Teknik Analisa Data Latar Belakang

45 b. Teknik pengumpulan data sekunder Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui kepustakaan yang dapat mendukung data primer dapat dilakukan melalui instrumen berikut: 1. Studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan menggunakan dokumen-dokumen atau catata-catatan yang ada dilokasi peneliti serta foto- foto yang terkait dengan penelitian. 2. Studi kepustakaan yaitu pengumpulan data diperoleh dari buku-buku ,karya ilmiah , pendapat para ahli yang berkompetisi serta memiliki relevansi dengan masalah yang akan diteliti.

F. Teknik Analisa Data

Dalam melakukan analisis data menurut miles dan huberman dalam sugiyono, 2009terdapat beberapa aktivitasdalam analisis data yaitu : 1. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu Reduksi data bisa dilakukan dengan jalan melakukan abstrakasi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada dalam data penelitian.Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara 46 peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan catatan-catatan inti dari data yang diperoleh dari hasil penggalian data. 2. Penyajian data Langkah ini dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. hal ini dilakukan dengan alasan data-data yang diperoleh selama proses penelitian kualitatif biasanya berbentuk naratif, sehingga memerlukan penyederhanaan tanpa mengurangi isinya. Penyajian data dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok permasalahan. 3. Kesimpulan atau verifikasi Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengamanatkan bahwa pelayanan Kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 :“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Dengan amanat tersebut maka pemerintah wajib melayani setiap warga Negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kepentingan publik harus dilaksanakan oleh pemerintah sebagai penyelenggara Negara dengan melalui berbagai sektor pelayanan, terutama yang menyangkut pemenuhan hak hak sipil dan kebutuhan dasar masyarakat dengan kata lain seluruh kepentingan yang menyangkut kepentingan hidup orang banyak terutama dibidang kesehatan. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang paling banyak di butuhkan oleh masyarakat oleh karena itu pelaksanaan kesehatan di Indonesia sangat penting untuk dilaksanakan dengan tujuan agar mampu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang sehingga mampu mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia dalam perwujudan jaminan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Universitas Sumatera Utara 2 Namun sebagian besar masyarakat di Indonesia merupakan kalangan masyarakat yang berasal dari kelas ekonomi menengah kebawah yang tentu saja rentan terhadap berbagai permasalahan kesehatan seperti terbatasnya akses untuk mendapatkan fasilitas layanan kesehatan. Hal tersebut berdampak bagi kehidupan masyarakat itu sendiri seperti rendah nya kemampuan akses mayarakat terhadap pelayanan kesehatan, rendahnya upaya pencegahan penyakit dan perilaku hidup sehat dikalangan masyarakat, rendahnya pengetahuan tentang berbagai gejala dan jenis penyakit, rendahnya kualita lingkungan dan ketidak merataan penyebaran tenaga kesehatan. Maka dari itu dibentuklah suatu program pelayanan kesehatan oleh pemerintah dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan yang mampu menjangkau semua lapisan masyarakatnya. Dalam hal ini Pelayanan tersebut diselenggarakan melalui Implementasi Program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS-Kesehatan. Program BPJS-Kesehatan merupakan upaya Pemerintah Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin kesehatan masyarakat secara Nasional. Sebagaimana yang tercantum dalam Konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945 terutama pada Pasal 28 ayat 3 dan Pasal 34 ayat 2 mengamanatkan bahwa “Jaminan Sosial adalah hak setiap warga negara” dan “Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu”. Berdasarkan landasan konstitusi tersebut maka dilakukan program badan pelaksanaan jaminan sosial dimasyarakat yang diatur dalam Universitas Sumatera Utara 3 “Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial UU BPJS, secara tegas menyatakan bahwa BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah badan hukum publik. BPJS yang dibentuk dengan UU BPJS adalah BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Kedua program BPJS ini didasari pada misi NKRI dalam memeenuhi hak konstitusional setiap orang atas jaminan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini pemerintah yang berperan sebagai pelaku dari penyelenggaraan kesehatan masyarakat, harus saling bahu membahu secara sinergis dalam melaksanakan pelayanan yang terencana, terpadu dan berkesinambungan dalam upaya bersama-sama mewujudkan pelayanan publik bagi seluruh lapisan masyarakat. Akan tetapi didalam proses implementasi pelayanan kesehatan melalui program BPJS-Kesehatan di masyarakat masih sering menemukan berbagai masalah seperti yang terangkum dalam kutipan jurnal berikut: “Masyarakat masih menyatakan bahwa mereka masih kesulitan dalam proses menjadi peserta BPJS Kesehatan,dimana proses pendaftaran sampai dengan aktivasi kartu peserta terlalu banyak prosedur dan terlalu lama sehingga masyarakat merasa kesulitan ketika memerlukan dalam waktu yang mendadak,juga masih terdapat kesulitan pada fasilitas kesehatan dan puskesmas yang tidak memiliki layanan 24 jam” http:journal.unnes.ac.idsjuindex.phpedajarticleview5672 Dari kutipan jurnal yang berjudul “efektivitas pelayanan kesehatan BPJS- Kesehatan di puskesmas Kecamatan Batang” yang ditulis oleh Sigit Budhi Prakoso tahun 2015 didapati bahwa pelayanan kesehatan masih kurang dari segi efektivitas dalam pemberian pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat. Hal yang sama juga didapati dalam kutipan artikel online berikut ini : Universitas Sumatera Utara 4 “Meskipun iurannya murah, pelayanan BPJS masih banyak kelemahan dan tidak sebaik asuransi kesehatan. Masalahnya, semua orang wajib ikut BPJS Kesehatan dan akan ada sanksi bagi yang menolak ikut. Apa yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi pelayanan BPJS yang buruk ?Sesuai aturan, perusahaan wajib mendaftarkan karyawannya di BPJS Kesehatan per 1 Januari 2015. Sudah ada kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan APINDO Asosiasi Pengusaha Indonesia. Jika tidak mendaftar akan ada sanksinya bagi perusahaan.Buat semua masyarakat, BPJS mematok target 2019 bahwa semua sudah harus menjadi peserta BPJS Kesehatan. Akan ada sejumlah sanksi bagi yang tidak menjadi peserta.Kewajiban ini menimbulkan reaksi yang berbeda – beda dari setiap perusahaan tantangan yang kerap dihadapi peserta BPJS dalam pelayanan kesehatan adalah: 1 antri panjang di rumah sakit; 2 kesulitan mendapatkan kamar rawat inap karena kamar untuk peserta BPJS sering penuh; 3 ada obat – obatan yang tidak dijamin oleh BPJS sehingga peserta harus menanggung sendiri 4 meskipun seharusnya gratis – selama sesuai kelas – peserta kadang masih harus membayar kelebihan plafond, yang jika tidak dibayar, rumah sakit enggan melayani. Ini keluhan yang kerap muncul di media. Kondisi ini terkait lonjakan peserta BPJS, yang telah mencapai 132 juta orang dan masih akan terus bertambah. Kenaikkan permintaan dipicu oleh kewajiban perusahaan untuk ikut serta ada sanksi dan murahnya iuran. Sementara itu, di sisi lain, ketersediaan kamar dan tenaga medis di rumah sakit tidak bisa dengan cepat ditingkatkan, khususnya untuk peserta BPJS.” http:www.duwitmu.comasuransiantisipasi- buruknya-pelayanan-bpjs-kesehatan diakses pada 24 september 2015 pukul 22.00wib Dari Kutipan tersebut dapat kita ketahui bahwa terdapat masalah mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan masih terdapat banyak masalah dan kendala yang dihadapi dan dapat menghambat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan adanya keluhan atau pengaduan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Dalam mengatasi masalah tersebut diharapkan pihak pemerintah dan pelaksana program BPJS-Kesehatan mampu memberikan pelayanankesehatan secara optimal keoada masyarakat terutama bagi masyarakat miskin dan perlu di lakukanya sosialisasi terkait dengan serangkaian syarat dan prosedur kepengurusan BPJS-kesehatan kepada masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman antara pihak Pemberi pelayanan dengan pelanggan. Universitas Sumatera Utara 5 Masalah yang sama juga terjadi pada Puskesmas Induk yang berada di kecamatan Laeparira. Kabupaten Dairi Sumatera Utara. kecamatan ini memiliki sembilan desa wilayah kerja dengan memiliki satu unit puskesmas induk kecamatan yang berfungsi sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten di Kecamatan. Puskesmas induk juga berperan sebagai penyelenggara teknis operasional dinas kesehatan yang merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan yang diawali dari desa. Selain itu puskesmas ini juga memiliki sembilan puskesmas pembantu yang berfungsi sebagai unit pelayanan pembantu yang di tempatkan di setiap desa. Serta kecamatn ini memliki total jumlah penduduk 14.380 jiwa per tahun 2015. Berdasarkan pengamatan pada pra-penelitian yang dilakukan pada 15 September 2015 diamati kendala didalam pelayanan kesehatan pada program BPJS-Kesehatan berupa kartu BPJS Kesehatan. Kendala tersebut antara lain tidak sistematisnya waktu mengantri dalam pelayanan BPJS-kesehatan dan banyaknya aturan baru yang membuat pelayanan tidak maksimal seperti ada beberapa resep obat yang harus di beli di luar puskesmas. Selain itu ketidak puasan masyarakat dalam sistem pelayanan program BPJS-Kesehatan ialah tergambar melalui kinerja para petugas Puskesmas Kentara, Kecamatan Laeparira dalam melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan seperti lambatnya proses penyelesaian berkas rujukan, pegawai yang lama datang, serta di dalam penerapan program BPJS-kesehatan ini masyarakat merasa tidak yakin terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak puskesmas karena banyaknya asumsi yang berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwasanya pelayanan yang Universitas Sumatera Utara 6 diberikan kepada peserta program BPJS-Kesehatan adalah pelayanan dengan kualitas yang kurang baik dibanding dengan pelayanan yang diberikan jika dengan berobat melalui jalur umum. Implementasi kebijakan publik sebagai suatu sistem bagi masyarakat diharapkan dapat memberikan pemenuhan atas hak-hak mendapatkan pelayanan bagi seluruh lapisam masyarakat baik dalam pelayanan publik terutama pelayanan jaminan Kesehatan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam dan melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Program BPJS Kesehatan dalam Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat PUSKESMAS Studi pada : Puskesmas Kentara Kecamatanupaten Laeparira Kab.Dairi Sumatera Utara” B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana implementasi program BPJS Kesehatan terhadap pelayanan di Pusat Kesehatan masyarakat PUSKESMAS Kecamatan Laeparira Kabupaten Dairi Sumatera Utara.

C. Tujuan Penelitian

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 0 8

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 0 2

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 2 41

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 0 5

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 0 3

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 10

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 1

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 25

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 1 5

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 2