Integrasi Tata Niaga Internasional

Integrasi Tata Niaga Internasional

Seperti tampak juga dengan jelas pada kutipan pada awal subbab ini, adalah kehadiran penanda-penanda seperti keterkaitan Kesultanan Buton dengan Kesultanan Turki, serta hadirnya orang Belanda di sana, yang menunjukkan—bentuk transformasi penting berikutnya—bahwa kesultanan telah menaikkan status kerajaan yang tadinya bersifat lokal, berurusan dengan problem-problem lintas suku, berubah menjadi bersifat internasional yang terlibat dengan problem-problem yang ditimbulkan oleh perubahan keseimbangan hubungan-hubungan internasonal.

Perubahan-perubahan keseimbangan tersebut dipicu oleh perkembangan perdagangan internasional yang bergeser ke wilayah Asia Tenggara sebagai “pusat pertarungan”. Anthony Reid, 86 yang banyak mengembangkan wilayah kajian Asia Tenggara, mencatat perkembangan luar biasa cepat dan dinamis pada wilayah Kelautan Nusantara. Asia Tenggara memainkan peran sangat penting pada periode luar biasa antara abad ke-15 dan ke-17. Perluasan perniagaan global “abad ke-16 yang panjang” segera dan sangat mempengaruhi, sebagai sumber rempah-rempah yang dibutuhkan oleh dunia

86 Anthony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, terjemahan Sori Siregar dkk. Jakarta: LP3ES, 2004, hlm. 3-4 dan hlm. 10.

M aula ,r udyansJah 73 p rahara ,r atri

internasional dan sebagai kawasan maritim yang melintang di sepanjang rute perdagangan. Inilah kawasan yang paling dipengaruhi oleh lonjakan aktivitas Maritim Cina pada permulaan abad ke-15, dan sumber rempah-rempah serta lada yang mendorong orang Spanyol berangkat ke Amerika dan akhirnya ke Filipina serta orang Portugal yang berlayar ke India sampai Asia Tenggara. Percepatan niaga, monetisasi berbagai macam transaksi, pertumbuhan kota, akumulasi modal, dan spesialisasi fungsi yang merupakan bagian dari transisi menuju kapitalis tidak dapat dipungkiri juga terjadi di kawasan Asia Tenggara selama periode ini. Perubahan-perubahan yang masuk menembus sistem kepercayaan dan sistem budaya bahkan lebih mendalam. Islam dan Kristen menjadi agama yang dominan di Kepulauan Asia dan di beberapa kantong Daratan Asia.

Kegigihan Portugis dan Spanyol untuk menemukan sumber- sumber lada, cengkeh, dan pala adalah akibat dari semakin pentingnya arti rempah-rempah ini dalam kehidupan Eropa. Pada 1390-an sekitar 6 metrik ton cengkeh dan satu setengah metrik ton pala asal Maluku bagian timur Indonesia mencapai Eropa setiap tahun. Satu abad kemudian jumlah itu meningkat menjadi 52 ton cengkeh dan

26 ton pala. Rempah-rempah dibawa melintasi Samudera Hindia oleh para saudagar Muslim dari berbagai negeri ke pasar-pasar di Mesir dan Beirut, tempat rempah-rempah ini dibeli oleh para pedagang Italia, terutama saudagar Venesia. Ini tentu saja bagian kecil dari perdagangan Asia Tenggara, namun perkembangannya yang pesat barangkali ditiru di tempat lain. Abad ke-15 adalah zaman peningkatan jumlah penduduk dan perniagaan internasional tidak hanya di kawasan Laut Tengah, tetapi juga di pasar terbesar di luar Asia Tenggara, yaitu Cina. Masa kekuasaan Kaisar Yongle II (1403-1422) adalah periode keterlibatan Cina yang sangat luar biasa dengan kawasan Asia Tenggara yang tampaknya telah mendorong perdagangan lada dan cengkeh, meningkatkan peredaran perak dan benda logam lainnya, serta menyebabkan munculnya kota-kota pelabuhan baru.

Demikianlah, Kesultanan Buton, melalui proses sejarah yang panjang sejak abad ke-14, telah mengalami berbagai transformasi

74 k esepakatan t anah W olio :

i deologi k ebhinekaan dan e ksistensi b udaya b ahari di b uton

yang penting, untuk mematangkan tata nilai mereka dan tatanan sosial-politik mereka, guna meningkatkan kapasitas mereka sebagai sebuah Kesultanan yang berdaulat, dengan segala tanggung jawabnya yang besar kepada rakyat yang telah menopang keberadaannya, untuk mengatur, melindungi, dan menyejahterakan mereka dengan sebaik-baiknya.