Epidemiologi Malaria .1 Distribusi dan Frekuensi Orang

2 Reduce Survival Time atau eritrosit normal yang tidak mengandung parasit yang tidak dapat hidup lama. 3 Diseritropoiesis atau gangguan dalam pembentukan eritrosit karena depresi eritropoiesis dalam sumsum tulang, retikulosit tidak dilepaskan dalam peredaran darah tepi atau perifer.

2.5.3 Splenomegali

Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Plasmodium yang menginfeksi organ ini dapat di fagosit oleh sel-sel makrofag dan limfosit. Penambahan sel-sel radang ini dapat menyebabkan limpa membesar. Pembesaran limpa merupakan gejala khas terutama pada malaria kronis, limpa mengeras, hitam, karena pigmen banyak ditimbun dalam eritrosit dan banyak mengandung parasit Sorontou, 2013 dan Zulkoni, 2010. Menurut Kemenkes RI tahun 2011, gejala klinis yang sering dijumpai pada penderita malaria yaitu demam, sakit kepala, menggigil, nyeri di seluruh tubuh. Pada beberapa kasus dapat disertai gejala mual muntah, batuk dan diare, gejala tersebut hampir menyerupai dengan gejala-gejala penyakit lainnya dan perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosa pasti. 2.6 Epidemiologi Malaria 2.6.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Orang

Malaria dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita, anak, dan ibu hamil. Setiap orang dapat terkena penyakit malaria, perbedaan prevalensi menurut umur, jenis kelamin, ras dan riwayat Universitas Sumatera Utara malaria sebelumnya, berkaitan dengan perbedaan tingkat kekebalan karena variasi keterpaparan terhadap gigitan nyamuk Arsin, 2012. World Malaria Report tahun 2011 menyebutkan bahwa malaria terjadi di 106 Negara bahkan 3,3 milyar penduduk dunia tinggal di daerah berisiko tertular malaria. Jumlah kasus malaria di dunia sebanyak 216 juta kasus, dimana 28 juta kasus terjadi di ASEAN. Setiap tahunnya sebanyak 660 ribu orang meninggal dunia karena malaria terutama anak balita 86, 320 ribu diantaranya berada di Asia Tenggara termasuk Indonesia Kemenkes R.I, 2014. Menurut Riskesdas 2013, prevalensi menurut karakteristik umur pada penderita malaria paling tinggi adalah umur 25-34 yaitu 1,6, kemudian umur 35- 44 yaitu 1,6 , umur 15-24 yaitu 1,3 dan paling rendah adalah kelompok umur 1 yaitu 0,6. Hal ini menunjukan bahwa usia dewasa lebih sering terjadi malaria dibandingkan usia anak-anak. Keadaan ini menunjukan kewaspadaan dan kepedulian penanganan penyakit malaria pada anak sudah mulai baik. Sedangkan untuk Karakteristik menurut jenis kelamin, prevalensi malaria lebih tinggi pada laki-laki yaitu 1,6 sedangkan pada prempuan yaitu 1,2 . Penelitian Nasution 2005 di Kecamatan Panyabungan Kota, Kabupaten Mandailing Natal tahun 2004 terdapat 1.772 penderita malaria, 770 orang 43,45 laki-laki dan 1.002 orang 56,55 perempuan, kelompok umur 1-5 tahun 482 orang 27,20, 6-11 tahun 346 orang 19,52, 12-18 tahun 174 orang 9,82, 19- 55 tahun 702 orang 39,62 dan ≥56 tahun 68 orang 3,84. Penelitian Novelina 2012 di wilayah kerja puskesmas Sambau Kecamatan Kota Batam tahun 2012 terdapat 113 penderita malaria, 65 orang 57,5 Universitas Sumatera Utara laki-laki dan 48 orang 42,5 perempuan, kelompok umur terdapat pada kelompok umur 25-32 tahun yaitu 26 orang 23 , dan terendah terdapat pada kelompok umur 57-64 tahun yaitu 1 orang 0,9 . Penelitian yang dilakukan oleh Zein 2013 dengan menggunakan desain cross sectional di Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa dari 83 penderita malaria terdapat kelompok umur 18-32 tahun sebanyak 19 orang 22,8, 33-46 tahun sebanyak 38 orang 45,6, dan 47-62 tahun sebanyak 26 orang 31,2. Di lihat dari pekerjaan, ditemukan penderita malaria paling banyak adalah petani yaitu 29 orang 34,9 dan yang paling sedikit pada Pegawai Negeri Sipil PNS yaitu sebanyak 2 orang 2,4.

b. Tempat