Lingkungan Industri Analisis Eksternal PT. Floribunda

84 produksi. Terkait proses budidaya, teknologi springkle dapat mengefisienkan kerja karena dapat mengairi Pakis dalam waktu bersamaan. Adanya perubahan teknologi dalam bidang produksi saat ini tidak memiliki banyak pengaruh karena PT. Floribunda belum berencana untuk menggunakan teknologi, terkait dengan kapasitas SDM level pelaksana produksi, dan modal yang dimiliki. Rendahnya tingkat penggunaan teknologi dapat menurunkan daya saing saat perusahaan lain menggunakan teknologi sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya.

6.2.2 Lingkungan Industri

Secara luas, tanaman hias dikenal dengan sebutan florikultura. Florikultura termasuk ke dalam subsektor hortikultura. Di Indonesia, telah terdapat lembaga khusus yang menangani industri dan permasalahan florikultura, yakni Direktorat Tanaman Hias. Industri Florikultura Indonesia mengenal delapan kelompok komoditas yang dikomersialkan. Kelompok tersebut antara lain tanaman lanskap, tanaman hias pot, tanaman tahunan dan musiman, ornamen kering, tanaman air, bunga potong, daun potong, dan umbi, rimpang, bibit, pembibitan dan kultur jaringan. Jenis tanaman yang diproduksi antara lain tanaman tropis dan subtropis Asbindo, 2010. Industri tanaman hias bersifat high value product, artinya produk tanaman hias merupakan produk yang bernilai tinggi, dan harga produk ditetapkan berdasarkan nilai keunikan tanaman hias tersebut. Fokus produksi tanaman hias cepat berubah, karena megikuti tren dalam industri tanaman hias yang juga cepat berubah. Seperti sebagian besar produk pertanian lain, tanaman hias juga mudah rusak fragile, sehingga diperlukan penanganan pasca panen dan pengemasan yang baik. Varietas tanaman hias sangat beragam dan tersebar di seluruh wilayah tanah air. Tanaman hias juga bersifat rapid developing, atau cepat berubah, terutama bila dilakukan persilangan antar varietas sehingga dapat ditemui jenis baru yang belum ada di daerah manapun. Selama ini, tren pasar tanaman hias Indonesia mengikuti tren dunia. Akibatnya, tanaman hias yang mendominasi adalah tanaman hias subtropis yang 85 kurang sesuai dengan iklim dan kondisi dalam negeri. Namun demikian, tren tersebut mulai bergerak ke arah tanaman tropis, seiring dengan kesadaran pebisnis dan masyarakat untuk mengembangkan komoditas lokal. Persaingan PT. Floribunda ada pada Industri tanaman hias Pakis di Jawa Barat. Kondisi persaingan dapat ditinjau dari Lima Kekuatan Persaingan Porter 1996 yang terdiri dari persaingan industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk substitusi, kekuatan tawar pemasok dan kekuatan tawar pembeli. a. Persaingan Industri Tanaman Hias Pakis Produsen tanaman hias yang memproduksi Pakis jenis Kadaka selain PT. Floribunda hanya sedikit dan skala usahanya kecil. Untuk jenis Kadaka Tegak, hanya ada 1 pesaing, yakni CV Ciputri di daerah Sarongge Cianjur. Untuk jenis Kadaka lain, PT. Floribunda belum memiliki pesaing. Meskipun demikian, mudah saja bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri. Dalam hal pemilihan fokus tanaman hias yang diproduksi, PT. Floribunda sengaja memilih tanaman yang masih baru dikenal dengan tujuan menghindari persaingan. Namun demikian, PT. Floribunda tidak hanya menghadapi persaingan secara langsung dengan produsen tanaman Pakis Kadaka. Persaingan juga terjadi dengan produsen produk substitusi tanaman Pakis Kadaka, yakni berbagai jenis daun potong yang berguna sebagai komponen dalam rangkaian bunga. Di Jawa Barat, banyak produsen yang telah memproduksi Pakis jenis Leather Leaf, antara lain PT Pakis Inti Raya Jakarta Pusat, PT Daun Mas Asri Kabupaten Bogor, PT Ijo Asri Jakarta Barat, PT Tropical Greeneries Karawang, PT Benara Karawang, Wijaya Nursery Bogor, PT Bina Usaha Flora Cianjur, Pesona Daun Mas Asri Depok, Saung Mirwan Cibinong, dan lain-lain. Pada daerah Cibodas, PT. Floribunda adalah satu-satunya produsen dengan skala menengah. Adapun produsen lain, adalah petani tanaman hias dengan skala kecil. Jenis tanaman yang diproduksi umumnya merupakan tanaman hias pot, dan bunga potong. Melihat kecenderungan tren yang ada, maka produksi tanaman hias Pakis jenis Kadaka akan meningkat. Petani kecil secara berangsur turut memproduksi Pakis sebagai daun potong. Kondisi persaingan yang terjadi dengan produk substitusi Pakis Kadaka juga menjadi alasan mengapa strategi pengembangan usaha diperlukan, terutama 86 terkait dengan strategi yang tepat dalam menghadapi persaingan tersebut. Perusahaan dapat menerapkan strategi penetrasi pasar untuk meraih market share terbesar, atau memasarkan produk pada pasar baru melalui strategi pengembangan pasar. b. Ancaman Produk Substitusi Produk substitusi dari tanaman Pakis Kadaka yang diproduksi PT. Floribunda adalah berbagai jenis daun potong. Jenis yang banyak ada saat ini adalah daun potong Philodendron, Leather Leaf, Agave dan Monstera Balai Penelitian tanaman hias, 2009. Keunggulan daun potong Pakis Kadaka yang dihasilkan PT. Floribunda terletak pada mutu dan keunikannya. Motif daun dan bentuk Pakis Kadaka tidak dimiliki daun potong jenis lain. Selain itu vase life daun potong Pakis lebih panjang dibandingkan daun potong jenis lain. Pasar daun potong untuk jenis tertentu saat ini telah menjadi lautan merah dengan banyaknya produsen yang saling bersaing merebut pasar. Sebagian besar produsen memilih strategi cost leadership sehingga harga daun potong yang banyak di pasaran lebih murah bila dibandingkan daun potong Pakis Kadaka yang dihasilkan PT. Floribunda. c. Kekuatan Tawar-menawar Konsumen Konsumen tanaman Pakis PT. Floribunda adalah pihak hotel, floris dan perangkai bunga. Pembelian terbesar dilakukan oleh pihak perangkai bunga dan floris. Kekuatan tawar-menawar konsumen termasuk lemah. Hal ini dikarenakan produk Pakis Kadaka masih jarang ada di pasar. Sebagai salah satu dari sedikit produsen, maka PT. Floribunda dapat menetapkan harga tinggi sesuai dengan keunikan produk. Rendahnya tingkat persaingan yang ada saat ini bukan menjadi ancaman PT. Floribunda. Namun demikian, tidak ada penghambat bagi pendatang baru untuk masuk ke dalam industri karena produk tanaman hias Pakis Kadaka bersifat standar sehingga mudah diproduksi pesaing. Mudahnya pendatang baru untuk masuk ke Industri merupakan ancaman bagi PT. Floribunda. Terdapat tiga jenis konsumen yang membeli tanaman Pakis Kadaka PT. Floribunda. Konsumen jenis pertama adalah konsumen yang telah loyal dan rutin membeli Pakis Kadaka PT. Floribunda. Konsumen ini berjumlah 17 floris, perangkai bunga, hotel dan pelatihan merangkai bunga di daerah Jakarta dan 87 Bandung. Konsumen jenis kedua adalah pihak yang membeli tanaman Pakis Kadaka, namun dengan pembelian yang tidak rutin. Konsumen ini biasanya perangkai bunga yang baru merintis bisnisnya. Konsumen jenis ketiga adalah konsumen yang baru pertama kali membeli tanaman Pakis. Belum diketahui dengan jelas apakah konsumen tersebut akan mengulangi pembelian atau tidak. Konsumen ini berpeluang menjadi konsumen loyal. Selain itu terdapat konsumen potensial yang mau dan memiliki kemampuan untuk membeli produk, namun belum melakukan pembelian. d. Ancaman Pendatang Baru Perusahaan baru dengan mudah dapat masuk ke dalam industri. Tidak ada hambatan dari perusahaan yang ada, maupun teknologi yang digunakan. Laba yang didapat dari industri daun potong Pakis Kadaka menjadi daya tarik bagi perusahaan baru untuk masuk industri. Masuknya pendatang baru akan meningkatkan risiko berkurangnya laba yang diperoleh perusahaan. Pendatang baru dengan teknologi yang lebih unggul juga dapat membuat PT. Floribunda yang belum menerapkan teknologi kehilangan daya saingnya dalam industri tanaman hias nasional. Adanya pendatang baru merupakan ancaman bagi PT. Floribunda, karena perusahaan tidak memiliki kekuatan untuk dapat menghambat perusahaan baru masuk industri. Untuk mengatasi kondisi ini, PT. Floribunda berusaha menciptakan pasar baru dengan produksi produk baru yang potensial untuk dapat diterima pasar. Dengan menghasilkan produk baru, maka PT. Floribunda berkesempatan untuk menciptakan permintaan dengan kondisi hanya perusahaan tersebut yang dapat memenuhi permintaan. Pada saat tersebut, harga ditentukan perusahaan, sehingga pasar cenderung monopolistik. e. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok Perusahaan membeli beberapa jenis bahan baku dari pemasok. Bahan baku tersebut meliputi media tanam, dan kotoran sapi untuk membuat pupuk kandang. Selain itu terdapat pemasok untuk pupuk sintesis dan peralatan pertanian. Pemasok tersebut merupakan pemasok langganan perusahaan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan untuk membeli bahan baku dari pemasok lain jika pemaok langganan tidak dapat memenuhinya. 88 Sistem kerjasama tidak tertulis secara resmi oleh kedua belah pihak. Karena perusahaan telah menjadi pelanggan dari pemasok pada jangka waktu yang lama, maka PT. Floribunda mendapatkan potongan harga untuk setiap pembelian yang dilakukan. Pemasok tersebut tersebar di wilayah Cianjur dan Jakarta. Kekuatan tawar menawar pemasok pada PT. Floribunda tergolong rendah. Perusahaan dapat dengan mudah berganti pemasok karena banyaknya jumlah produsen yang dapat memenuhi kebutuhan input PT. Floribunda. Selain itu tidak ada perjanjian khusus antara perusahaan dengan pemasok saat ini. Pembelian dilakukan dengan alasan langganan tanpa adanya ketentuan yang mengatur kedua belah pihak. Ditinjau dari jenis produk, maka produk yang ditawarkan pemasok bersifat standar.

6.3 Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman