yang terus meningkat. Selain itu, terdapat potensi-potensi tanaman Pakis yang prospektif dikembangkan.

Prospek usaha Pakis di domestik dan pasar global sangat baik. Potensi pengembangan usaha tanaman Pakis dapat dilihat melalui banyaknya jumlah permintaan dari dalam negeri dan permintaan ekspor yang masih belum dapat


(23)

dipenuhi perusahaan. Plasma nutfah Pakis yang dimiliki PT. Floribunda juga berlimpah dan potensial untuk diterima pasar. Berdasarkan kondisi tersebut, PT. Floribunda perlu mengembangkan strategi khusus untuk mengembangkan usaha tanaman Pakis guna meraih peluang usaha yang ada di dalam dan luar negeri, serta menghadapi persaingan dengan produk sejenis sebagai substitusi Pakis.

1.2 Perumusan Masalah

PT. Floribunda mulai memproduksi Pakis tahun 2007 dan permintaan terus datang dari dalam dan luar negeri. Pemilihan tanaman Pakis sebagai fokus produksi merupakan bentuk komitmen untuk menghasilkan tanaman hias tropis berbasis sumberdaya dan kearifan lokal. Saat ini perusahaan mengupayakan enam jenis Pakis yang dimanfaatkan sebagai daun potong. Keenam jenis Pakis tersebut adalah Kadaka Keriting, Kadaka Udang, Kadaka Prisklet, Kadaka Tegak, Kadaka Ular dan Kadaka Silver. Jenis Pakis yang diproduksi PT. Floribunda merupakan jenis Pakis baru yang belum ada di pasar tanaman hias. Pemilihan jenis Pakis baru bertujuan menciptakan permintaan pasar dan mengatasi kejenuhan konsumen atas daun potong yang telah ada.

Visi PT. Floribunda adalah menjadi perusahaan penghasil tanaman hias tropis terdepan di Indonesia dalam menghasilkan produk inovatif yang berbasis sumberdaya genetik nasional. Dari visi tersebut kemudian dikembangkan misi PT. Floribunda. Misi tersebut antara lain menghasilkan produk tanaman hias tropis berbasis sumberdaya dan kearifan lokal, mengembangkan potensi perusahaan untuk meraih publisitas terbaik di Indonesia, mengelola aset dan menerapkan prinsip manajemen yang handal dengan menerapkan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas, membina jaringan kerjasama di bidang pengembangan tanaman hias tropis dengan berbagai pihak yang kompeten, dan mengembangkan sistem informasi dan promosi untuk memperkuat jaringan pemasaran.

Tanaman Pakis yang diproduksi bertujuan untuk mengisi pasar dalam negeri dan ekspor. Konsumen Pakis dalam negeri mencakup hotel, floris, perangkai bunga serta kursus merangkai bunga di wilayah Bogor dan Jakarta. Permintaan untuk ekspor datang dari negara-negara Eropa, dan belum dapat dipenuhi karena keterbatasan yang dimiliki perusahaan serta ancaman yang


(24)

dihadapi perusahaan dalam melaksanakan ekspor, antara lain rumitnya persyaratan ekpor dan adanya beberapa jenis Pakis yang telah dipatenkan oleh negara lain.

Tabel 7.Permintaan dan Penawaran Komoditas Pakis PT. Floribunda Tahun 2009

Pembeli/Buyer Permintaan (Tangkai/tahun) Penawaran (Tangkai/tahun) Peluang (Gap) 1. Florimex (Belanda)

2. Growing Together (Belanda) 3. Teer Haar Ornamental

Flower (Belanda) 4. Dalam Negeri

36.000 240.000 120.000 24.000 Belum dipenuhi Belum dipenuhi Belum dipenuhi 18.000 36.000 240.000 120.000 6.000 Sumber: PT. Floribunda (2010)

Pasar dalam negeri masih menyimpan potensi yang perlu dikembangkan oleh PT. Floribunda, terkait dengan peluang adanya konsumen potensial yang belum dijangkau PT. Floribunda akibat promosi yang kurang efektif. Dalam jangka pendek, perusahaan lebih memprioritaskan untuk menggali pasar domestik secara optimal. Peluang ekspor akan diraih saat perusahaan telah memiliki usaha dengan skala yang lebih besar, sehingga mampu untuk menanggulangi ancaman-ancaman yang dihadapi dalam melakukan ekspor, seperti penguasaan paten oleh negara lain dan rumitnya persyaratan ekspor.5

Dalam upaya meraih pasar di dalam negeri, PT. Floribunda menghadapi persaingan antara sesama produsen Pakis. Persaingan juga terjadi dengan produsen produk substitusi tanaman Pakis, yakni berbagai jenis daun potong yang berguna sebagai komponen dalam rangkaian bunga. Di Jawa Barat, banyak produsen yang telah memproduksi Pakis jenis Leather Leaf dan berbagai jenis daun potong lain, seperti Asparagus, Philodendron dan Puring. Perusahaan tersebut antara lain PT. Daun Mas Asri (Kabupaten Bogor), PT. Ijo Asri (Jakarta Barat), PT. Tropical Greeneries (Karawang), PT. Benara (Karawang), Wijaya Nursery (Bogor), PT. Bina Usaha Flora (Cianjur), Pesona Daun Mas Asri (Depok), Saung Mirwan (Cibinong), dan lain-lain.

5

Karen Tambayong, Pemilik PT. Floribunda. 2010. Rencana Pengembangan PT. Floribunda [3 Maret 2010]


(25)

Pesaing-pesaing tersebut memasok daun potong untuk target konsumen yang sama, yakni hotel, floris, dan perangkai bunga yang ada di wilayah Bogor dan Jakarta. Pesaing terbesar PT. Floribunda adalah PT. Daun Mas Asri yang memfokuskan produksi pada daun potong dengan harga rata-rata daun potong yang ditawarkan lebih rendah dari PT. Floribunda. Meskipun komoditas yang diproduksi berbeda, namun kedua perusahaan ini bersaing dalam rangka meraih pasar daun potong yang sama.

Usaha Pakis yang dijalankan oleh PT. Floribunda menunjukkan potensi besar, hal ini terlihat dari permintaannya yang terus mengalami peningkatan dan masih terbukanya pasar untuk dapat menerima produk Pakis PT. Floribunda. Kondisi usaha tanaman Pakis juga diiringi oleh persaingan dengan perusahaan sejenis yang menghasilkan daun potong sebagai produk substitusi Pakis. Menghadapi kondisi ini, PT. Floribunda membutuhkan strategi pengembangan usaha yang tepat bagi usaha tanaman Pakisnya. Dalam rangka menyusun strategi pengembangan usaha Pakisnya, PT. Floribunda terlebih dahulu memerlukan identifikasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, berbagai permasalahan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kekuatan, kelemahan serta peluang dan ancaman pada PT. Floribunda?

2. Prioritas strategi apa yang tepat bagi PT. Floribunda dalam mengembangan usaha tanaman Pakis untuk meraih pasar yang saat ini belum dapat dipenuhi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman pada PT. Floribunda

2. Menentukan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat untuk meraih peluang yang saat ini belum dapat dipenuhi perusahaan


(26)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan rekomendasi bagi perusahaan dalam menerapkan strategi pengembangan usaha yang tepat untuk meraih peluang yang ada saat ini 2. Memberikan kontribusi bagi ilmu dan pengetahuan khususnya di bidang

strategi pengembangan usaha

3. Menyediakan informasi bagi kegiatan penelitian selanjutnya yang terkait dengan strategi pengembangan usaha, khususnya tanaman hias

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Materi penelitian dibatasi pada bidang strategi pengembangan usaha tanaman hias Pakis di PT. Floribunda sampai pada tahap formulasi strategi. Penelitian ini dirancang untuk memberikan masukan bagi perusahaan dalam menentukan strategi pengembangan terbaik bagi usaha tanaman Pakis. Dengan demikian, keputusan implementasi dan evaluasi strategi sepenuhnya menjadi pilihan perusahaan.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Produk Tanaman Hias di Indonesia

Tanaman hias didefinisikan sebagai jenis tanaman tertentu, baik tanaman daun maupun tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan dan membuat suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Tanaman hias berperan dalam menciptakan keselarasan alam sehingga menghasilkan suatu keindahan, kesejukan, kenyamanan dan kesinambungan kehidupan Berdasarkan pemanfaatan produknya, tanaman hias diklasifikasikan ke dalam empat kelompok produk, antara lain:

a. Bunga Potong

Tanaman hias yang bernilai ekonomis sebagai bunga potong harus memenuhi persyaratan tertentu, yakni berwarna indah, mulus, bersih, tidak bernoda dan baunya wangi tidak menyengat. Selain itu, bunga potong harus dapat bertahan lama setelah dipotong, tangkai bunga cukup panjang dan kuat, bunga tidak mudah rusak dalam pengepakan dan bunga dihasilkan oleh tanaman yang subur dan mudah berbunga tanpa mengenal musim. Beberapa jenis bunga potong yang terkenal di Indonesia adalah Anggrek, Krisan, Mawar, Anyelir, Gladiol dan Gerbera (Balai Penelitian Tanaman Hias 2009b).

b. Daun Potong

Nilai jual dari tanaman hias daun dipilih berdasarkan keindahan bentuk dan variasi warna, kemulusan dan ketegaran daun serta kekompakan susunan daun. Daun potong yang banyak dikembangbiakkan saat ini terdiri atas 29 jenis, termasuk Asparagus, Cordyline, Anthurium, Calathea, Palem Kuning, Waregu, Daun Salak, dan Andongijo, Kadaka dan Pakis . Warna daun potong tidak selalu hijau, tapi ada pula yang berwarna merah, hijau-kuning, perak-hijau dan ungu. Variasi warna daun ini berpeluang untuk menggantikan warna rangkaian yang berasal dari bunga (UPT Rawa Belong 2009b).

Permintaan daun potong di Indonesia terus meningkat. Hal ini disebabkan perubahan terhadap tren rangkaian bunga. Semula daun hanya dikenal sebagai pelengkap rangkaian bunga. Dalam satu rangkaian, daun mengisi 30 persen porsi rangkaian. Fungsi daun kemudian berubah, kini daun memiliki nilai tambah


(28)

sehingga rangkaian lebih menarik dan tampak hidup. Daun potong menjadi elemen utama rangkaian, bukan hanya sebagai pelengkap.6

c. Tanaman Hias Pot

Konsumen tanaman hias pot akan melihat kekompakan dan keserasian tanaman dengan wadah/pot serta keindahan tanamannya. Dengan demikian, nilai estetika bagi tanaman hias pot bukan hanya ditentukan dari tanaman hias, namun juga dari keindahan pot yang digunakan. Jenis yang paling dikenal dari kelompok tanaman hias pot antara lain Anthurium, Aglaonema, Philodendron, Spatyphillum, Kaktus, Sukulen, Sanseviera, Euphorbia, Adenium, Anggrek dan Bonsai.

d. Tanaman Lanskap

Tanaman lanskap bertujuan memberikan nilai estetika pada suatu ruang khusus. Nilai estetika diperoleh dari perpaduan antara warna (daun, batang, bunga), bentuk fisik tanaman, tekstur tanaman, skala tanaman dan komposisi tanaman. Nilai estetika tanaman dapat diperoleh dari satu tanaman, sekelompok tanaman sejenis, kombinasi berbagai jenis tanaman dan kombinasi tanaman dengan elemen lanskap lainnya. Konsumen tanaman hias taman juga mempertimbangkan kemudahan tanaman untuk diintegrasikan dalam suatu desain taman, tidak banyak memerlukan pemeliharaan, tahan terhadap hama dan penyakit serta tidak terlalu banyak menggugurkan daun (Balai Penelitian Tanaman Hias 2009b). Selain bertujuan memberikan nilai estetika, tanaman hias lanskap juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, memberikan efek visual dan psikologis dari kombinasi warna tanaman lanskap dan memberikan kesan yang terkandung dalam taman.

Berdasarkan lokasi tumbuhnya, tanaman hias dapat digolongkan menjadi tanaman hias tropis dan non tropis. Tanaman hias tropis umumnya dimanfaatkan sebagai tanaman hias daun potong, tanaman pot serta tanaman lanskap. Berbagai jenis tanaman tropis antara lain Athurium, Sansievera, serta berbagai jenis Pakis. Tanaman hias subtropis umumnya dimanfaatkan sebagai bunga potong karena warnanya yang beragam, fase hidupnya yang lebih tahan lama, tangkai kokoh, lebih panjang dan lurus serta bentuk yang lebih variatif (Bina UKM 2010).

6 Andy Djati Utomo, ketua ikatan perangkai bunga Indonesia. Tren Rangkaian Flora. www.trubus-online.co.id [1 April 2010]


(29)

Tanaman Pakis dapat dimanfaatkan untuk beberapa fungsi, antara lain sebagai daun potong, tanaman lanskap dan tanaman pot. Pakis sebagai daun potong digunakan sebagai elemen rangkaian bunga. Jenis Pakis yang umum dimanfaatkan sebagai daun potong adalah Leather Leaf. Dalam pemanfaatannya sebagai tanaman pot, jenis Pakis yang umum digunakan adalah Dicksonia Antartica (Pakis Monyet). Sebagai tanaman lanskap, beberapa jenis Pakis yang umum digunakan adalah jenis Pakis Haji. Potensi penggunaan tanaman Pakis masih terus dapat digali mengingat banyak jenisnya yang masih ada di habitat aslinya.7

2.2 Agribisnis Tanaman Hias Pakis

Tanaman Pakis merupakan tanaman daerah tropis dan sebagian wilayah subtropis. Wilayah penyebaran Pakis antara lain Asia Tenggara, Afrika Selatan, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Total keragaman Pakis dunia sebanyak 10.000 varietas dan Indonesia memiliki lebih kurang 3000 varietas (Khoiriyah 2008). Penyebaran varietas Pakis merata di seluruh Indonesia, dengan pusat penyebaran terdapat di Papua. Penyebaran tanaman Pakis di Pulau Sumatera tercatat sebanyak 500 spesies, Pulau Kalimantan 1.000 spesies, Pulau Jawa-Bali/NTB/NTT 500 spesies, Pulau Sulawesi 500 spesies, Kepulauan Maluku 690 spesies dan Papua 2.000 spesies. Dalam menentukan jumlah perkiraan total spesies di setiap wilayah penyebaran tersebut boleh jadi ada tumpang tindih antara satu pulau dengan lainnya, namun ada juga spesies endemik yang ada pada satu pulau saja8. Penyebaran Pakis dunia terlihat pada Gambar 1.

7 Dr. Ir. Budi Marwoto MS, Peneliti Balai Penelitian Tanaman Hias. Pemanfaatan dan


(30)

Gambar 1.Peta Penyebaran Pakis Dunia Sumber: www.cycadsforafrica.com

Menurut Wibowo dan Prasetya (1994), pengertian agribisnis mengacu pada semua aktivitas mulai dari pengadaan, prosessing, penyaluran sampai pada pemasaran produk yang dihasilkan oleh suatu usaha tani atau agroindustri yang saling terkait satu sama lain. Saragih (1998) mengemukakan bahwa pada sistem agribisnis terdiri atas empat subsistem, yaitu: (a) subsistem agribisnis hulu (downstream agribusiness), (b) subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness), (c) subsistem agribisnis hilir (upstream agribusiness), dan (d) subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (supporting institution).

Subsistem agribisnis hulu (downstream agribusiness) berhubungan dengan pengadaan sarana produksi pertanian, yaitu memproduksi dan mendistribusikan bahan, alat, dan mesin yang dibutuhkan usahatani. Pada agribisnis tanaman hias, khususnya Pakis, input yang dibutuhkan berupa bibit, pupuk, pestisida dan obat-obatan, serta peralatan penunjang pertanian. Terdapat teknologi terkait dengan perbanyakan benih secara masal, yakni teknik kultur jaringan (tissue culture). Kultur jaringan merupakan suatu teknik untuk mengisolasi sel, protoplasma, jaringan, dan organ serta kemudian menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali. Manfaat utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam jumlah banyak dalam waktu relatif singkat dengan sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan induknya. Selain itu, melalui teknik kultur jaringan dapat diperoleh tanaman baru yang bersifat


(31)

unggul atau sifat yang dikehendaki. Metabolit sekunder tanaman segera didapat tanpa perlu menunggu tanaman dewasa (Departemen Kehutanan 2009).

Subsistem agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) mencakup kegiatan produksi yang menggunakan barang-barang modal dan sumberdaya alam untuk menghasilkan produk primer. Kegiatan usahatani juga perlu menerapkan SOP budidaya, manajemen produksi dan pengendalian mutu. Hal ini bertujuan menjaga kualitas dan standarisasi produk agar perusahaan mencapai hasil yang optimal.

Kualitas tanaman Pakis akan optimal jika proses produksi telah menggunakan teknik dan teknologi budidaya. Tanaman Pakis tumbuh optimal pada kondisi pencahayaan 45 persen, kondisi udara yang lembab serta pada kondisi tanah yang mengandung Fosfor dan bersifat agak masam. Untuk itu diperlukan modifikasi lingkungan tumbuh mikro bagi Pakis. Pertama, produsen perlu mengatur pencahayaan dengan menggunakan paranet 55 persen, artinya cahaya yang masuk adalah 45 persen. Kedua, diperlukan teknologi yang mengatur kelembaban udara, yakni melalui sistem irigasi terkendali. Ketiga, untuk membangun kondisi tanah yang sesuai, maka diperlukan asupan hara Nitrogen (N) dan Kalium (K) dalam dosis yang tepat.9

Subsistem agribisnis hilir (upstream agribusiness) terdiri dari kegiatan pengolahan dan pemasaran komoditas primer dan produk turunannya. Misalnya saja merangkai daun dan bunga potong menjadi karangan bunga serta memasarkannya dengan kemasan menarik hingga ke tangan konsumen. Agribisnis tanaman Pakis mengenal beberapa kegiatan dalam subsistem hilirnya, dimulai dari aktivitas pasca panen meliputi sortasi, grading, pengawetan dan pengemasan. Tanaman Pakis kemudian dipasarkan hingga sampai ke tangan konsumen.

Subsistem jasa layanan pendukung agribisnis (supporting institution) bertugas mendukung dan melayani serta mengembangkan kegiatan ketiga subsistem agribisnis lainnya, misalnya penyuluhan, konsultan, keuangan, dan penelitian (research and development). Selain itu, hal yang harus diperhatikan dalam subsistem jasa pelayanan penunjang adalah sistem regulasi yang mengatur bisnis dan indormasi yang diperlukan dalam rangka usaha.


(32)

2.3 Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Usahatani Tanaman Pakis Tanaman hias Pakis merupakan komoditas yang diperdagangkan baik ditingkat nasional maupun internasonal. Keberhasilan usahatani tanaman hias ditentukan oleh faktor pemilihan bahan baku, tingkat penguasaan teknologi dan adanya strategi pemasaran yang jitu. Dalam kegiatan pelaksanaan dan pengelolaan usaha tanaman hias banyak terdapat risiko-risiko usaha yang menjadi faktor kritis yang harus mendapat perhatian lebih, diantaranya (Bina UKM 2010):

1. Iklim, Tanah dan Air

Unsur iklim, tanah dan air sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan Pakis yang akan dibudidayakan. Ketersediaan air akan menentukan keberhasilan budidaya Pakis yang dipanen sepanjang tahun. Tanpa tersedianya air maka usahatani akan menjadi budidaya tradisional musiman. Syarat yang harus diperhatikan adalah bahwa air harus bebas dari hama penyakit serta benih gulma karena sistem irigasi yang digunakan adalah sistem perendaman atau irigasi tetes (drip irrigation).

2. Rumah Naungan

Pada daerah tropis, kecenderungan yang terjadi adalah iklim panas, intensitas cahaya matahari dan hujan yang tinggi, adanya hama dan penyakit tanaman, serta perubahan suhu dan kelembaban. Kelima hal ini merupakan risiko produksi yang dominan pada usaha Pakis. Membangun rumah naungan menjadi keharusan, dengan kualitas dan ukuran yang dapat disesuaikan dengan modal dan kondisi lapang. Tanaman Pakis hanya membutuhkan cahaya 45 persen, sehingga rumah naungan yang dibangun perlu dipasangi paranet 55 persen. Kelembaban udara juga perlu dijaga, karena Pakis tumbuh optimal pada lingkungan dengan tingkat kelembaban tinggi.

3. Tanaman Induk (Mother Plant)

Pertimbangan dalam memilih mother plantdari tanaman induk impor atau tanaman induk produksi dalam negeri sangat tergantung dari sejauh mana orientasi pasar. Jika dilakukan impor, maka yang perlu diperhatikan adalah kemampuan bahan tanaman tersebut untuk diperbanyak (anakan) tanpa menyebabkan penurunan mutu yang dihasilkan. Kondisi bibit yang perlu dijaga antara lain tanaman harus bebas dari hama dan penyakit, seragam, true to type,


(33)

selalu berada pada fase vegetatif, mendapat asupan hara yang cukup serta cukup dewasa pada saat diambil anakannya.

4. Sumber Daya Manusia (Human Resources)

PT. Floribunda perlu memiliki SDM yang mempunyai kemampuan dalam pengetahuan teknis mengenai produksi tanaman hias Pakis serta dapat berhubungan dengan karyawan lain. Di samping itu, faktor cinta pada pekerjaan dan keuletan menghadapi tantangan adalah faktor yang cukup dominan untuk meminimalisasi risiko yang berhubungan dengan SDM.

5. Tindakan Pasca Panen dan Distribusi

Karakteristik bunga pada umumnya mempunyai sifat mudah rusak (perishable) sehingga harus dikonsumsi dalam keadaan segar dan tidak cacat. Hal ini merupakan titik kritis yang memerlukan penanganan pasca panen yang baik, khususnya pengawetan (untuk memperpanjang fase hidup, misalnya dengan menyemprot daun potong Pakis dengan larutan air, gula dan pemutih) dan pengemasan. Sarana jalan yang baik, ketersediaan alat transportasi berupa cold storageserta kepastian pasar akan menjamin sistem distribusi yang baik, sehingga meminimumkan kerugian akibat kerusakaan produk.

6. Pemasaran

Pemasaran dapat menjadi titik kritis pada saat tercapainya tujuan penjualan perusahaan serta persaingan (kompetisi) dalam industri. Strategi dan taktik penjualan harus benar-benar terfokus. Dalam menyusun strategi pemasaran, perusahaan perlu menetapkan:

a. Jenis-jenis tanaman hias yang akan diproduksi, lebih baik jika menciptakan pasar atau tren dari jenis yang selama ini belum banyak ada di pasar

b. Segmen-segmen pasar yang dianggap efektif, di antaranya adalah floris, hotel, wholesaler, perkantoran, catering, dan bisnis real estate. Setiap segmen pasar memiliki pertimbangan masing-masing dalam membeli bunga potong.

c. Menyesuaikan skala produksi dan waktu panen berdasarkan tingkat permintaan yang dimiliki

Selain beberapa hal tersebut, produsen tanaman hias Pakis harus menyadari bahwa tren pemakaian bunga dan tanaman hias selalu berubah setiap waktu sehingga produsen harus mengetahui jenis bunga atau tanaman hias yang


(34)

potensial diterima pasar. Produsen juga harus mengetahui saat-saat tertentu dimana kebutuhan akan bunga meningkat. Hal tersebut penting diketahui, agar produksi dapat diserap pasar dengan baik. Saat-saat tersebut antara lain hari raya Lebaran, Natal, tahun baru, Imlek, 17 Agustus, Valentine dan bulan-bulan ramai pernikahan (seperti bulan haji menurut kalender Islam).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai tanaman Pakis dan produk substitusinya telah banyak dilakukan. Penelitian tersebut dilakukan pada waktu yang berbeda dan mengkaji berbagai topik. Kajian mengenai strategi pemasaran tanaman hias daun potong telah dilakukan oleh Rositasari (2006). Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, EFE, SWOT dan AHP. Industri florikultura memiliki karakteristik tren dan selera konsumen yang selalu berubah. Oleh karena itu, perusahaan membutuhkan strategi pemasaran yang tepat dalam kegiatan bisnisnya. Strategi yang diprioritaskan sebagai strategi pemasaran antara lain menetapkan harga yang fleksibel dan melakukan diversifikasi serta pengembangan produk.

Tanaman hias daun potong merupakan produk substitusi dari tanaman Pakis. Keduanya mempunyai fungsi yang sama dalam membentuk rangkaian tanaman hias. Usaha tanaman hias daun potong membutuhkan strategi pemasaran mengingat tren pasar yang selalu berubah. Sayangnya, target usaha perusahaan hanya berada pada lingkup dalam negeri, sehingga menutup kemungkinan perusahaan untuk meraih peluang ekspor yang terbuka lebar. Penelitian mengenai tanaman hias Pakis yang terdapat pada PT. Floribunda bertujuan untuk meraih peluang dalam memenuhi permintaan dari dalam dan luar negeri. Strategi pengembangan yang dihasilkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan perusahaan sejenis guna menggali potensi dalam negeri serta meraih peluang ekspor.

Kajian penelitian risiko produksi tanaman hias daun potong telah dilakukan oleh Safitri (2009). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa komoditas daun potong potensial untuk dikembangkan. Namun, pengusahaannya tidak mudah karena menghadapi risiko dalam kegiatan produksinya. Risiko tersebut antara lain menurunnya jumlah produksi, serangan hama dan penyakit serta


(35)

ketidakpastian iklim. Perusahaan perlu menerapkan strategi untuk meminimalkan produksi, yakni dengan menetapkan pola penanaman terpadu, dan menjalankan kemitraan.

Usaha tanaman hias Pakis pada PF Floribunda juga menghadapi risiko produksi dalam kegiatan bisnisnya. Adanya risiko produksi sangat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan untuk meraih peluang pasar. Penelitian mengenai risiko produksi dapat membantu dalam proses merumuskan strategi, yakni dengan mengoptimalkan budidaya dengan mempertimbangkan risiko produksi yang dihadapi.

Fauziah (2009) melakukan penelitian dalam skripsinya yang berjudul Formulasi Strategi Bersaing Usaha Tanaman Hias pada PT Istana Alam Dewi Tara, Kota Depok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total skor matriks EFE (3,364) dan total skor matrix IFE (3,198) menempatkan posisi perusahaan pada kuadran 1 matrix IE (tumbuh dan kembangkan). Perusahaan memiliki posisi internal dan eksternal yang kuat, sehingga cocok untuk menerapkan strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk), dan strategi integrasi (integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal). Berdasarkan matriks SWOT dan QSPM, maka strategi beserta prioritasnya adalah: (1) melakukan diferensiasi produk, (2) mengembangkan usaha dengan intensifikasi lahan, (3) melakukan ekspektasi pasar dengan riset pemasaran, (4) melakukan diversifikasi usaha, (5) mengusahakan pasokan bibit lokal berkualitas, (6) pengembangan pasar dengan membuka pasar baru, (7) merestukturisasi perusahaan untuk memperjelas spesialisasi pekerjaan dan otoritas kerja.

Usaha tanaman hias berada pada struktur pasar persaingan sempurna. Dengan demikian, terdapat banyak perusahaan sejenis yang saling berkompetisi untuk mendapatkan market share. Menghadapi kondisi ini, maka dibutuhkan strategi bersaing bagi perusahaan guna mempertahankan dan meningkatkan posisinya di pasar. PT. Floribunda telah memilih untuk mengusahakan tanaman hias Pakis yang jarang diusahakan perusahaan lain. Pemilihan ini tepat, terlihat dari banyaknya permintaan untuk tanaman hias Pakis dari dalam dan luar negeri. Menghadapi situasi ini, maka strategi pengembangan usaha perlu dirumuskan


(36)

untuk meraih peluang dan mempertahankan posisi sebagai market leader.Kajian mengenai strategi pengembangan tanaman usaha hias Pakis yang minim pesaing dapat menjadi acuan bagi perusahaan lain tentang pentingnya melihat peluang usaha dan cara meraih peluang tersebut.

Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha tanaman hias dilakukan oleh Tambunan (2005) dalam skripsinya yang berjudul Strategi pengembangan usaha tanaman hias pada PT. Bina Usaha Flora di Cipanas, Cianjur. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, Matriks IE, SWOT, dan Matriks QSP. Total skor pada matriks IFE dan EFE kemudian dipetakan ke dalam matriks IE. Hasilnya adalah perusahaan berada pada sel IV (growt and built). Hasil analisis SWOT dan prioritas dengan matriks QSP adalah strategi yang paling relevan berupa: (1) mendirikan floris atau retail di Jakarta, (2), menjalin kerjasama dengan pelanggan potensial, (3) melakukan segmentasi dan diferensiasi harga, dan (4) melakukan ekspansi pemasaran.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Lestari (2008) dalam skripsi yang berjudul Analisis Formulasi Strategi Pengembangan Tanaman Hias pada Galeri Tanaman Hias Kebun Raya Cibodas. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IFE, matriks EFE, Matriks IE, SWOT, dan Matriks QSP. Galeri Kebun Raya Cibodas berada pada sel V matriks IE (hold and maintain). Hasil analisis SWOT dan matriks QSP menunjukkan prioritas strategi yang dijalankan perusahaan, antara lain: (1) berusaha meraih share lebih besar dari segmen pasar pengunjung Kebun Raya Cibodas, (2) memperbaiki kualitas produk, (3) melakukan pemasaran secara intensif dan terintegrasi, dan (4) mengembangkan penyediaan produk komplemen.

Galeri Kebun Raya Cibodas memiliki latar belakang yang sama seperti PT. Floribunda. Galeri Kebun Raya membutuhkan strategi pengembangan usaha dalam rangka meraih pendapatan penjualan yang lebih besar terhadap pengunjung Taman Wisata Cibodas. Kajian mengenai strategi pengembangan usaha Pakis diharapkan dapat menjadi acuan bagi perusahaan lain dalam mengembangkan usahanya untuk membuka pasar baru, yakni dengan terlebih dahulu mencari informasi pasar, kemudian menerapkan strategi yang tepat untuk dapat meraih peluang.


(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Proses merumuskan strategi melibatkan beberapa konsep teoritis yang menyampaikan informasi mengenai objek dan berperan sebagai dasar yang umum dalam melakukan penelitian. Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri yang berkaitan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain yang sejenis. Konsep-konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri khas yang sama (Cooper dan Emory 1996).

3.1.1 Visi, Misi, Tujuan Perusahaan

Visi merupakan suatu cita-cita tentang keadaan di masa datang yang diinginkan untuk diwujudkan oleh semua personel perusahaan. Cita-cita yang ada dalam benak pendiri yang akan mewakili seluruh anggota perusahaan disebut dengan visi. Sedangkan misi merupakan suatu penjabaran secara tertulis mengenai visi sehingga mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan (Umar 1998). Misi di dalam perusahaan/organisasi menjadi sesuatu yang penting untuk membantu untuk lebih memfokuskan usaha pencapaian tujuan, membantu mencegah terjadinya konflik dalam organisasi, memberikan dasar bagi pengalokasian sumber daya, menetapkan kerangka tanggung jawab dalam perusahaan dan sebagai dasar dalam pengembangan organisasi.

Terdapat tiga tujuan ekonomis yang mendominasi arah strategik dari hampir semua organisasi bisnis, yakni kelangsungan hidup (survival), pertumbuhan (growth), dan kemampulabaan (profitability). Organisasi bisnis memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan laba (Pierce dan Robinson 1997).

3.1.2 Pengertian dan Konsep Manajemen Strategi

David (2006) mendefinisikan strategi sebagai seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektifnya. Strategi memiliki kaitan yang erat dengan konsep perencanaan dan pengambilan


(38)

keputusan, sehingga strategi berkembang menjadi manajemen strategi. Pengertian manajemen sendiri adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan terhadap upaya-upaya yang dilakukan anggota organisasi dan penggunaan segala macam sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi (Stoner 1992).

Umar (1998) menyatakan bahwa manajemen strategi adalah suatu seni dan ilmu dalam hal pembuatan (formulating), penerapan (implementing), dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya di masa datang. Menurut Pearce and Robinson (1997), manajemen strategi bisa diartikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran perusahan.

3.1.3 Proses Merumuskan Strategi

Proses manajemen strategi dibedakan menjadi tiga tahapan, yakni tahap formulasi, implementasi dan tahap evaluasi. Tahap formulasi meliputi pembuatan misi, pengidentifikasian peluang dan tantangan eksternal organisasi, penentuan kekuatan dan kelemahan internal, pembuatan sasaran jangka panjang, pembuatan pilihan-pilihan strategi, serta pengambilan keputusan strategi yang dipilih untuk diterapkan. Tahap formulasi strategi dibagi ke dalam tiga tahapan aktivitas, yaitu input stage, matching stage, dan decision stage(David 2006).

Tahap implementasi meliputi penentuan sasaran tahunan, pengelolaan kebijakan, pemotivasian pegawai serta pengalokasian sumber-sumber agar strategi yang diformulasikan dapat dilaksanakan. Termasuk di dalamnya adalah pengembangan kultur yang mendukung strategi, penciptaan struktur organisasi yang efektif, pengarahan usaha-usaha pemasaran, penyiapan anggaran, pengembangan dan pemanfaatan sistem informasi, serta mengkaitkan kompensasi pegawai dengan kinerja organisasi.

Tahap evaluasi meliputi kegiatan mencermati apakah strategi berjalan dengan baik atau tidak. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi prinsip bahwa strategi perusahaan haruslah secara terus-menerus disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang selalu terjadi di lingkungan eksternal maupun internal. Tiga


(39)

kegiatan utama pada tahap ini adalah menganalisa faktor-faktor eksternal dan internal sebagai basis strategi yang sedang berjalan, pengukuran kinerja, dan pengambilan tindakan perbaikan.

Gambar 2.Model Komprehensif Manajemen Strategis Sumber : David (2006)

3.1.4 Strategi Pengembangan Usaha

Pearce dan Robinson (1997) menyatakan strategi sebagai suatu rencana yang berskala besar dan berorientasi kepada masa depan untuk berinteraksi dengan lingkungan persaingan guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan. Menurut David (2006), strategi generik dapat diterapkan pada berbagai jenis, ukuran dan aktivitas organisasi. Strategi tersebut dapat dikelompokkan atas empat kelompok strategi, yaitu:

a. Strategi Intergrasi Vertikal (Vertical Intergration Strategy). Strategi ini menghendaki agar perusahaan melakukan pengawasan yang lebih terhadap distributor, pemasok, dan atau pesaingnya, misalnya melalui merger, akuisisi atau membuat perusahaan sendiri.

Menjalankan Analisi Esternal

Implementasi Strategi – Isu Manajemen Menetapkan Tujuan Jangka Panjang Mengukur dan Mengevaluasi Kenerja Implementasi

strategi – isu-isu pemasaran, keuangan, akuntansi, penelitian dan pengembangan sistem informasi Merumuskan Mengevaluasi dan Memilih Strategi Mengembangkan Pernyataan Visi dan Misi Menjalankan Analisi Internal Formulasi Strategi Implementasi Strategi Evaluasi Strategi


(40)

b. Strategi Intensif (Intensive Strategy). Strategi ini memerlukan usaha-usaha yang intensif untuk meningkatkan posisi persaingan perusahaan melalui produk yang ada.

c. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy). Strategi ini dimaksudkan untuk menambah produk-produk baru. Strategi ini semakin kurang populer, ditinjau dari sisi tingginya tingkat kesulitan manajemen dalam mengendalikan tingkat kesulitan perusahaan yang berbeda-beda.

d. Strategi bertahan (Defensive Strategy). Strategi ini bermaksud agar perusahaan melakukan tindakan-tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian yang lebih besar, yang pada akhirnya adalah kebangkrutan

Tabel 8.Model Strategi Generik yang Dikembangkan David (2006)

No Strategi Generik Strategi Utama

1.

Strategi Integrasi Vertikal (Vertical Integration

Strategy)

 Strategi Integrasi ke Depan (Forward Integration Strategy)

 Strategi Integrasi ke belakang (Backward Integration Strategy)

 Strategi Integrasi Horizontal (Horizotal Integration Strategy)

2. Strategi Intensif (Intensive Strategy)

 Strategi Pengembangan Pasar (Market Development Strategy)

 Strategi Pengembangan Produk (Product Development Strategy)

 Strategi Penetrasi Pasar (Market Penetration)

3. Strategi Diversifikasi (Diversification Strategy)

 Strategi Diversifikasi Konsentrik (Concentric Diversification Strategy)

 Strategi Diversifikasi Konglomerat (Conglomerate Diversification Strategy)

 Strategi Diversifikasi Horizontal (Horizontal Diversification Strategy)

4. Strategi Bertahan (Defensive Strategy)

 Strategi Usaha Patungan (Join Venture Strategy)

 Strategi Penciutan Biaya (Retrachment Strategy)

 Strategi Penciutan Usaha (Divestiture Strategy)

 Strategi Likuidasi (Liquidation Strategy) Sumber: David (2006)


(41)

Porter (2006) juga merumuskan strategi bersaing yang berfokus kepada peningkatan posisi bersaing produk dan jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar tertentu yang dilayani perusahaan. Strategi bisnis mengatasi masalah bagaimana perusahaan dan unitnya dapat bersaing dalam bisnis dan industri.

3.1.5 Analisis Lingkungan Usaha Tanaman Pakis

Lingkungan bisnis (business environment) secara umum dapat dibedakan atas lingkungan eksternal dan lingkungan internal (Wheelen & Hunger 2000). Pearce & Robinson (2000) membedakan lingkungan bisnis atas lingkungan jauh, lingkungan industri dan lingkungan operasional. Lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan internal terdiri dari struktur (structure), budaya (culture) dan sumber daya (resources) yang dimiliki produsen tanaman Pakis (Wheelen & Hunger 2000).

3.1.5.1 Analisis Lingkungan Internal

Analisis internal merupakan perbandingan keberhasilan perusahaan dimasa lalu dengan kemampuan perusahaan dalam pencapaian saat ini untuk memprediksikan kemampuan perusahaan di masa yang akan datang (Pearce & Robinson 2003). Setiap perusahaan, khususnya PT. Floribunda perlu untuk meningkatkan kekuatan internalnya dalam mengembangkan usahanya, sehingga perusahaan dapat bertahan dan berkembang di dalam lingkungannya. Keunggulan ini biasa disebut dengan Sustainable Competitive Advantage (SCA). Untuk mengembangkan keunggulan internal ini terdapat tiga komponen lingkungan internal yang penting yaitu :

1. Sumberdaya (Resource)

2. Kemampuan Perusahaan (Capabilities) 3. Kompetensi Inti (Core Competencies)

Kompetensi inti adalah dasar dari pengembangan kekuatan internal perusahaan untuk dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkelanjutan (SCA). Faktor utama pembentuk core competencies adalah capabilities. Sedangkan capabilities diperoleh dari resource yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan perusahaan.


(42)

Sumberdaya sering diartikan sebagai input yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Sumberdaya dapat dikelompokkan atas : 1. Tangible Resource, adalah sumberdaya yang mudah untuk diidentifikasi dan

dievaluasi serta dapat dilihat pada laporan keuangan yang meliputi sumberdaya keuangan, sumberdaya fisik dan organisasi

2. Intagible Resource, merupakan sumberdaya yang sulit untuk diidentifikasi dan dievaluasi seperti teknologi, inovasi, dan reputasi

3. Human Resource, yakni sumberdaya manusia dan kontribusinya terhadap organisasi

Capability adalah sekumpulan resource yang menampilkan suatu tugas atau aktifitas tertentu secara integratif. Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan fungsional atau fungsi manajemen. Kombinasi resouceyang optimal akan menciptakan sinergi dan kapabilitas perusahaan yang lebih baik. Core competenciesadalah sesuatu yang dibangun berdasarkan capabilities danresource perusahaan sehingga membuat perusahaan dapat berjalan dengar baik. Kompetensi inti merupakan sumber kekuatan dan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dan tumbuh. Core competencies perlu dikembangkan agar dapat menjadi distinctive competencies, yaitu kompetensi inti yang lebih superior dibandingkan pesaingnya (Hitt 2005).

3.1.5.2 Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal adalah lingkungan diluar perusahaan yang terdiri dari kondisi dan kekuatan yang memberikan dampak pada pemilihan strategi dan menentukan situasi yang sedang terjadi.

A. Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh PT. Floribunda terdiri faktor-faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Faktor utama yang bisa diperhatikan adalah faktor politik, ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Lingkungan jauh memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat menjadi hambatan dan ancaman untuk maju (Umar 1998).


(43)

Ancaman Masuknya Pesaing Baru

Kekuatan Tawar-menawar

Supplier Substitusi

Kekuatan Teknolgi

Kekuatan Sosial Kekuatan

Hukum Politik

Kekuatan Ekonomi

Kekuatan Ekologi

Gambar 3.Lingkungan Bisnis Eksternal Sumber : Pearce dan Robinson (1997)

1. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi iklim berbisnis perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis ekonomi negara yang berpengaruh terhadap usaha adalah: (1) siklus bisnis, (2) tingkat inflasi, (3) suku bunga, (4) investasi, (5) harga-harga produk dan jasa, (6) produktivitas, dan (7) tenaga kerja (Umar 1998).

2. Faktor Sosial

Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang, dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan di mana perusahaan beroperasi. Faktor-faktor ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, pendidikan, dan kondisi etnis. Seandainya faktor sosial berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan aktivitas juga turut mengalami perubahan (Purnomo 1999).

3. Faktor Teknologi

Faktor teknologi merefleksikan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Kemajuan teknologi dapat menciptakan pasar baru, perkembangan produk, merubah relative competitive cost, serta membuat barang dan jasa menjadi cepat digunakan. Perubahan teknologi dapat mengurangi atau menghilangkan perbedaan antar biaya perusahaan, menciptakan proses produksi yang lebih singkat,

Organisasi

Lingkungan Industri Lingkungan Jauh


(44)

menciptakan kelangkaan pada tenaga teknikal serta mampu merubah nilai-nilai dan harapan pada stakeholders (Purnomo 1999). Identifikasi faktor teknologi dilakukan untuk mengetahui apa saja teknologi yang digunakan dan bagaimana dampak pemakaian teknologi tersebut terhadap pengembangan usaha dan kondisi persaingan pada PT. Floribunda.

Menurut Umar (1998), teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan baru saja, tetapi juga meliputi cara-cara pelaksanaan atau metode-metode baru dalam mengerjakan suatu pekerjaan yang memberikan gambaran yang luas, meliputi mendesain, menghasilkan, dan mendistribusikan.

4. Faktor Politik

Menurut Purnomo (1999), arah dan stabilitas dari faktor politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi manajer dalam memformulasikan strategi perusahaan. Faktor politik dan hukum yang diidentifikasi dalam usaha antara lain parameter-paremeter hukum dan bagaimana pengaturan perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga, serta banyak tindakan lainnya yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan.

B. Lingkungan Industri

Suatu industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan permainan persaingan bagi perusahaan. Menurut Purnomo (1999), lingkungan industri adalah tingkatan dari lingkungan eksternal organisasi yang menghasilkan komponen-komponen yang secara normal memiliki implikasi yang relatif lebih spesifik dan langsung terhadap operasionalisasi perusahaan. Aspek lingkungan industri akan lebih mengarahkan pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada.

Konsep competitive strategy yang dikemukakan Michael E. Porter (1991) menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama yang disebut Lima Kekuatan Utama, yaitu (1) ancaman masuk pendatang baru, (2) persaingan antar perusahaan dalam industri, (3) ancaman produk pengganti, (4) kekuatan tawar-menawar pemasok, (5) kekuatan tawar-tawar-menawar pembeli.


(1)

Priorit ies w it h respect t o: Goal: Menent ukan Priorit as St rat egi Pen g > Memenuhi Permint aan Dalam Neger > F3 Prom osi

SO1 ( Dif eren siasi produksi pak .083

SO2 ( Meningkatkan promosi) .409

WO1 ( Menjalin kemitraan dengan .251

WO2 ( Fokus lokasi produksi dan .164

ST ( Mengembangkan bisnis berba .059

WT ( Mengefektifkan penggunaan .035 I nconsist ency = 0.06

w it h 0 missing judgm en ts.

Priorities w it h respect t o: Goal: Menentukan Prioritas St rat egi Pen g > Memenuhi Perm int aan Ekspor > F1 Kapasit as Produksi

SO1 ( Dif eren siasi produksi pak .164

SO2 ( Meningkatkan promosi) .029

WO1 ( Menjalin kemitraan dengan .281

WO2 ( Fokus lokasi produksi dan .421

ST ( Mengembangkan bisnis berba .048

WT ( Mengefektifkan penggunaan .057 I nconsist ency = 0.08

w it h 0 missing judgmen ts. Priorities w it h respect t o: Goal: Menentukan Priorit as St rat egi Pen g > Memenuhi Perm int aan Dalam Neger > F2 Modal

SO1 ( Dif eren siasi produksi pak .052

SO2 ( Meningkatka n promosi) .042

WO1 ( Menjalin kem it raan dengan .349

WO2 ( Fokus lokasi produksi dan .335

ST ( Mengembangkan b isnis berba .143

WT ( Mengefektifkan penggunaan .079 I nconsist ency = 0.03

w it h 0 missing judgm en ts.

Priorities w it h respect t o: Goal: Menentukan Prioritas St rat egi Pen g > Memenuhi Permint aan Dalam Neger > F4 Penelit ian Pengembangan

SO1 ( Dif eren siasi produksi pak .275

SO2 ( Meningkatkan promosi) .032

WO1 ( Menjalin kem itraan dengan .402

WO2 ( Fokus lokasi produksi dan .155

ST ( Mengembangkan b isnis berba .082

WT ( Mengefektifkan penggunaan .054 I nconsist ency = 0.07


(2)

163

Synthesis with respect to:

Goal: Menentukan Prioritas Strategi Pengembangan Usaha Pakis PT Floribunda

Overall Inconsistency = .07

SO1 (Diferensiasi produksi pakis) .158

SO2 (Meningkatkan promosi) .161

WO1 (Menjalin kemitraan dengan pihak .322

WO2 (Fokus lokasi produksi dan ekowisata) .227

ST (Mengembangkan bisnis berbasis .070

WT (Mengefektifkan penggunaan .062

Priorit ies w it h respect to: Goal: Menent ukan Priorit as St rat egi Pen g > Memenuhi Perm int aan Ekspor > F4 Penelit ian Pengembangan

SO1 ( Dif eren siasi produksi pak .255

SO2 ( Meningkatkan promosi) .045

WO1 (Menjalin kem it raan dengan .420

WO2 (Fokus lokasi produksi dan .156

ST ( Mengembangkan b isnis berba .048

WT ( Mengefektifkan penggunaan .077 I nconsist ency = 0.06

w it h 0 missing judgm en ts. Priorit ies w it h respect t o: Goal: Menent ukan Prioritas St rat egi Pen g > Memenuhi Perm int aan Ekspor > F3 Prom osi

SO1 ( Diferen siasi produksi pak .243

SO2 ( Meningkatkan promosi) .429

WO1 ( Menjalin kem it raan dengan .162

WO2 ( Fokus lokasi produksi dan .054

ST ( Mengembangkan b isnis berba .077

WT ( Mengefektifkan penggunaan .034 I nconsist ency = 0.09

w it h 0 missing judgmen ts. Priorit ies w it h respect to: Goal: Menent ukan Priorit as St rat egi Pen g > Memenuhi Permint aan Ekspor > F2 Modal

SO1 ( Dif eren siasi produksi pak .148

SO2 ( Meningkatkan promosi) .039

WO1 ( Menjalin kemit raan dengan .310

WO2 ( Fokus lokasi produksi dan .348

ST ( Mengembangkan b isnis berba .088

WT ( Mengefektifkan penggunaan .067 I nconsist ency = 0.07

w it h 0 missing judgm en ts.


(3)

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Kekuatan utama yang dimiliki PT. Floribunda antara lain memiliki komitmen untuk mengembangkan tanaman hias tropis asli Indonesia, khususnya tanaman Pakis, memiliki visi, misi serta tujuan yang spesifik dalam mengembangkan usaha tanaman Pakis dan manajemen organisasi yang handal. Kelemahan utama PT. Floribunda antara lain modal usaha yang terbatas, kurang efektifnya kegiatan promosi tanaman Pakis, dan terbatasnya kapasitas produksi tanaman Pakis. Peluang terbesar bagi PT. Floribunda antara lain adanya pelanggan yang loyal, banyaknya konsumen Pakis potensial dan maraknya bisnis ekowisata. Sedangkan ancaman bagi PT. Floribunda antara lain regulasi dan perpajakan yang memberatkan usaha Pakis PT. Floribunda, banyaknya produk substitusi tanaman Pakis, yakni daun potong yang telah banyak di pasaran dan belum adanya insentif dan kebijakan yang mendukung pengembangan usaha tanaman hias.

Hasil pemetaan menggunakan matriks IE menunjukkan PT. Floribunda terletak pada sel 1 matriks sehingga perusahaan berada pada kondisi optimal bagi pengembangan usaha. Strategi operasional kemudian dirumuskan menggunakan matriks SWOT dan menghasilkan enam strategi yang kemudian ditentukan prioritasnya. Pengolahan menggunakan AHP menghasilkan kesimpulan bahwa PT. Floribunda dalam waktu dekat lebih memilih tujuan untuk memenuhi permintaan dan menggali pasar dalam negeri. Strategi yang diprioritaskan adalah menjalin kemitraan penyediaan input dengan pihak pemasok, kemitraan penelitian dan pengembangan dengan pihak Balithi, dan kemitraan produksi dengan petani setempat. Dalam jangka panjang, perusahaan juga akan meraih tujuan ekspor. Strategi yang dipilih adalah strategi fokus ekowisata di lokasi awal, dan fokus produksi Pakis di wilayah baru yang diperoleh melalui kegiatan investasi.

8.2 Saran

1. Bagi PT. Floribunda, sistem kemitraan yang terjalin sebaiknya menerapkan prinsip-prinsip kerjasama yang jelas serta dipahami kedua belah pihak. Dalam


(4)

133 menjalin kemitraan dengan pihak pemasok maka perlu disusun kontrak kerjasama tertulis yang memuat jumlah barang yang harus disediakan pemasok, sistem pembayaran yang dilakukan, serta sanksi-sanksi yang dibebankan kepada pihak yang melanggar kontrak kerjasama. Kemitraan

produksi dengan petani sebaiknya menerapkan Standar Operating Procedure

(SOP) yang dipahami oleh petani. Perusahaan perlu mempertahankan reputasi baik yang dimiliki dalam memproduksi produk berkualitas. SOP diperlukan untuk menjamin produk sesuai dengan kualifikasi tanaman yang selama ini diproduksi PT. Floribunda. Sistem kemitraan dengan Balai Penelitian

Tanaman Hias dituangkan dalam MOU (Memorandum of Understanding)

yang disepakati kedua belah pihak dan memuat hak dan kewajiban pihak PT. Floribunda maupun pihak Balithi.

2. Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman hias, salah satunya adalah

tanaman Pakis. Penelitian mengenai Pakis belum banyak dilakukan. Melihat potensi yang ada pada tanaman Pakis di PT. Floribunda, maka perlu diadakan penelitian selanjutnya yang mengkaji aspek lain dari tanaman Pakis, misalnya


(5)

RINGKASAN

ADELINE PUSPITASIWI. Strategi Pengembangan Usaha Tanaman Hias Pakis pada PT. Floribunda, Kecamatan Cibodas, Cianjur, Jawa Barat.

Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan YANTI NURAENI MUFLIKH)

Indonesia dikenal sebagai pusat keragaman genetik Pakis dunia. Permintaan untuk tanaman hias Pakis meningkat tiap tahun. Salah satu sentra produksi Pakis di Indonesia adalah Kabupaten Cianjur dan PT. Floribunda adalah produsen utama Pakis di daerah tersebut. Perusahaan ini memproduksi Pakis dengan jenis yang baru ada di pasar untuk mengatasi kejenuhan pasar serta menciPT.akan permintaan baru, khususnya pada pemanfaatan Pakis sebagai daun potong. Produksi Pakis pada PT. Floribunda dimulai pada tahun 2007, dan permintaan untuk Pakis telah datang dari dalam dan luar negeri. Permintaan total tahun 2009 untuk Pakis daun potong pada PT. Floribunda sebesar 416.000 tangkai untuk enam jenis Pakis. Tanaman Pakis pada PT. Floribunda masih menyimpan banyak potensi, karena beragamnya jenis Pakis yang dimiliki PT. Floribunda serta pasar dalam negeri yang masih dapat digali terkait dengan adanya konsumen potensial. PT. Floribunda juga menghadapi persaingan dengan produsen produk substitusi Pakis, yakni berbagai jenis daun potong lain.

Berdasarkan kondisi tersebut, PT. Floribunda perlu mengembangkan usaha Pakisnya. Analisis formulasi strategi pengembangan usaha dimulai dengan menyusun faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang dihadapi PT. Floribunda. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, serta peluang dan ancaman pada PT. Floribunda, (2) menentukan prioritas strategi pengembangan usaha yang tepat untuk meraih peluang pasar yang saat ini belum dapat dipenuhi.

Penelitian dilaksanakan di PT. Floribunda pada bulan Februari-Mei 2010. Formulasi strategi pengembangan usaha dilakukan melalui tiga tahap. Tahap input (input stage) menggunakan analisis lingkungan bisnis internal dan eksternal untuk mendapatkan informasi mengenai faktor-faktor strategis yang dihadapi PT. Floribunda, serta matriks External Factor Evaluation(EFE) dan Internal Factor

Evaluation (IFE). Tahap masukan (matching stage) menggunakan matriks

Internal External (IE) dan matriks strength, weakness, opportunities and threat

(SWOT). Tahap pengambilan keputusan dirumuskan dengan Proses Hirarki Analitis (PHA). Responden untuk pembobotan dan rating terdiri dari pemilik, kepala bidang produksi dan kepala bidang pemasaran, sedangkan responden untuk PHA adalah pemilik.

Kekuatan utama PT. Floribunda antara lain memiliki komitmen untuk mengembangkan tanaman Pakis, memiliki visi, misi serta tujuan yang spesifik dan manajemen organisasi yang handal. Kelemahan utama antara lain keterbatasan modal usaha, rendahnya kapasitas produksi serta keefektifan promosi. Faktor peluang utama antara lain adanya pelanggan loyal, banyaknya konsumen potensial serta maraknya binis ekowisata. Ancaman utama yang dihadapi antara lain regulasi dan perpajakan yang memberatkan usaha, belum adanya insentif dan


(6)

kebijakan yang mendukung usaha, serta banyaknya produk substitusi Pakis sebagai daun potong. PT. Floribunda memiliki kondisi internal dan eksternal yang kuat dan berada pada sel 1 matriks IE (3,09; 3,326).

Analisis menggunakan matriks SWOT menghasilan enam alternatif strategi yang kemudian ditentukan prioritasnya menggunakan PHA. Hasil pengolahan menghasilkan kesimpulan bahwa PT. Floribunda saat ini memprioritaskan tujuan memenuhi permintaan dan menggali potensi dalam negeri. Strategi yang diprioritaskan adalah mengembangkan jaringan kerja melalui sistem kemitraan, antara lain kemitraan penyediaan input dengan pemasok, kemitraan penelitian dan pengembangan dengan Balai Penelitian Tanaman Hias dan kemitraan produksi dengan petani setempat.