Struktur Pemerintahan Kesultanan
Struktur Pemerintahan Kesultanan
Di bawah berikut ini kami uraikan struktur pemerintahan Kesultanan Wolio. Bagan berikut ini dirangkum dari tulisan Berg, Manarfa, dan Zahari, dan disampaikan di sini secara lengkap dengan pertimbangan bahwa banyak orang masa kini yang sudah tidak mengetahui lagi jabatan-jabatan dalam pemerintahan (bahasa Wolio: pangka) Kesultanan Wolio pada masa lampau. 130
1. Dewan Pemerintahan Sulutani/lakina Wolio (sultan) Sapati (perdana menteri) Kenipulu 131 Lakina Surawolio 132 Lakina Baadia 133 Kapita lao i sukanaeo (Laksamana laut wilayah timur) Kapita lao i matanaeo (Laksamana laut wilayah barat) (Ketujuh jabatan pemerintahan di atas dipegang oleh kaum kaomu)
Zahari, 1977, Jilid I, hlm. 71-98; Manarfa, 1948, hlm. 7-9; dan Berg, 1939, hlm. 469-471.
Pada masa raja keempat Tuarade pada masa kerajaan (bukan kesultanan), jabatan kenipulu dibentuk dalam rangka menampung perluasan wilayah Kerajaan Wolio. Tugas kenipulu adalah membantu sapati dalam tugas-tugasnya (Zahari, 1977, Jilid I, hlm. 41)
Hingga masa sultan keempat La Elangi, kelompok kaomu dan walaka pada umumnya tinggal di dalam Keraton Wolio. Dalam masa-masa berikutnya, yakni pada masa pemerintahan sultan ketujuh Mopogaana Pauna Saparagau, pemukiman-pemukiman baru muncul di dekat keraton, yakni Surawolio dan Baadia, dan raja dari kedua pemukiman ini disebut Lakina Surawolio dan Lakina Baadia.
i sukanaeo berarti arah matahari tenggelam dan i matanaeo berarti arah matahari terbit, kedua kata ini masing-masing mengacu secara berurutan kepada wilayah timur dan wilayah barat dari kerajaan. Semua jabatan di dalam kerajaan masuk ke dalam pembagian ini, yakni i sukanaeo untuk wilayah timur dan i matanaeo untuk wilayah barat (Manarfa, 1948, hlm. 7).
156 k esepakatan t anah W olio :
i deologi k ebhinekaan dan e ksistensi b udaya b ahari di b uton
Bonto ogena i sukanaeo (Menteri besar wilayah timur) Bonto ogena i matanaeo (Menteri besar wilayah barat) (Kedua jabatan terakhir ini dipegang oleh kaum walaka)
2. Dewan Adat Bontona Peropa Bontona Baluwu Bontona Gundu-Gundu Bontona Barangkatopa (Keempat jabatan dalam Dewan Adat di atas terkenal dengan
istilah patalimbona) Bontona Gama Bontona Siompu Bontona Wandailolo Bontona Rakia Bontona Melai (Kesembilan jabatan di atas terkenal dengan istilah siolimbona
yang memiliki tugas mengawasi jalannya adat dan memilih sultan. Bontona Peropa dan Bontona Baluwu merupakan bonto utama, atau menteri utama, di dalam siolimbona. Kesembilan jabatan ini dipegang oleh kaum walaka)
3. Dewan Agama Lakina Agama Imamu Hatibi (4 orang) Moji/bilal (ada 10 orang) Mukimu (ada 40 orang) (Kelima jabatan ini terkenal dengan istilah Sarana Agama, atau
Dewan untuk urusan agama. Tiga jabatan pertama dipegang oleh kelompok kaomu, sedangkan dua jabatan terakhir diperuntukkan untuk kelompok walaka)
4. Jabatan lainnya
M aula ,r udyansJah 157 p rahara ,r atri
Kapita (kapten kapal) - kaomu Sabandara (sahbandar pelabuhan)
- walaka Bontona Dete Bontona Katapi Bontona Gampikaro (2 orang: i sukanaeo dan i Matanaeo)
7 orang Bonto (Keempat jabatan di atas itu, yakni Bontona Dete, Bontona Katapi,
Bontona Gampikaro dan tujuh orang Bonto, terkenal dengan istilah Bonto i Nunca, yang berarti menteri urusan dalam keraton, yang tugasnya mengurus istana sultan dan mengawasi jalannya etiket di dalam istana. Mereka semua berasal dari kaum walaka)
Bonto i sara: antara 8 hingga 12 orang Bonto untuk Dewan Wolio/
Sarana Wolio, yang tertugas mengawasi kadie (pemukiman penduduk otonom di luar benteng keraton) dan membantu Bonto ogena i sukanaeo dan Bonto ogena i Matanaeo. Jabatan ini diperuntukkan untuk walaka.
Lakina Barata Patapalena (semuanya dari kaomu): Empat raja dari empat vasal dalam kesultanan, yakni Muna,
Tiworo, Kalingsusu dan Kaledupa. Bobato (ada 40 orang, semuanya dari kaomu): Sembilan dari para Bobato ini ada yang disebut dengan istilah siolipuna, yang berarti sembilan kerajaan kecil (Kamaru,
Batauga, Waaleale, Wawoangi, Tumada, Bombonawulu, Wolowa, Todanga dan Bola) masing-masing di bawah seorang raja, yang membentuk sekutu kerajaan Wolio pada awal pembentukannya.
Kepala Distrik: Jabatan ini diperkenalkan pada bulan Agustus tahun 1913 134
atau sekitar 7 tahun setelah kesultanan secara resmi menjadi bagian dari sistem pemerintahan Hindia Belanda pada tahun
Zahari, 1977, III, hlm. 90
158 k esepakatan t anah W olio :
i deologi k ebhinekaan dan e ksistensi b udaya b ahari di b uton
tahun 1906. 135 Awalnya hanya kaomu yang boleh menjabat posisi ini, namun kemudian walaka juga diperbolehkan menjabat posisi ini. Mereka terdiri dari 5 kaomu dan 6 walaka.
Uraian mengenai struktur pemerintahan kesultanan yang lebih rinci daripada pembahasan di atas membutuhkan satu tulisan tersendiri yang terpisah. Namun demikian, untuk tujuan memberi semacam bingkai dari apa yang telah kita bahas dalam bab-bab di buku ini, maka dalam hemat penulis uraian di atas sudah lebih dari cukup.
Schoorl, 2003, hlm. 76-77