Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

5.2.2 Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria

Proporsi jenis kelamin penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria di puskesmas panyabungan jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.9 di bawah ini. Gambar 5.9 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015 Berdasarkan gambar 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi jenis kelamin penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa dari 27 penderita malaria positif dengan Plasmodium falciparum proporsi tertinggi pada jenis kelamin laki-laki yaitu 59,2 , sedangkan penderita malaria positif dengan Plasmodium vivax terdapat pada jenis kelamin perempuan yaitu 100 . 59,2 40,8 100 20 40 60 80 100 120 Plasmodium falciparum Plasmodium vivax Pr o p o rsi Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria Laki-laki Prempuan Universitas Sumatera Utara Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat digunakan karena ada 2 sel 50 dengan frekuensi harapan 5, maka uji yang digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh p=0,429, p0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita malaria positif dengan jenis parasit malaria. Secara Umum, infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Semua jenis parasit malaria akan menginfeksi semua orang tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Namun dalam penelitian ini lebih tinggi menginfeksi pada laki-laki. Hal ini diasumsikan laki- laki banyak terkena malaria karena nyamuk Anopheles mempunyai keaktifan menggigit pada malam hari dan juga perilaku laki-laki sering beraktifitas di luar rumah pada malam hari karena pekerjaan atau kebiasaan. Laki- laki memiliki kebiasaan keluar rumah sampai larut malam untuk ronda atau begadang di malam hari hanya sekedar senda gurau, hal ini dilakukan untuk melepas kepenatan setelah bekerja seharian. Menurut Darmadi 2002 berada di luar rumah pada malam hari antara pukul 21.00 sd 22.00 berhubungan erat dengan kejadian malaria, karena frekuensi mengisap darah jam tersebut tinggi terutama pada laki-laki yang tinggal di pedesaan yang memilki kebiasaan memeriksa air sawah dan sering melakukan ronda malam. Hal ini sejalan dengan penelitian Sari 2013 di Kecamatan Suka Makmur Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 diperoleh bahwa dari 42 responden penderita malaria positif tertinggi pada jenis kelamin laki- laki yaitu 90,5 . Universitas Sumatera Utara 5.2.3Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria Proporsi jenis pengobatan malaria berdasarkan jenis parasit malaria di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.10 di bawah ini. Gambar 5.10 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015 Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi jenis pengobatan malaria berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa dari 27 penderita malaria yang mendapat pengobatan ACT proporsi tertinggi pada Plasmodium falciparum yaitu 66,7 , dan pengobatan ACT dengan Plasmodium vivax yaitu 33,3 . Sedangkan penderita malaria yang mendapat pengobatan ACT dengan Plasmodium vivax yaitu 100 . 66,7 100 33,3 20 40 60 80 100 120 Plasmodium falciparum Plasmodium vivax P rop or si J enis Pengobatan Malaria Berdasarkan Jenis Parasit Malaria ACT Non ACT Universitas Sumatera Utara Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat digunakan karena ada 2 sel 50 dengan frekuensi harapan 5, maka uji yang digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh p=1, p0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi jenis pengobatan malaria dengan jenis parasit malaria. Hasil ini sejalan dengan pedoman WHO yang merekomendasikan untuk pengobatan malaria secara global dengan penggunaan obat ACT Artemisinin Combination Therapy . Sejak tahun 2004 komisi ahli malaria dari Depkes RI sepakat dan menyetujui penggunaan obat ACT sebagai obat lini I di seluruh Indonesia. Pada tahun 2009 Depkes RI telah mempersiapkan obat ACT baru, yaitu kombinasi DHP Dihidroartemisinin Piperakuin sebagai dosis tetap dan kombinasi ini efektif terhadap Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Puskesmas Panyabungan Jae menggunakan DHP sebagai obat antimalaria dari golongan ACT. ACT merupakan obat antimalaria yang efektif, radikal, membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh. Tujuan dari pengobatan adalah penyembuhan klinis, parasitologik dan memutuskan rantai penularan.Penggunaan obat ACT ini harus disertai dengan ditemukannya parasit malaria secara mikroskopik atau dengan pemeriksaan RDT Rapid Diagnostic Test positif.Harijanto, 2009. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 77

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN