62
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan berbagai data yang dihimpun selama penulis melakukan penelitian. Data yang disajikan berikut merupakan data
yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data baik primer dan sekunder hasil penelitian data ini tidak bersifat baku karena penyajianya seluruhnya
disesuaikan dengan hasil penelitian dilapangan dan penulis mencoba melakukan sedikit perubahan agar maksud yang hendak disampaikan dapat dipahami, namun
tentu tidak mengubah hasil akhir dari penelitian itu sendiri. Berikut ini adalah penyajian data-data yang diperoleh sebagai berikut:
A. Informan Penelitian
Informan pada penelitian ini terdiri dari kepala Puskesmas Kentara RS-1, pengelola BPJS-Kesehatan RS-2, Bidan Koordinator Puskesmas Kentara RS-3
dan pengawas kegiatan dan pemberian layanan kesehatan di Puskesmas Kentara RS-4. Untuk menguatkan serta mendapatkan permasalahan pada implementasi
program BPJS-Kesehatan ini, peneliti mewawancarai pengunjungpasien pengguna program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira.
Berikut data informan pada penelitian ini yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
63
Tabel 1.5. Informan Penelitia Kode
Informan Usia
Pendidikan Terakhir
Lama Bekerja
JabatanPekerjaan
RS-1 43 tahun
S-1 1 tahun
Kepala Puskesmas RS-2 42
tahun D-3 19
tahun Verifikator
pengelola BPJS
RS-3 50 tahun
D-3 21 tahun
Bidan Koordinator RS-4
33 tahun S-1
4 tahun Pengawas kegiatan
pemberian pelayanan
Sumber: Puskesmas Kentara 2015
B. Gambaran Umum Puskesmas Kentara Kec. Laeparira 1. Profil Singkat Puskesmas Kentara Kec. Laeparira
Kecamatan Lae Parira terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 33 Tahun 2001, tentang Pembentukan Kecamatan Lae Parira dan
Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe yang peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2001. Kecamatan Lae Parira sebelumnya merupakan bagian dari
Kecamatan Silima Pungga-pungga yang kemudian dimekarkan menjadi satu kecamatan yakni Kecamatan Laeparira dimana maksud dan tujuannya untuk
mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat dan untuk percepatan pembangunan seuai dengan semangat Otonomi Daerah.
Sama hal nya dengan tujuan dari pemekaran tersebut diatas maka pemerintah sadar betul atas pentingnya pemberian pelayanan kesehatan kepada setiap lapisan
masyarakat di wilayah kerja pemerintah kecamatan Laeparira maka dari itu Layaknya wilayah kecamatan yang memiliki sembilan desa wilayah kerja,
kecamatan ini memiliki satu puskesmas induk yang ditempatkan di desa Kentara
Universitas Sumatera Utara
64
dan puskesmas ini tentu memiliki puskesmas Pembantu yang di tempatkan pada setiap desa dalam wilayah kecamatan laeparira yang senantiasa selalu
berkoordinasi dalam setiap pemberian pelayanan yang prima terhadap mayarakat.
2. Visi dan Misi Puskesmas Kentara Kec.Laeparira a.Visi
Bertitik tolak dari pengertian dan tujuan penetapan visi serta visi pemerintah Kabupaten Dairi yaitu “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten
Dairi Yang Maju Dan Sejahtera Melalui Pengembangan Agribisnis Yang Berdaya Saing” maka Puskesmas Kentara menetapkan Visi sebagai berikut
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT DAIRI SEHAT DAN SEJAHTERA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”
b. Misi
Misi dalam rangka mewujudkan visi Puskesmas Kentara dirumuskan
dan ditetapkan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan menuju pelayanan prima
2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup Sehat
3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu
,merata dan terjangkau 4.
oleh lapisan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
65
5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, anak,
remaja dan Usia lanjut Meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan Penyakit
3. Lokasi
Puskesmas Kentara berlokasi di jalan Parongil no 07 desa Kentara Kecamatan Laeparira kabupaten dairi Sumatera Utara.
4. Tugas dan Fungsi Puskesmas Kentara
Puskesmas adalah
suatu kesatuan
organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah
kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan
wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta
kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah : a.
Upaya promosi kesehatan b.
Upaya kesehatan lingkungan c.
Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d.
Upaya perbaikan gizi masyarakat e.
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f.
Upaya pengobatan
Universitas Sumatera Utara
66
Secara umum tugas pokok dan fungsi Puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang ada diwilayah
kerjanya. Dalam hal ini puskesmas Kentara melaksanakan tugas dan fungsi nya di 9 wilayah kerja yakni di desa Sumbul, Kentara, laeparira, buluduri, sempung
polling, lumban sihite, lumban toruan, pandiangan, Kaban julu.
B. Implementasi Kebijakan BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara
Program BPJS-Kesehatan merupakan program pemerintah dalam rangka menjamin setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
yang prima dari petugas pelayanan kesehatan dengan sistem penjaminan kesehatan secara nasional. Berikut pemaparan mengenai penyelenggaraan
kebijakan BPJS-Kesehatan di Puskesmas kentara Kecamatan Laeparira kabupaten
Dairi. berdasarkan kerangka konsep yang peneliti adopsi dari Van Meter dan Van Horn.
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan a. Peraturan Pelaksana Program BPJS-Kesehatan
Peraturan tentang pelaksanaan suatu program haruslah terlebih dahulu diketahui dan dipahami oleh pelaksana program tersebut. Menurut informasi yang
diperoleh dari salah seorang informan yang merupakan kepala Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira, puskesmas ini memiliki Buku Kumpulan Peraturan Jaminan
Kesehatan yang didalamnya terdapat 4 jenis regulasi, yaitu Undang-undang No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional SJSN, Undang-undang
Universitas Sumatera Utara
67
No.24 tahun 2011 tentang BPJS, Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2012 tentang PBI Jaminan Kesehatan, dan Peraturan Presiden No.12 tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan. Secara langsung peneliti juga menanyakan mengenai peraturan-peraturan
yang informan ketahui, dan informan tersebut dapat dengan baik menjelaskan kepada peneliti mengenai aturan aturan tatat kelol BPJS- Kesehatan dengan baik.
Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan terkait dengan peraturan dan tata aturan program BPJS kesehatan :
Pertanyaan :
Bagaimana menurut bapakibu sudah sesuaikah peraturan yang dibuat pemerintah terkait dengan program BPJS kesehatan ini?
“Ada buku panduan dan kebijakan nya kita dapat dari pemerintah dan kami disini menjalankan program kepada masyarakat terutama program BPJS-
Kesehatan ini yaa berdasarkan prosedur yang tertulis tersebut...” RS – 1 “prosedur yang kita jalan kan kita jalankan sesuai dengan prosedur yang ada di
peraturan yang tertulislah dinkes juga melakukan semacam bentuk seminar gitu kepada kami kami ini supaya lebih paham menjalankan layanan ini” RS –
2 “sudah taulah kan kita dapat sosialisasi tentang peraturan dan prosedur
Bpjs,banyak peraturan nya yang kadang buat berbelit kayak pemesanan obat dan sistem rujukan ke rumah sakit umum Sidikalang” RS – 3
Universitas Sumatera Utara
68
“kalau prosedur dan aturan kita sebenarnya memahami dengan baik, tai terkadang apa yang kita temukan tidak sesuai dengan apa yng diharapkan
masyarakat contonya lah masyarakat pengenya kalau udah bayar BPJS- kesehatan pas mereka sakit mereka pengen nya cepat-cepat, padahal kan banyak
tata prosedur yang mesti kita lakukan,gitu dek” RS-4 Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh pernyataan diatas adalah
menurut para informan peraturan yang dibuat oleh pemerintah sudah sangat membantu pihak puskesmas dalam menjalankan program ini, ditambah lagi
seluruh informan menyatakan peraturan yang dibuat pemerintah sudah mampu menjadi pegangan dalam menjalankan prosedur layanan kesehatan bagi
masyarakat pengguna jaminan kesehatan BPJS-kesehatan Pemerintah kabupaten Dairi melalui dinas kesehatan pemkab juga turut
serta dalam melancarkan program ini dengan melakukan sosialisasi tentang tata layanan dan prosedur BPJS-kesehatan terhadap pelayan kesehatan.
b. Sasaran Program BPJS-Kesehatan
Pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap tujuansasaran dari program BPJ-Kesehatan ini menjadi salah satu faktor penting penentu berjalannya program
dengan baik dan tepat sasaran. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan pihak puskesmas terkait pemahaman informan mengenai kepesertaan program BPJS-
Kesehatan di wilayah kerja puskesmas Kentara.
Universitas Sumatera Utara
69
Siapa siapa sajakah pak,bu yang dapat menjadi peserta BPJS kesehatan ini ?
“…yang bisa ikut ya masyarakat yang daftar sesuai dengan syarat ketentuan
yang berlaku dalam prosedur bpjs kesehatan ini..” RS-1
“… seluruh masyarakat Indonesia, karena kalau BPJS itu sendiri punya visi untuk mewujudkan layanan kesehatan yang prima bagi seluruh aspek lapisan
masyarakat. …” RS-2 ...seluruh masyarakat wajib ikut program ini kecuali yang udah ikut daftar
jaminan kesehatan kayak Askes..” RS-3 ...diharapkan seluruh masyarakat ikut program ini karena memang sangat
bermanfaat saya rasa program ini dapat membantu masyarakat...” RS-4 Dari kutipan hasil wawancara mengenai kepesertaan, peneliti berkesimpulan
bahwa semua informan menyatakan sasaran dari program BPJS-Kesehatan adalah seluruh rakyat Indonesia karena program ini dinilai sangat bermanfaat terhadap
masyarakat dalam menerima layanan kesehatan. Dengan demikian informan yang memberikan informasi paham secara
umum akan sasaran dari BPJS-Kesehatan ini. Selanjutnya, permasalahan kepesertaan lebih banyak timbul dari peserta pengguna BPJS-Kesehatan terutama
untuk banyak dari peserta BPJS-Kesehatan yang belum paham penggunaan kartu, serta banyak juga yang tidak mengerti alur pelayanan menggunakan kartu
Universitas Sumatera Utara
70
Berikut kutipan hasil wawancara mengenai permasalahan pada aspek kepesertaan di Puskesmas Kentara:
Apa apa sajakah yang menjadi masalah didalam pelaksanaan Program BPJS-Kesehatan di kecamatan Laeparira ini bu?
“…peserta yang bawa kartu BPJS tapi kartunya gak rusak atau ga bisa dibaca jadi gak bisa diproses tapi walaupun demikian kita tetap upayakan untuk
menindak lanjuti penanganan nya sebisanya ya kita bantulah…”RS – 2
“Masalah peserta yang sering ditolak pihak rumah sakit karena gak ada
rujukan dari sini, kartunya gak bisa diakses ke sistem mereka, RS – 3
Permasalah diatas jika disimpulkan banyak terjadi pada peserta Non-PBI peserta mandiri, lebih kepada sistem yang masih memiliki kendala pada data
kepesertaan secara nasionalnya, jika seorang peserta mendaftarkan dirinya sebagai peserta mandiri, dan telah diterima datanya dan telah menyelesaikan
tahapan registrasi maka BPJS akan mengeluarkan kartu kepesertaan yang dapat digunakan pada fasilitas kesehatan yang telah ditentukan oleh BPJS sesuai dengan
domisili peserta tersebut.
c. Sumber Daya Manusia
Aspek penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang lain adalah SDM pelaksana di Puskesmas yang terdiri dari tenaga medis Untuk pelaksanaan
layanan kesehatan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini dan terlihat
Universitas Sumatera Utara
71
kecukupan untuk pelayanan medis di Puskesmas cukup terlaksana dengan baik dengan jumlah tenaga medis yang memadai. Berikut data tenaga medis di
Puskesmas Kentara pada tahun 2015 yang terdiri dari pegawai tetap PNS dan pengawai tidak tetaphonorer.
Tabel..1.6 Tenaga Medis Puskesmas Kentara tahun 2015 No.
Tenaga Medis Total orang
1 Dokter Umum
2 2 Perawat
2 3 Bidan
15 4 Gizi
2 5 Perawat
Gigi -
Sumber: Puskesmas Kentara 2015
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara peneliti mengenai kecukupan tenaga medis di Puskesmas Kentara mengemukan beberapa pernyataan yang
dikutip sebagai berikut:
Bagaimana dengan jumlah SDM untuk program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara ini menurut ibu?
“SDMnya, kalau dari segi pemberkasan sudah cukup, tapi kalau bagian
pengelolaan data itu yang kurang, karena harus mengerti IT itu.” RS – 1
“Kalau dari pihak puskesmas nya saya rasa masih kurang, karena sering sekali
kami kesulitan dalam sistem prosedural online nya...” RS – 2 “kalau SDM di bagian pengelolaan online saja ya saya rasa kurang…” RS – 3
Universitas Sumatera Utara
72
“Kalau saya rasa SDM disini sudah baik tetapi masih kurang didalam pengelolaan atau pun registrasi inline nya karena pada sistem BPJS-kesehatan
ini haruslah menggunakan sistem online semua...” RS – 4
Dari hasil wawancara diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa informan merasa masih kekurangan SDM dalam bidang pengelolaan BPJS di puskesmas
Kentara karena merasakan kesulitan langsung dalam penyelenggaraan kegiatan, khususnya dalam hal system online.
Universitas Sumatera Utara
73
d. karakteristik Agen Pelaksana
Kriteria karakteristik agen pelaksana program dilihat dari cara kerja para implementor dalam melakukan serangkain kegiatan prosedural dan sistem dalam
rangka pelaksanaan program agar berjalan dengan baik. Disini peneliti melihat keseriusan akan terselenggaranya program BPJS-Kesehatan di Puskesmas
Kentara dengan baik. Prosedural pelayanan yang dilakukan Puskesmas Kentara berdasarkan hasil
penelitian pada bagian administrasi program jaminan kesehatan di puskesmas Kentara akan peneliti jelaskan dalam poin-poin dibawah:
1. Pasien datang akan langsung diterima oleh petugas dan menanyakan
kepentingan dari pasien ke puskesmas. 2.
Setelah pasien mengatakan tujuannya untuk berobat, maka petugas akan mengarahkan pasien untuk mengambil nomor antrian serta melakukan
pengecekan berkas penjaminan pasien, apakah peserta tersebut merupakan peserta dengan jaminan kesehatan atau peserta umum. Jika berkas lengkap,
maka akan diarahkan langsung ke bagian administrasi Program BPJS Kesehatan yang khusus ada pada sisi kiri ruang pendaftaran.
3. Dan jika pasien harus dirujuk ke rumah sakit atau membutuhkan surat
rujukan maka pihak administrasi akan mengeluarkan surat rujukan dan diketahui oleh dokter dan kepala puskesmas sehingga surat rujukan
diberikan kepada pasien.
4. Pasien akan diarahkan menuju ruang poli ataupun ruang pelayanan medis
Universitas Sumatera Utara
74
yang dibutuhkan 5.
Setelah dipanggil nomor antrian berobatnya dan selesai mendapatkan pengobatan, pasien bisa langsung ke bagian ruangan obat Apotek
puskesmas. 6.
Jika obat sudah ditebus dan diberikan pengarahan mengenai pedoman meminum obat, pasien boleh langsung meninggalkan puskesmas.
e. Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana 1. Penyelenggara Program BPJS-Kesehatan di puskesmas Kentara
Penyelenggara Program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara, terdiri dari petugas pengelola BPJS yang bertugas untuk mengelola segala urusan tentang
terselenggaranya program BPJS kesehatan di wilayah kecamatan Laeparira. Puskesmas Kentara sebagai pelaksana program BPJS-kesehatan di wilayah
kecamatan ini pusatnya di puskesmas Kentara
2. Komunikasi Antar Lembaga
Implementasi program BPJS-Kesehata yang dasar pelayanan nya dilakukan di Puskesmas. Yang membutuhkan Komunikasi yang baik didalam
penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam consistency and uniformity dari
berbagai sumber informasi.
Disamping itu, koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam
Universitas Sumatera Utara
75
implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak- pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin
kecil, demikian sebaliknya. Koordinasi dan komunikasi yang dibentuk antara pihak Puskesmas
Kentara dan BPJS Kesehatan dapat terlihat dari kutipan wawancara dibawah:
Pertanyaan : Bagaimana komunikasi Puskesmas kepada pihak BPJS terkait dengan
Verifikasi berkas?
“kalau berhubunungan dengan verifikasi berkas BPJS kita serahkan kepada puhak verifikator nya supaya kita dapat mengirim berkas dan juga klaim yang
dibutuhkan untuk hal tersebut. RS – 1
…kita hanya berhubungan dengan tim pemberkasan, jadi kita dari tim
verifikasi…” RS – 2 “kita adakan lewat ibu waliah ya, dia verifikator BPJS dipuskesmas ini..” RS –
3
“kalau kita adakan verifikasi kita adakan dan lakukan melalui pihak verifikasi
kita yakni ibu Waliah itu sendiri …” RS – 4
Komunikasi yang dibentuk antara pelaksana program yaitu puskesmas Kentara dan BPJS jika ditarik kesimpulan dari kutipan pernyataan wawancara
diatas membuktikan bahwa koordinasi yang terjadi cukup terbangun, serta ketaatan kedua pelaksana terhadap peraturan juga sangat terlihat.
Universitas Sumatera Utara
76
3. Teknologi Informasi BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara
Aspek yang terkait komunikasi yang dibangun dalam program BPJS- Kesahatan adalah sistem teknologi informasi yang digunakan pada program
BPJS-Kesehatan di puskesmas Kentara sudah terjalin dengan baik. Namun ada terdapat kendala, Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jaringan telekomunikasi
yang sampai ke desa Kentara dan juga oleh faktor geografis desa Kentara. Sistem tersebut adalah SIM Sistem Informasi Manajemen BPJS, yang digunakan untuk
mengklaim obat, mengirim hasil diagnosa sementara pasien kepada pihak rumah sakit. Namun sejalan dengan hal tersebut ada masalah yang didapati pada saat
pelaksanaan program ini yakni seperti yang telah dikutip oleh peneliti sebagai berikut:
Permasalahan apa saja yang sering dihadapi dalam implementasi BPJS- Kesehatan yang berkaitan dengan tegnologi informasi bu?
“…masalah yang dihadapi itu sering sekali bermasalah sama yang sistem klaim nya ini, harus online kan jadi sering error udah gitu koneksi juga sangat
terbatas kan, akhirnya membutuhkan waktu ekstra, tapi walau begitu kami juga
tetap mengusahakan yang terbaik…” RS – 1
Dari hasil wawancara diatas, didapati bahwa sistem informasi teknologi mempengaruhi didalam pelayanan registrasi online seperti sering terjadi tidak bisa meng-
input data pada saat melakukan entry data pasien untuk pemberkasan klaim secara online. Hal ini mempengaruhi kinerja pengelolaan program BPJS-Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
77
puskesmas Kentara.yang menyebabkan terlambatnya pemberkasan klaim serta pengajuan klaim ke BPJS.
4. Sikap Para Pelaksana
Sikap para pelaksana dipengaruhi oleh cara pandang agen pelaksana terhadap suatu kebijakan dan cara melihat pengaruh kebijakan itu terhadap
kepentingan-kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan pribadinya. Untuk melihat sikap para pelaksana, peneliti melakukan wawancaran
mengenai pandangan mereka tentang program BPJS-kesehatan yang mereka lakukan di wilayah kerja puskesmas Kentara, dari sikap ini nanti akan
menggambarkan keadaan implementasi program BPJS kesehatan di Puskesmas Kentara.
Pertanyaan : Bagaimana pandangan ibu terhadap program BPJS Kesehatan ini?
“…sudah lebih maju program BPJS yang sekarang, kalau di banding dengan program sebelum nya program ini jauh lebih menguntungkan lah ya,
terutama menguntungkan pihak masyarakat kecil di desa ini..” RS – 1
…kalau menurut saya ya. udah ada kemajuan ya di banding yang
sebelumnya…” RS – 2
program BPJS kesehatan ini baik ya terutama dapat membantu masyarakat
kecil untuk memperoleh mendapatkan pelayanan kesehatan ...” RS – 3
… kalau menurut saya sendiri ya.. program BPJS kesehatan ini sangat lah
baik, akan tetapi terkadang kendala nya di system online nya ini...” RS – 4
Universitas Sumatera Utara
78
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa puskesmas Kenatara memiliki pandangan baik terhadap program BPJS Kesehatan ini. seperti hampir
semua informan memberikan respon positif terhadap program dan menganggap program ini baik . Hampir semua informan juga menyatakan program BPJS-
Kesehatan ini lebih baik dari pada program sebelumnya.
5. Lingkungan
Program JKN merupakan amanat undang-undang yang bersifat mandatory, dimana sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila yang menyatakan
bahwa “kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia”.Sejalan dengan hal tersebut, UU No. 01 tahun 2015 tersebut memberikan amanat kepada negara untuk
membuat sebuah sistem kesehatan yang menjamin seluruh masyarakat Indonesia. Berikut kutipan hasil wawancara dari paparan informan terkait dukungan
eksternal terhadap program BPJS-Kesehatan :
Pertanyaan : Sejauh mana pengaruh lingkungan dalam pelaksanaan program JKN?
“pemerintah disini ya sangat mendukung terhadap program layanan kesehatan
kepada seluruh masyarakat …” RS – 1
“…kalau saya rasa, kalau dilihat-lihat dari masyarakat respon mereka baik
terhadap program ini…” RS – 2
“baik, respon masyarakat saya rasa sangat baik terhadap adanya program
pemerintah ini RS – 3
Universitas Sumatera Utara
79
“masyarakat merespon baik, terhadap program ini dan mereka berharap
program ini akan selalu ada dan ada..” RS – 4
Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa informan menyatakan dukungan dari masyarakat terhadap program sangat baik. Selain itu
peneliti juga akan mengaitkan, terselenggaranya program BPJS-Kesehatan yang baik di Puskesmas Kentara inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung
penyelenggaraan program BPJS-Kesehatan yang baik di Puskesmas Kentara dapat berjalan dan dikelola dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
80
f. Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Puskesmas Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan BPJS-Kesehatan
Ada 6 aspek yang harus diperhatikan pada implementasi program BPJS- Kesehatan agar terselenggaranya prestasi kinerja terhadap pelayanan yang prima
dan sesuai sasaran. Keenam aspek itu adalah: 1.
Aspek RegulasiPeraturan Perundangan 2.
Aspek Kepesertaan 3.
Aspek Keuangan 4.
Aspek Pelayanan Kesehatan 5.
Aspek Manfaat dan Iuran 6.
Aspek Kelembagaan dan Organisasi. Berikut paparan untuk setiap aspek dari sudut pandang pelayanan di Puskesmas
Kentara :
1. Aspek RegulasiPeraturan Perundangan
Penyelenggaraan jaminan sosial, termasuk di dalamnya jaminan kesehatan, harus didasarkan suatu Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya karena
merupakan kebijakan top-down dan penyelenggaraan program BPJS-kesehatan di Puskesmas Kentara sudah sesuai dengan aturan yang diundangkan oleh
Pemerintah Pusat. Dasar peraturan perundang-undangan tersebut diperlukan sebagai dasar hukum dipenuhinya hak dan kewajiban publik, yaitu dalam
pemberiaan manfaat benefit kepada publik yang menjadi peserta. Penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia secara konstitusional diatur
dalam Pasal 28 H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Universitas Sumatera Utara
81
Indonesia Tahun 1945. Kemudian implementasinya didasarkan pada dua undang- undang yaitu a Undang-Undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional UU SJSN, dan b Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS. Undang- Undang No
402004 mengatur programnya, yang secara berkala dapat direvisi untuk memperbaiki atau menambah program, seperti halnya Pemerintah memiliki UU
Rencana Pembangunan Jangka MenengahPanjang. Sedangkan UU 242011 mengatur badan penyelenggaranya yang bertugas melaksanakan program-
program yang telah diatur dalam UU SJSN, sebagaimana pengaturan Pemerintahan yang harus menjalankan program-program yang telah dirumuskan
dalam UU RPJP. Agar jaminan sosial, khususnya jaminan kesehatan, dapat diselenggarakan
sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam dua Undang-Undang tersebut, maka perlu disusun peraturan pelaksanaanya.
Peraturan pelaksanaan
Peraturan Pemerintah dan Praturan Presiden
menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan pekerja, pemberi kerja, Pemerintah, BPJS, fasilitas kesehatan, dan lain-lain guna mengetahui hak dan
kewajibannya. Peraturan pelaksanaan juga merupakan acuan di dalam melakukan evaluasi pencapaian dan kualitas pencapaian jaminan sosial dalam hal ini jaminan
kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu diuraikan peraturan yang perlu segera disusun agar jaminan kesehatan dapat diselenggarakan sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Universitas Sumatera Utara
82
Penyelenggaraan program JKN dilaksanakan berdasarkan peraturan- peraturan yang dibuat oleh pemerintah, berikut peraturan- peraturan pelaksana
yang dibuat oleh pemerintah pusat sebagai acuan pelaksanaan di lapangan: 1.
Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. 2.
Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional Kementerian
Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi
Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial. 4.
Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.
5. Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. 6.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.
Universitas Sumatera Utara
83
2. Aspek Kepesertaan
Kepesertaan Program JKN puskesmas Kentara terdiri dari peserta mandiri atau menurut undang-undang adalah peserta Non-PBI bukan penerima bantuan
iuran dan peserta PBI penerima bantuan iuran. Kota Tangerang Selatan yang memiliki jumlah penduduk kurang lebih
17.290 jiwa BPS kabupaten Dairi 2014 dimana pada tahun 2019 seluruhnya sudah harus menjadi peserta program JKN.
Pada masa-masa awal ini kepesertaan JKN akan didominasi oleh peserta jaminan yang ditetapkan pemerintah sebagai sasaran pada awal-awal implementasi
program. Untuk target kepesertaan lihat tabel 5.3.
Tabel 1.7. Target Peserta Jaminan Kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan Target 2015
Target 2019
Seluruh peserta jaminan kesehatan Seluruh penduduk yang pada
yang berasal dari Askes Sosial tahun 2019
diperkirakan sebanyak
atau PNS,
Jamkesmas, JPK
257,5 juta jiwa sudah dicakup Jamsostek, TNIPOLRI dan menjadi peserta jaminan
sebagian PJKMU yang berjumlah kesehatan yang dikelola oleh
sekitar 121,6 juta jiwa sudah BPJS Kesehatan.
dikelola oleh BPJS Kesehatan mulai tahun 2014.
Sumber: Roadmap JKN 2012-2019
Universitas Sumatera Utara
84
3. Aspek Keuangan
Untuk aspek keuangan, Puskesmas Kentara yang merupakan SKPD dari Pemerintah kabupaten Dairi akan bertanggung jawab langsung kepada Bupati
kabupaten Dairi. Untuk pembiayaan kesehatan di puskesmas ini, adalah puskesmas mendapatkan anggaran tahunan yang memang dialokasikan untuk
pelayanan kesehatan dipuskesmas Kentara tersebut. Ditambah lagi, saat ini Pemerintah kabupaten Dairi yang fokus terhadap
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang semakin baik, terbukti dengan pemerintah kabupaten Dairi juga mengalokasikan dana khusus untuk alat
kesehatan dan obat-obatan. Sehingga tidak akan merasakan kesulitan tersebut secara langsung karena tetap masalah finansial mereka didukung oleh Pemerintah
kabupaten Dairi.
4. Aspek Pelayanan Kesehatan
Pelayanan Kesehatan pada penyelenggaraan program JKN terlihat dari fasilitas kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah maupun yang bekerjasama
dengan BPJS sangat bervariasi. Ada yang hanya menggunakan fasilitas kesehatan publik saja, ada yang lebih banyak menggunakan fasilitas kesehatan swasta dan
ada yang kombinasi menggunakan fasilitas kesehatan publik dan swasta. Puskesmas Kentara adalah salah satu contoh fasilitas kesehatan publik milik
pemerintah yang secara tidak langsung memang harus menjadi provider yang bekerjasama dengan BPJS sesuai dengan peraturan yang menetapkan hal tersebut.
Universitas Sumatera Utara
85
Pelayanan Kesehatan yang diberikan pada penyelenggaraan di Puskesmas Kentara adalah untuk kateogori pelayanan pada tingkat dasar sebelum pada
akhirnya ditindak lanjuti di tingkat berikutnya yakni Rumah sakit Untuk pelayanan yang tidak tertangani di Puskesmas Kentara, akan
dilakukan sistem rujukan kepada fasilitas kesehatan lanjutan lainnya yang mampu menangani kasus tersebut missalnya adalah RSUD Sidikalang, Sehingga tidak ada
pasien yang menjadi peserta BPJS-Kesehatan yang tidak mendapatkan pelayanan BPJS-Kesehatan, asalkan telah sesuai dengan peraturan serta prosedur
pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah dan rumah sakit sebagai provider kesehatan.
5. Aspek anfaat dan Iuran
Berdasarkan UU No. 40 tahun 2014, manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Untuk manfaat JKN di rumah sakit adalah berupa
pelayanan rawat inap dan rawat jalan, untuk rawat inap terdapat klasifikasi ruang perawatan yang ditentukan berdasarkan besaran premi yang dibayarkan.
Berdasarkan paparan informan, pelayanan pengobatan yang diberikan adalah seluruh pelayanan medis di puskesmas Kentara tanpa dibeda-bedakan
pelayanannya asalkan memenuhi persyaratan serta sesuai kebutuhan akan pengobatan pasien, bukan untuk alasan permintaan pasien ataupun hal lainya.
Untuk pelayanan lebih lanjut akan disesuaikan dengan jenis premi yang dipilih
Universitas Sumatera Utara
86
dan dibayarkan oleh peserta BPJS dan dirujuk ke RSUD Sidikalang. Selanjutnya untuk aspek iuran program JKN, premi yang diterapkan untuk peserta di wilayah
kabupaten Dairi adalah sesuai dengan peraturan yang dibuat pemerintah mengikuti sesuai kelas rawat yaitu sebagai berikut:
a. Sebesar Rp 25.500,- dua puluh lima ribu lima ratus rupiah per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III. b.
Sebesar Rp 42.500 empat puluh dua ribu lima ratus rupiah per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp 59.500 empat puluh dua ribu lima ratus rupiah per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I. Dari hasil wawancara mengenai pendapat para informan di puskesmas
kentara mengenai besaran iuran dengan pelayanan yang diberikan, seluruh informan selaku pelaksana di Puskesmas sudah melaksanakan sesuai aturannya
yaitu mengikuti peraturan pemerintah mengenai pelayanan pada setiap besaran iuran yang dibayarkan oleh peserta atau yang dibayarkan oleh pemerintah.
Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sudah sesuainya penetapan pelayanan rawat inap di rumah sakit atau pada tingkat lanjutan untuk setiap kelas sesuai
dengan besaran premi yang dibayarkan oleh peserta. Untuk pelayanan medis rawat jalan, semua pengguna program akan mendapatkan hak yang serupa tanpa
perbedaan jenis layanan yang diperoleh, semua akan dilayani jika memang merupakan indikasi penyakit yang ditegakkan oleh dokter.
Universitas Sumatera Utara
87
6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi
Kelembagaan programBPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara terdiri dari BPJS Kesehatan dan puskesmas sebagai provider dasar pelayanan kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pada penyelenggaraanya BPJS Kesehatan mempunyai verifikator di puskesmas Kentara yang bertugas
melakukan verifikasi berkas sebelum diajukan kepada Kantor BPJS Kesehatan. Penyelenggaraan program JKN di wilayah kecamataj Laeparira ini berjalan
dengan baik, Selain itu juga komunikasi antar lembaga yang terbangun melalui sistem yang ada berupa penggunaan sistem pelaporan yang terintegrasi dengan
teknologi informasi
Universitas Sumatera Utara
88
BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Pembahasan Implementasi BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan dokumen yang didukung oleh hasil observasi tentang Implementasi Program BPJS-Kesehatan di
Kecamatan Laeparira yang telah dilakukan, peneliti. Maka dapat diberikan gambaran bagaimana pelaksanaan Program BPJS-Kesehatan di Kecamatan
Laeparira berdasarkan 6 faktor yang mempengaruhi Implementasi dari teori Van Meter dan Van Horn.
B. Pembahasan Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Ukuran dan tujuan kebijakan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implmentasi BPJS-Kesehatan, khususnya pada Puskesmas Kentara.
Implementasi akan menjadi efektif apabila ukuran dan tujuan dari kebijakan memang sesuai dengan kondisi sosial budaya yang ada ditengah tengah
masyarakat. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.
Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal frustated ketika para pelaksana implementors, tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan
tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan erat dengan disposisi para pelaksana implementors.
Universitas Sumatera Utara
89
1.Peraturan Pelaksana Program BPJS-Kesehatan.
Menurut Van Meter dan Van Horn, tahap awal yang paling penting dalam melakukan analisis implementasi kebijakan adalah identifikasi indikator-indikator
kinerja yang ingin dicapai. Dalam penyelenggaraan program BPJS Kesehatan di Indonesia pemerintah dalam hal ini Pemerintahan Pusat sudah mengeluarkan
beberapa regulasi dalam penyelenggaraan program BPJS Kesehatan yang merupakan ujung tombak pelaksanaan di lapangan dan mampu memberikan
payung hukum terhadap penyelenggaraan program di tengah-tengah masyarakat. Untuk menjalankan program BPJS Kesehatan pada setiap aspek peraturan
harus saling mendukung, sampai saat ini pelaksanaan program BPJS Kesehatan di lapangan belum mengalami masalah berarti dari segi peraturan pelaksana.
Menurut Van Meter dan Van Horn, Van Meter dan Van Horn ada beberapa hal yang menyebabkan tidak berjalan dengan baiknya peraturan yang dibuat oleh
pemerintah, yaitu : pertama disebabkan oleh bidang program yang terlalu luas dan sifat tujuan yang kompleks. Kedua, akibat dari ketidakjelasan dan kontradiksi
dalam pernyataan ukuran-ukuran peraturan dasar dan tujuan tujuan. Kadangkala ketidak-jelasan dalam ukuran- ukuran peraturan oleh pembuat keputusan dapat
mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan tujuan yang telah dibentuk di dalam sebuah tujuan program.
Dari kedua hal diatas, menurut peneliti peraturan pelaksana untuk BPJS- Kesehatan di lapangan sudah baik, sudah dipahami secara baik oleh setiap
implementors pelaksana, hal ini terlihat dari pernyataan para informan serta
Universitas Sumatera Utara
90
dapat dilihatnya terselenggaranya program dari tatanan pelaksanaan teknis di rumah sakit, hanya saja untuk keputusan maupun peraturan yang terkait
pelaksanaan teknis harus terus dikembangkan agar program semakin baik pelaksanaannya.
Menurut peneliti, kepahaman terhadap konteks peraturan sebuah kebijakan menjadi sangat penting untuk terselenggaranya program. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan William Savedoff 2008 dalam bukunya bahwa “partisipasi para pemegang kekuasaan dalam memberikan pengaruh berupa
informasi dan hubungan kerja harus sesuai dengan sistem regulasi”. Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa partisipasi para pelaksana kepala
puskesmas harus memperkuat dengan pengambilan keputusan yang mendukung terselenggaranya sistem Jaminan Kesehatan diwilayah kerja nya Mandatory
Health Insurance. Sehingga peneliti dapat menarik benang merah bahwa terselenggaranya
sebuah program dengan baik adalah hasil dari komitmen serta kepahaman para pelaksana terhadap peraturankebijakan yang ada serta mampu membuat
kebijakan- kebijakan lokal untuk memperkuat penyelenggaraan program JKN di daerah terutama dalam konteks ini yakni implementasi program BPJS-Kesehatan
di wilayah kecamatan Laeparira.
Universitas Sumatera Utara
91
2. Sasaran Program BPJS Kesehatan
Kepesertaan program BPJS Kesehatan menurut Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 pasal 6 adalah bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga
mencakup seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2019. Tahap pertama dimulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan.
b. Anggota TNIPegawai Negeri Sipildilingkungan Kementerian Pertahanan
dan anggota keluarganya. c.
Anggota PolriPegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan anggota keluarganya.
d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero Persero Asuransi
Kesehatan Indonesia ASKES dan anggota keluarganya. e.
Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero Persero Jaminan Sosial Tenaga Kerja JAMSOSTEK dan anggota keluarganya.
f. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta
BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019. Berdasarkan paparan informan pada bab sebelumnya, pada dasarnya
semua sudah mengetahui sasaran program JKN adalah seluruh masyarakat Indonesia, dan para informan paham bahawa yang menjadi peserta wajib pada
masa-masa awal ini adalah sesuai dengan yang tertera pada Perpres No. 122013 pasal 6, hal ini selaras dengan teori Van Meter dan Van Horn 1975 yang
Universitas Sumatera Utara
92
menyatakan bahwa kepahaman pelaksana terhadap standar dan tujuan program sangat menentukan keberhasilan proses impelementasi suatu program.
Selain itu, menurut William Savedoff 2008 menyatakan pengawasan dan peraturan merupakan dimensi dari pemerintah yang dapat menjamin peforma
pelaksanaan jaminan kesehatan yang mandatory. Berkaitan erat dengan JKN yang merupakan program jaminan kesehatan yang top-down maka, setiap pelaksana
dituntut untuk dapat paham akan peratura serta terus dilakukannya pengawasan oleh pemerintah.
Oleh karena itu menurut peneliti, untuk sasaran kepesertaan pada program BPJS Kesehatan ini sudah dipahami secara baik oleh pihak
puskesmas.Selanjutnya untuk permasalahan peserta program BPJS Kesehatan yang masih sering tidak bisa dilayani karena masih terdapat kelemahan dalam
sistem ataupun human-error diharapkan BPJS Kesehatan agar meng-update data kepesertaan kepada rumah sakit setiap 1 bulan sekali, sehingga kasus kepesertaan
yang tidak ada di dalam sistem dapat teratasi, update-an tersebut dapat didukung berupa print out cetakan data kepesertaan setiap bulannya yang dikirimkan
kepada setiap provider di wilayah kerja BPJS Kesehatan masing-masing daerah, jadi ketika ada permasalahan semacam ini akan mudah udah dilakukan
pegecekan secara manual.
3. Pembahasan Sumber Daya Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila
Universitas Sumatera Utara
93
kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.
Puskesmas Kentara sebagai puskesmas induk yang berada diarea kecamatan Laeparira sudah memiliki peralatan yang cukup lengkap dan
termanfaatkan secara baik dan benar, dan sudah sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan Menteri Kesehatan. Hanya saja, untuk beberapa pelayanan lanjutan
yang biasanya hanya dimiliki oleh rumah sakit-rumah sakit umum daerah dan rumah sakit provinsi atau tahapan rumah sakit lanjutanya dengan mekanisme
rujukan. Pasien akan dirujuk ke rumah sakit umum daerah yang juga bekerjasama dengan BPJS.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 pada pasal 15 ayat 5 yang menyatakan bahwa tata cara rujukan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. Pada peraturan perudang- undangan yang mengatur hal tersebut, rujukan hanya dilakukan jika memang di
wilayah tersebut tidak dapat melayani sesuai kebutuhan kesehatan pasien, maka dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang memiliki pelayanan
yang lebih menunjang.
4.Pembahasan Karakteristik Organisasi Pelaksana
Menurut Van Meter dan Van Horn, dalam pengimplementasian suatu program, karakter dari para pelaksana kebijakan atau program harus
berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta taat pada sanksi hukum yang berlaku. Kinerja implementasi program JKN akan sangat banyak dipengaruhi oleh
Universitas Sumatera Utara
94
ciri-cirikarakteristik yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya Hill Hupe, 2002 Selain berkaitan karakteristik secara teknis, karakteristik menurut
Van Meter dan Van Horn harus ada kesesuaian antara kompetensi pelaksana
dengan posisi yang ditempatkan.
Untuk aspek ini peneliti tidak melakukan wawancara mendalam terkait kompetensi setiap pelaku karena tidak adanya indikator yang sesuai jika dilakukan
wawancara. Sehingga peneliti melakukan studi terhadap kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pelaksana. Dari hasil analisa peneliti untuk setiap jabatan
strategis diduduki oleh orang-orang yang telah lama bekerja di puskesmas Kentara dan memiliki kemampuan di bidang yang sesuai dengan posisi saat ini.
Peneliti melihat bahwa penempatan orang pada posisi posisi strategis tersebut juga membuktikan komitmen agen pelaksanan dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu bagi seluruh kalangan masyarakat.
5. Pembahasan Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana
Berdasarkan hasil
penelitian pada
bab sebelumnya,
penyelenggara program BPJS Kesehatan di puskesmas Kentara Kecamatan Laeparira terdiri dari BPJS selaku Penyelenggara BPJS Kesehatan dan puskesmas
kentara kecamatan Laeparira sebagai provider penyedia jasapenyelenggara pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang telah bekerjasama dengan lembaga
kesehatan lainya seperti RSUD dan Provinsi.
Universitas Sumatera Utara
95
Menurut Goggins 1990 dalam Hill dan Hupe 2002 menyatakan komunikasi menjadi sangat penting bagi pelaksana sebuah kebijakan karena dari
komunikasi permasalahan seperti kolaborasi dari setiap pelaksana terjadi. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 pasal 2 ayati 1
dan 3 menyatakan, Penyelenggara Pelayanan Kesehatan meliputi semua fasilitas yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan seperti Klinik Utama, Rumah Sakit
Umum, dan Rumah Sakit Khusus. Hal tersebut dikuatkan kembali dengan adanya Peraturan Presiden No. 12
tahun 2013 pasal 36 ayat 2 menyatakan, Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, dengan demikian Puskesmas Kentara yang merupakan SKPD Pemerintah kabupaten Dairi wajib menjadi penyediaan pelayanan kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS.
6. Pembahasan Komunikasi Antar Lembaga
Menurut Van Meter dan Van Horn komunikasi antar lembaga merupakan salah satu penentu keberhasilan proses penyelenggaraan implementasi kebijakan.
Untuk mempermudah penyelenggaraan program, di puskesmas Kentara ditempatkan Verifikator BPJS Kesehatan untuk mempermudah dalam melakukan
verifikasi berkas dalam proses pemberkasan klaim BPJS, hal ini memberikan tanda bahwa koordinasi antar lembaga ini tidak boleh putus ataupun tidak jelas.
Dengan adanya pihak BPJS Puskesmas Kentara mempermudah komunikasi antara
Universitas Sumatera Utara
96
pukesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat pertama dan pihak BPJS kesehatan itu sendiri.
Komunikasi yang utama yang terbentuk dari sistem pada program JKN ini sendiri salah satunya adalah pelaporan, pelaporan menjadi sangat penting terhadap
pihak Puskesmas, Rumah Sakit dan BPJS Kesehatan untuk membangun komunikasi yang baik. Selain itu saat ini posisi verifikator BPJS Kesehatan yang
ditempatkan di puskesmas Kentara mempermudah pihak Puskesmas, rumah sakit dan BPJS Kesehatan untuk saling bertukar informasi terkait penyelenggaraan
program. Sehingga dengan demikian koordinasi yang intensif dapat terbentuk secara baik walau mendapati beberapa kendala terutama terkait dengan akses
internet namun, walapun demikian program ini tetap berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.
7. Pembahasan Teknologi Informasi Puskesmas Kentara dalam pengelolaan BPJS Kesehatan
Teknologi Informasi TI merupakan bidang pengelolaan teknologi dan mencakup berbagai bidang, seperti proses, perangkat lunak komputer, sistem
informasi, perangkat keras komputer, bahasa program, dan data konstruksi. Berdasarkan Roadmap JKN tahun 2012, sebelum BPJS lahir PT Askes telah
mengembangkan sumber daya TI dengan sangat baik, beberapa inovasi telah dilakukan diantaranya adalah dikembangkannya platform Asterix Bridging
System yang mampu memangkas birokrasi pembayaran klaim dari 2 minggu
Universitas Sumatera Utara
97
menjadi 5 menit. Namun demikian, dengan peningkatan jumlah peserta dari sekitar 16,5 juta jiwa menjadi sekitar 237 juta jiwa nanti pada tahun 2019 maka
diperlukan pengembangan menyeluruh sumber daya TI. Kajian yang mendalam terhadap sumber daya TI yang ada saat ini dan analisa kebutuhan di masa yang
akan datang mutlak diperlukan. Secara pelaksanaannya dilapangan, untuk program JKN di puskesmas
memiliki satu induk sistem informasi yang berada pada BPJS, sehingga mekanismenya tepat untuk BPJS melakukan pengembangan sistem tersebut. Pada
Roadmap JKN 2012 dituliskan bahwa pengembangan TI JKN oleh BPJS Kesehatan harus sesuai dengan 7 aspek yaitu:
a. Relevansi relevancy
b. Keakuratan accuracy yang memiliki faktor:
kelengkapan completeness, kebenaran correctness, dan keamanan security
c. Ketepatan waktu timeliness
d. Ekonomi economy yang memiliki faktor : sumber daya resources dan
biaya cost
e. Efisiensi eficiency
f. Dapat dipercaya reliability
g. Kegunaan usability
Jika dilihat pada pelaksanaanya di Puskesmas Kentara yang pada kenyataannya memiliki kendala dalam pengoperasionalan aplikasi yang terkadang
Universitas Sumatera Utara
98
sering tidak mampu dioperasikan dan jaringan internet yang tidakstabil di daerah puskesmas kentara kecamatan Laeparira sehingga sering menjadi kendala
didalam klaim berkas BPJS kesehatan. Dalam hal ini peneliti memandang bahwa BPJS sudah seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap aspek ketepatan
waktu dan efisiensi pelaksanaan program dan fasilitas yang memadai terutama di daerah sehingga program dapat berjalan dengan lancar. Hal ini menjadi bahan
pertimbangan bagi Pemerintah Pusat Kementerian Kesehatan dan BPJS agar mampu meningkatan kualitas teknologinya dalam pelayanan pada program JKN,
seperti yang juga termuat pada Peraturan Presiden No. 71 tahun 2013 pasal 43 yang menyatakan untuk menjaga mutu dan biaya program JKN harus
dilakukannya Penilaian Teknologi Kesehatan Health Technology Assessment
8.Pembahasan Sikap Para Pelaksana
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian bagian isi dari
kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi
akan mengalami banyak masalah dalam disposisi. Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan hambatan yang nyata terhadap implementasi
kebijakan. Secara umum petugas yang melaksanakan program JKN baik dari sisi
medis maupun non-medis harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin karena merupakan kebijakan top-down dimana kebijakan atau program ini lahirnya dari
Universitas Sumatera Utara
99
pemerintah pusat untuk seluruh Indonesia Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, sikap penerimaan terlihat dari pendapat para informan mengenai
program yang baru ini, hal ini merupakan salah satu hal positif program dapat berjalan secara berkelanjutan. Pada posisi yang menjadi informan merupakan
ujung tombak implementasi program, mereka mengetahui secara jelas tugas dan fungsi jabatannya.
Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn, sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang
mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil
keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan
9.Pembahasan Lingkungan
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van
Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja imlementasi kebijakan. Karena itu,
Universitas Sumatera Utara
100
upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan external.
Jika ditarik dari pernyataan diatas, pada penyelenggaraan program JKN di Puskesmas kentara kecamatan Laeparira, lingkungan yang sangat kondusif dan
tepat untuk pelaksanaan program dan kebutuhan masyarakat dan pelaksanaan JKN tidak terlepas dari kinerja pemerintah daerah, dukungan dari pemerintah
daerah juga menjadi aspek penentu terselenggaranya program JKN. Oleh sebab itu, pelaksanaan yang mendapat dukungan positif dari pemerintah daerah dan
masyarakat menjadi sangat penting, bukan hanya menjadi tanggung jawab implementors pelaksana dalam penyelenggaraan program. Namun juga harus
terlibatnya masyarakat dan birokrasi daerah dengan perangkat-perangkatnya. Van Meter dan Van Horn juga mengajukan hipotesis bahwa lingkungan
ekonomi sosial dan politik dari yuridiksi atau organisasi pelaksana akan mempengaruhi karakter badan badan pelaksana, kecenderungan para pelaksana
dan pencapaian itu sendiri .kondisi lingkungan dapat mempunyai pengaruh yang penting pada keinginan dan kemampuan yuridiski atau organisasi dalam
mendukung struktur-struktur, vitalitas dan keahlian yang ada dalam badan badan administrasi maupun tingkat dukungan politik yang dimilki. Kondisi lingkungan
juga akan berpengaruh pada kecenderungan kecenderungan para pelaksana. Jika masalah masalah yang dapat diselesaikan oleh suatu program begitu berat dan
para warga negara swasta serta kelompok kepentingan dimobilsir untuk mendukung suatu program maka besar kemungkinan para pelaksana menolak
program tersebut.
Universitas Sumatera Utara
101
Lebih lanjut Van Meter dan Van Hon menyatakan bahwa kondisi kondisi lingkungan mungkin menyebapkan para pelaksana suatu kebijakan tanpa
mengubah pilihan pilihan pribadi mereka tentang kebijakan itu. Akhirnya, faktor- faktor lingkungan ini dipandang mempunyai pengaruh langsung pada pemberian
pemberian pelayanan publik. Kondisi kondisi lingkungan mungkin memperbesar atau membatasi pencapaian, sekalipun kecenderungan kecenderungan para
pelaksana dan kekuatan kekuatan lain dalam model ini juga mempunyai pengaruh terhadap implementasi program.
C. Pembahasan Implementasi Kebijakan BPJS Kesehatan 1. Pembahasan Aspek RegulasiPeraturan Perundangan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya pada pelaksanaan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara, peraturan-peraturan yang ada sudah
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Penyelenggaraan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara regulasi sudah dapat menjadi pengangan rumah
sakit untuk melakukan serangkaian pembuatan standar-standar yang mengikuti kultur rumah sakit.
Aspek Regulasi yang sudah terpenuhi antara lain adalah peraturan mengenai pelaksanaan JKN, sistem pelaporan Puskesmas ke BPJS, sistem pembayaran dan
penagihan klaim, dll. Sehingga peneliti melihat bahwa peraturan yang ada sudah mumpuni untuk menjalankan program secara baik dan menjadi pegangan dalam
penyelenggaraan di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
102
2. Pembahasan Aspek Kepesertaan
Kepesertaan BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara pada pelaksanaannya mendapatkan respon yang baik, terlihat dari meningkatnya jumlah pasien yang
berobat di puskesmas Kentaradengan program tersebut. Target kepesertaan semesta yang ditargetkan oleh Pemerintah melalui BPJS Kesehatan akan tercapai
dengan konsistensi kepesertaan saat ini. Hanya saja diharapkan kedepannya penguatan sistem informasi kepesertaan yang lebih baik.
3. Aspek Keuangan
Jika berkaca kepada pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia, banyak rumah sakit swasta maupun pemerintah yang merasa rugi dalam penyelenggaraan
program BPJS Kesehatan karena sering terjadi selisih biaya operasional dengan paket yang ditentukan oleh pemerintah, sebagian besar merupakan rumah sakit
swasta ataupun rumah sakit pemerintah yang sudah menjadi Badan Layanan Umum Daerah.
Pada kondisinya saat ini, puskemas Kentara Kecamatan Laeparira yang merupakan SKPD Pemerintahan sendiri mendapatkan dana alokasi tahunan yang
telah dianggarkan pemerintah kabupaten Dairi. Peneliti melihat hal ini mampu menjadi kekuatan sekaligus kelemahan
penyelenggaraan program BPJS Kesehatan, jika dilihat keberlangsungan program BPJS Kesehatan, sebaiknya Puskesmas mampu menjadi BLUD sendiri yang akan
mampu mengelola keuangan instansinya tanpa campur tangan pemerintah kabupaten dalam proses internalnya. Alasannya, jika nanti pergantian pemimpin
Universitas Sumatera Utara
103
daerah maka bisa saja beberapa program lama tidak akan sesuai dengan program yang baru dari pemerintahan yang baru, yang nantinya akan berefek pada
penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit. Hal ini berlandaskan kepada Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dimana pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan
untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Saran peneliti agar rumah sakit mampu menjadi
BLUD dan mengelola aspek keuangannya secara mandiri dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah dari segi operasional pelayanan.
4.Aspek Pelayanan Kesehatan
Aspek pelayanan kesehatan yang terselenggara di Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira sudah sesuai dengan peraturan yang mengatur serta
memenuhi standar kebutuhan dasar pelayanan terhadap pasien dan rumah sakitpun mampu menyelenggarakan pelayanan yang tidak ada dengan sistem
rujukan ke rumah sakit rekanan. Dimana yang termasuk dalam hal tersebut adalah Pelayanan Medik Umum, Pelayanan rujukan Gawat Darurat, Pelayanan rujukan
Medik Spesialis Dasar, Pelayanan rujukan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik rujukan Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan
Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.
5. Aspek Manfaat dan Iuran
Universitas Sumatera Utara
104
Manfaat yang diperoleh peserta program BPJS Kesehatan sudah sesuai dengan iuran yang mereka bayarkan, pada aspek pelayanan di Puskesmas tidak
akan banyak terdapat permasalahan berarti terhadap manfaat dan iuran. Hanya saja pemerintah perlu melakukan kajian- kajian yang lebih baik mengenai iuran
serta manfaat karena memang pada pelaksanaannya dilapangan, terutama kepada masyrakat yang terkadang hanya membayarkan iuran beberapa bulan saja,
selebihnya mereka memilih untuk tidak melunasi nya karena beberapa faktor.
6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi
Pada aspek kelembagaan di Puskesmas, puskesmas sudah menjalankan fungsinya sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan tingkat pertama, dan BPJS
juga sudah menjalankan tugasnya sebagai penyelanggara program JKN. Serta pemerintah sebagai penengah dalam pelaksanaannya. Pemerintah Kementerian
Kesehatan dan Dinas Kesehatan merupakan wasit dalam penyelenggaraan JKN agar terlaksana dengan baik. Saran yang peneliti berikan untuk BPJS sebaiknya
melakukan peningkatan untuk sistem informasi teknologi, karena aspek kelembagaan dan komunikasi yang dibangun pada program ini bertumpu pada
sistem informasi teknologinya.
Universitas Sumatera Utara
105
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Implementasi Program JKN di Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira sudah berlangsung dari awal tahun 2014 dimana program baru diluncurkan
oleh Pemerintah Pusat serentak di seluruh Indonesia dan hingga saat ini penyelenggaraan Program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara sudah berjalan
sesuai dengan peraturan serta pedoman pelaksanaanya. Terlihat dari adanya komitmen atau kebijakan Puskesmas Kentara, alur pelayanan yang sudah
mengikuti prosedur, hingga peraturan pelaksana yang dibentuk untuk mendukung penyelenggaraan program. Selain itu SDM pelaksana di Puskesmas Kentara
kecamatan laeparira yang sudah cukup memadai, didukung oleh sumber pendanaan dari klaim BPJS Kesehatan, serta sarana dan prasarana yang sudah
baik. Didukung juga dengan karakteristik puskesmas yang membuat peraturan
pelaksana yang sesuai dengan aturan yang dibuat oleh para implementasi program pelayanan kesehatan di Puskesmas Kentara kecamatan laeparira. Serta
sikap penerimaan dari pelaksana program juga sangat terlihat. Lingkungan sosial, politik, dan ekonomi yang juga mendukung terselenggaranya program BPJS-
Kesehatan. Tidak dipungkiri dalam penyelenggaraan program BPJS-Kesehatan di
Puskesmas Kentara kecamatan laeparira terdapat beberapa kendala, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
106
1. Jumlah faslitas pelayanan kesehatan yang kurang mencukupi dan
persebarannya kurang merata khususnya bagi Daerah Pedesaan dengan tingkat utilisasi yang rendah akibat kondisi geografis dan tidak memadainya
fasilitas kesehatan pada daerah tersebut 2.
Keterlambatan Pencairan Klaim yang terlambat dikarenakan banyaknya tahapan tahapan administratif dalam hal pemberkasan klaim oleh puskesmas
kepada BPJS sehingga kadangkala harus membutuhkan waktu Untuk pekerja sektor informal nantinya akan mengalami kesulitan dalam penarikan iurannya
setiap bulan karena pada sektor tersebut belum ada badan atau lembaga yang menaungi sehingga akan memyulitkan dalam penarikan iuran di sektor
tersebut 3.
Permasalahan akan timbul pada penerima PBI karena data banyak yang tidak sesuai antara pemerintah pusat dan daerah sehingga data penduduk tidak
mampu tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. 4.
Teknologi Informasi JKN yang masih sering mengalami gangguan sehingga memperlambat proses pemberkasan klaim, pelayanan pendaftaran, dan
pembuatan surat eligibilitas peserta JKN. 5.
Masih kurangnya SDM Pelaksana pada tatanan non-medis untuk hal administrasi dan pemberkasan program JKN.
B. Saran
Adapun saran yang dapat peneliti berikan terkait penyelenggaraan Program BPJS Kesehatan, yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
107
1. Puskesmas Kentara
Seiring dengan pengembangan program kedepannya yang memiliki cakupan sasaran yang semakin meningkat diharapkan untuk mampu melakukan
perhitungan terhadap kebutuhan jumlah SDM yang ada saat ini untuk memproyeksikan kebutuhan SDM dimasa yang akan datang khususnya untuk
bidang non-medis. 1.
Terkait verifikator online pengiriman klain dan pencairan klaim ke BPJS- Kesehatan Tegnologi Informasi
2. Terkait perbedaan nilai tarif pelayanan terhadap masyarakat yang
menggunakan kartu BPJS-Kesehatan peneliti menyarankan agar lebih membangun sistem manajemen di Puskesmas secara berkesinambungan untuk
penyesuaian tarif mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
1. Agar dilakukannya peninjauan secara berkala terhadap kesesuaian biaya riil
rumah sakit untuk setiap regional agar seimbang dan tidak merugikan pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan.
2. Agar melakukan peninjauan secara berkala pelaksanaan teknologi informasi
dan melakukan penilaian teknologi kesehatan pada setiap rumah sakit secara berkal
Universitas Sumatera Utara
108
3. Pemerintah Kabupaten Dairi
1. Agar mempertimbangkan pelayanan yang efektive yang diberikan oleh
petugas pelayan kesehatan di puskesmas Kentara sudah mengalami peningkatan pemebrian pelayanan dengan baik terhadap masyarakat
2. Agar senantiasa memberikan pelatihan yang berkaitan dengan sistem
informasi terhadap impelementor pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan melalui program BPJS Kesehatan agar mempermudah verifikasi
berkas dan sistem administratif BPJS.
4. Peneliti Lain
Melakukan penelitian dengan pendekatan teori lain dan menguji pengaruh variabel-variabel yang ada dalam Teori Van Meter dan Van Horn seberapa kuat
pengaruhnya terhadap implementasi kebijakan JKN di daerah terutamanya untuk unit puskesmas dan RSUD
Universitas Sumatera Utara
42
BAB II METODE PENELITAN
A BentukPenelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang
digunakan untuk menyelidiki, menemuka, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan,
diukur atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif Saryono, 2010. Sedangkan menurut Sugiyono 1997:5 penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka jenis atau tipe deskriptif kualitatif tepat dan sesuai dengan penelitian ini sebagai suatu studi awal yang tidak hanya
menggambarkan sesuatu tetapi juga menafsirkan dan menganalisa data yang telah dikumpulkan oleh karena itu penulis memilih jenis penelitian ini.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Kentara Kecamatan Laeparira Jalan Parongil No.7 Kabupaten Dairi, Sumatera Utara.
C. Jenis Penelitian
Dalam Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang di gunakan
Universitas Sumatera Utara
43
untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau
digambarkan melalui pendekatan kuantitatif Saryono,2010
D. Informan Penelitian