Hal ini sejalan dengan penelitian Silalahi 2011 di RSD Kolonel Abundjani Bangko Kabupaten Merangin Provinsi Jambi menemukan dari 118
penderita malaria parasit positif mengalami gejala demam yaitu 94,9.
5.1.5 Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Pengobatan Malaria
Proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis pengobatan malaria di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.7 di bawah
ini.
Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Pengobatan Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi penderita malaria positif berdasarkan jenis pengobatan malaria tertinggi adalah jenis pengobatan
ACT yaitu 67,9 sedangkan jenis pengobatan Non ACT yaitu 32,1 .
67,9 32,1
Jenis Pengobatan Malaria
ACT Non ACT
Universitas Sumatera Utara
OAM Obat Anti Malaria hanya diberikan pada penderita malaria positif atau ditemukan parasit malaria dalam darah penderita. Diagnosis dini dan
pengobatan yang tepat adalah komponen yang utama dari strategi global pada pemberantasan malaria. Penggunaan obat yang tepat dari obat anti malaria tidak
hanya mempersingkat lamanya penyakit malaria tetapi juga menurunkan insiden dari komplikasi dan kematian. Selain itu persyaratan obat anti malaria yang ideal
adalah obat mempunyai efek terhadap semua jenis dan stadium parasit, cara pemakaian yang mudah, harga terjangkau dan ketersediaan, serta efek samping
ringan dan toksisitas rendah. Walaupun kelompok derivat artemisinin ACT sudah dianjurkan digunakan di seluruh dunia, namun tidak dapat membunuh
semua stadium parasit parasit dalam hati atau hipnozoit dan gametosit matang Harijanto, 2009.
Informasi yang diperoleh dari petugas di Puskesmas Panyabungan Jae bahwa tidak semua penderita malaria dapat diberikan pengobatan dengan ACT
dikarenakan berbagai penyebab terutamanya disesuaikan dengan gejala penderita pada saat berobat.Obat ACT dapat diberikan kepada penderita dengan gejala berat
yang memiliki imunitas baik. Pemberian ACT memiliki efek samping gangguan saluran cerna termasuk mualmuntah sehingga penderita malaria yang datang
dengan gejala ada mualmuntah maka tidak diberikan ACT karena akan menambah rasa mualmuntah tersebut. Alasan lain ACT tidak dapat diberikan
karena terkadang persediaan obat ACT yang terbatas di puskesmas. Oleh karena itu, petugas di Puskesmas Panyabungan Jae memberikan pengobatan non-ACT
kepada penderita malaria.
Universitas Sumatera Utara
5.2Analisis Bivariat 5.2.1 Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
Proporsi umur penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria di Puskesmas Panyabungan Jae tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 5.8 di
bawah ini.
Gambar 5.8 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria di Wilayah Kerja
Puskesmas Panyabungan Jae Tahun 2015
Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi umur penderita malaria positif berdasarkan jenis parasit malaria dapat diketahui bahwa dari 27
penderita malaria positif dengan Plasmodium falciparum proporsi tertinggi pada kelompok umur
≥ 15 tahun yaitu 51,9 sedangkan penderita malaria positif dengan Plasmodium vivax terdapat pada kelompok
umur ≥ 15 tahun yaitu 100 .
48,1 51,9
100
20
40 60
80 100
120
Plasmodium falciparum Plasmodium vivax
Pr o
p o
rsi Umur Berdasarkan Jenis Parasit Malaria
15 tahun 15 tahun
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-Square tidak dapat digunakan karena ada 2 sel 50 dengan frekuensi harapan 5, maka uji yang
digunakan adalah Exact Fisher. Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh p=1, p0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi umur penderita malaria Positif
dengan jenis parasit malaria. Secara umum, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya semua orang dapat
terkena malaria. Perbedaan angka kesakitan malaria pada berbagai golongan umur dapat disebabkan oleh faktor lain seperti kekebalan, status gizi, kebiasaan,
lingkungan tempat tinggal dan hal lainya yang mendukung. Namun dalam penelitian ini penderita malaria dengan parasit malaria lebih tinggi pada kelompok
umur ≥ 15 tahun yaitu penderita malaria dengan Plasmodium falciparum dan
Plasmodium vivax. Kelompok umur ≥ 15 tahun merupakan kelompok umur produktif yang
memiliki peluang lebih besar terkena malaria, hal ini berkaitan dengan akitivitas di luar rumah lebih banyak pada orang dewasa dibandingkan anak-anak,
khususnya perilaku dan kebiasaan melakukan aktifitas diluar rumah pada malam hari, sebagaimana teori yang mengatakan bahwa kebiasaan untuk berada di luar
rumah sampai larut malam, dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan memudahkan gigitan nyamuk.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Gusra, dkk 2013 di Puskesmas Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan selama bulan
Januari sampai Maret 2013 diperoleh bahwa proporsi insiden malaria terbanyak pada kelompok umur ≥15 tahun yaitu 83,3 .
Universitas Sumatera Utara
5.2.2 Jenis Kelamin Penderita Malaria Positif Berdasarkan Jenis Parasit Malaria