adalah sana dan pengujian dilanjutkan ke tahap ke dua untuk mengetahui asosiasi mana yang tidak sama dan dapat dikeluarkan dari
asosiasi-asosiasi penyusun brand image suatu merek. Jika nilai Q
,
2
db
, maka pengujian dilanjutkan ke tahap tiga dengan menggunakan teknik yang sama sebagaimana telah dipaparkan
sebelumnya. Jika nilai Q
,
2
db
, maka pengujian dihentikan, yang berarti brand image suatu merek terbentuk dari asosiasi-asosiasi sisanya
yang belum diuji dan asosiasi terakhir di uji.
3.4.9 Skala Semantic Differential
Skala semantic differential ini digunakan untuk menganalisis salah satu elemen dari brand equity yaitu perceived quality. Skala ini
merupakan salah satu faktor yang dikembangkan untuk menganalisis dua masalah Durianto, dkk, 2001, yaitu:
1. Pengukuran populasi yang multidimensi. 2. Pengungkapan dimensi yang belum dikenal atau belum diketahui.
Metode skala semantic differential dikembangkan khususnya untuk mengukur arti psikologis dari suatu objek di mata seseorang. Metode
ini didasarkan pada proporsi bahwa suatu objek memiliki berbagai dimensi pengertian kontatif yang berada dalam ruang ciri multidimensi yang
disebut ruang semantik.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.
Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah PT. Radio Citra Megaswara
PT. Radio Citra Megaswara yang lebih dikenal dengan nama Radio Megaswara pada awalnya bernama radio Miraka Junior. Radio
Miraka Junior berdiri atas dasar penyaluran hobi direktur utama PT. Citra megaswara dan mendirikan stasiun radio amatir di asrama Mahasiswa
Ekalokasari Sukasari Bogor. Radio amatir Miraka Junior yang beroprasi pada gelombang Short Wave SW dengan jangkauan siar hanya ratusan
meter saja, jam siarnya pun belum menentu dan siaran radionya diberi nama Ekalos 57.
Sekitar bulan November 1972, radio percobaan tersebut dipindahkan ke daerah Cipayung Puncak dan menempati sebuah ruangan di
Balai Desa Cipayung, kemudian diberi nama radio Miraka Junior. Pemilihan lokasi studio di kawasan Puncak bukan tanpa alasan, pasalnya
kawasan puncak dikenal sebagai daerah pariwisata yang cukup ramai di kunjungi masrakat luas. Hal itu diasumsikan bahwa masyarakat yang
tinggal di daerah puncak pendapatannya lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di daerah Bogor dan hal ini dilirik sebagai
pasar yang potensial bagi kelangsungan radio Miraka Junior nantinya. Tapi ada satu kendala yang cukup menghambat yaitu belum adanya izin resmi
siaran. Sehingga pendapatan dari kegiatan periklanan belum maksimal, untuk menutupi hal itu radio menjual kupon pilihan pendengar dengan
harga Rp 5 rupiah setiap lembarnya, penjualan kupon ini cukup membantu untuk kelangsungan hidup radio Miraka Junior.
Pada tahun 1975 radio Miraka Junior dengan proses yang cukup sulit akhirnya mendapat izin siaran dari mentri penerangan dengan no.
PM3. PSA. 1973. Dalam usaha yang menarik perhatian pendengarnya,