Penataan dan Pembagian Wilayah

Penataan dan Pembagian Wilayah

Wilayah kekuasaan Kesultanan Buton tersebut dapat dibagi atas “pusat pemerintahan kesultanan” dan “daerah kekuasaan kesultanan”. “Pusat pemerintahan” adalah Wolio atau Keraton. Wilayah ini merupakan univikasi sembilan perkampungan yang didirikan pada masa awal terbentuknya kerajaan. Wilayah ini merupakan tempat tinggal golongan penguasa atau bangsawan, raja, dan pejabat pemerintah kesultanan. Sedangkan “daerah kekuasaan”, ada yang secara langsung berada di bawah kekuasaan pemerintah pusat, dan ada yang tidak. Yang pertama disebut kadie, dan yang

84 Di dalam platform kosmologis Martabat Tujuh, yang menjadi acuan dari Undang-undang Kesultanan Buton (Wolio) sekaligus menjadi nama UU itu, diungkapkan bahwa Tuhan di dalam

keEsaan, keAbadian dan Transendensinya itu melalui Kehendak, Kuasa dan Pengetahuan-Nya memanifestasi (ber tajalli) di dalam martabat-martabat atau fase-fase (yang dipostulatkan secara logis, bukan kronologi historis): ahadiyah (Dzat), wahdah (Sifat), wahidiyah (Nama-nama) kemudian alam arwah (dunia spirit), alam mitsal (dunia ide-ide), alam ajsam (dunia materi, tubuh) dan alam insan (dunia manusia). Manusia adalah “puncak” manifestasi Tuhan, karena di dalam dirinya terkumpul semua alam. Namun, ketinggian martabat kemanusiaan ini hanya diketahui, dirasakan dan dialami oleh orang-orang yang telah tercerahkan ( ‘arifin, ahli ma’rifat), yang disebut Insan Kamil (manusia sempurna).

70 k esepakatan t anah W olio :

i deologi k ebhinekaan dan e ksistensi b udaya b ahari di b uton

kedua disebut barata. Wilayah kadie lebih solider pada “pusat kekuasaan” daripada wilayah barata. Hal ini karena yang pertama merupakan daerah yang dikuasai secara langsung oleh pejabat pemerintah kekuasaan, sementara yang kedua merupakan kerajaan- kerajaan kecil yang memiliki raja-raja sendiri. Pengakuan raja barata terhadap Sultan Buton merupakan ukuran masuknya wilayah ini sebagai wilayah kesultanan. Seperti halnya kerajaan-kerajaan “tradisional” lainnya, Kesultanan Buton belum memiliki tapal batas yang pasti, seperti halnya negara “modern” sekarang. Akan tetapi, karena terdiri atas sejumlah pulau, daerah kekuasaannya itu dapat diberi batasan-batasan sesuai nama pulau-pulau itu.

Adapun wilayah yang pernah masuk dalam kekuasaan kesultanan ini meliputi gugusan kepulauan di kawasan bagian tenggara Jazirah Sulawesi Tenggara yang terdiri atas: 85

1. Pulau Buton, yaitu sebuah pulau yang terletak di sebelah tenggara Jazirah Sulawesi Tenggara yang dibatasi oleh Selat Buton;

2. Pulau Muna atau Woena, yang disebut dalam dokumen Belanda dengan Pancano, yaitu sebuah pulau yang terletak di antara Pulau Buton dan Jazirah Sulawesi Tenggara.

3. Pulau Kabaena, sebuah pulau yang terletak di sebelah barat Pulau Muna atau di sebelah selatan Jazirah Sulawesi Tenggara;

4. Sejumlah pulau-pulau kecil di dekat Pulau Buton dan Muna. Pulau-pulau ini adalah Pulau Tiworo, Tikola, Tobeya Besar, dan Tobeya Kecil yang terletak di Selat Tiworo; Pulau Makassar atau Liwotu yang terletak di Selat Buton; Pulau Kadatua, Masiring, dan Siompu yang terletak di sebelah barat daya Pulau Buton; Pulau Talaga Besar dan Talaga Kecil yang terletak di sebelah selatan Pulau Buton;

5. Sejumlah pulau yang berjejer di sebelah tenggara Pulau Buton yang dikenal dengan Kepulauan Tukang Besi yang terdiri atas Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko;

85 Daerah-daerah ini merupakan wilayah Kesultanan Buton yang disaksikan oleh ligtvoet, Sekretaris Urusan Dalam Negeri Hindia Belanda di Makassar, ketika ia berkunjung di Buton pada

M aula ,r udyansJah 71 p rahara ,r atri

6. Poleang dan Rumbia yang terletak di Daratan Jazirah Sulawesi Tenggara bagian tenggara berhadapan dengan Pulau Kabaena;

7. Pulau Wawoni yang terletak di sebelah utara Pulau Buton;

8. Selain itu, masih terdapat sejumlah gugusan pulau kecil yang terletak di sela-sela pulau-pulau tersebut di atas yang kurang populer namanya dan tidak nampak di peta yang merupakan wilayah Kesultanan Buton.

Dari keseluruhan wilayah yang disebutkan di atas, terdapat empat wilayah kekuasaan barata. Wilayah ini adalah:

1. Barata Muna, pusatnya di Raha, pesisir timur bagian tengah Pulau Muna;

2. Barata Tiworo, pusatnya di Pulau Tiworo

3. Barata Kulingsusu, pusatnya di pesisir timur bagian utara Pulau Buton;

4. Barata Kaledupa, pusatnya di Pulau Kaledupa. Daerah Siolipuna adalah daerah-daerah yang bergabung ke

dalam Kesultanan Wolio atas kemauan sendiri, mereka adalah:

9. Bola Daerah-daerah Matana Sorumba:

1. Watumotobe, menjaga musuh kerajaan yang datangnya dari bagian timur.

2. Mawasangka, menjaga musuh kerajaan yang datangnya dari bagian barat.

72 k esepakatan t anah W olio :

i deologi k ebhinekaan dan e ksistensi b udaya b ahari di b uton

3. Wabula, menjaga musuh kerajaan yang datangnya dari bagian selatan.

4. Lapandewa, menjaga musuh kerajaan yang datangnya dari bagian utara.

Demikianlah, Kesultanan Buton telah mempersiapkan dan mentransformasikan diri secara matang, menata sistem ketatanegaraan dan mengatur tata kehidupan rohani masyarakatnya sedemikian rupa, sehingga ia tidak hanya mampu mengatur dan mendidik masyarakatnya yang wilayahnya semakin meluas di satu sisi, dan menghadapi situasi-situasi dunia perdagangan yang terintegrasi secara internasional yang bergerak dinamis, yang terus bergejolak di sisi lain.