97
menjadi 5 menit. Namun demikian, dengan peningkatan jumlah peserta dari sekitar 16,5 juta jiwa menjadi sekitar 237 juta jiwa nanti pada tahun 2019 maka
diperlukan pengembangan menyeluruh sumber daya TI. Kajian yang mendalam terhadap sumber daya TI yang ada saat ini dan analisa kebutuhan di masa yang
akan datang mutlak diperlukan. Secara pelaksanaannya dilapangan, untuk program JKN di puskesmas
memiliki satu induk sistem informasi yang berada pada BPJS, sehingga mekanismenya tepat untuk BPJS melakukan pengembangan sistem tersebut. Pada
Roadmap JKN 2012 dituliskan bahwa pengembangan TI JKN oleh BPJS Kesehatan harus sesuai dengan 7 aspek yaitu:
a. Relevansi relevancy
b. Keakuratan accuracy yang memiliki faktor:
kelengkapan completeness, kebenaran correctness, dan keamanan security
c. Ketepatan waktu timeliness
d. Ekonomi economy yang memiliki faktor : sumber daya resources dan
biaya cost
e. Efisiensi eficiency
f. Dapat dipercaya reliability
g. Kegunaan usability
Jika dilihat pada pelaksanaanya di Puskesmas Kentara yang pada kenyataannya memiliki kendala dalam pengoperasionalan aplikasi yang terkadang
Universitas Sumatera Utara
98
sering tidak mampu dioperasikan dan jaringan internet yang tidakstabil di daerah puskesmas kentara kecamatan Laeparira sehingga sering menjadi kendala
didalam klaim berkas BPJS kesehatan. Dalam hal ini peneliti memandang bahwa BPJS sudah seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap aspek ketepatan
waktu dan efisiensi pelaksanaan program dan fasilitas yang memadai terutama di daerah sehingga program dapat berjalan dengan lancar. Hal ini menjadi bahan
pertimbangan bagi Pemerintah Pusat Kementerian Kesehatan dan BPJS agar mampu meningkatan kualitas teknologinya dalam pelayanan pada program JKN,
seperti yang juga termuat pada Peraturan Presiden No. 71 tahun 2013 pasal 43 yang menyatakan untuk menjaga mutu dan biaya program JKN harus
dilakukannya Penilaian Teknologi Kesehatan Health Technology Assessment
8.Pembahasan Sikap Para Pelaksana
Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian bagian isi dari
kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi
akan mengalami banyak masalah dalam disposisi. Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan hambatan yang nyata terhadap implementasi
kebijakan. Secara umum petugas yang melaksanakan program JKN baik dari sisi
medis maupun non-medis harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin karena merupakan kebijakan top-down dimana kebijakan atau program ini lahirnya dari
Universitas Sumatera Utara
99
pemerintah pusat untuk seluruh Indonesia Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, sikap penerimaan terlihat dari pendapat para informan mengenai
program yang baru ini, hal ini merupakan salah satu hal positif program dapat berjalan secara berkelanjutan. Pada posisi yang menjadi informan merupakan
ujung tombak implementasi program, mereka mengetahui secara jelas tugas dan fungsi jabatannya.
Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn, sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang
mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil
keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan
9.Pembahasan Lingkungan
Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van
Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.
Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja imlementasi kebijakan. Karena itu,
Universitas Sumatera Utara
100
upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan external.
Jika ditarik dari pernyataan diatas, pada penyelenggaraan program JKN di Puskesmas kentara kecamatan Laeparira, lingkungan yang sangat kondusif dan
tepat untuk pelaksanaan program dan kebutuhan masyarakat dan pelaksanaan JKN tidak terlepas dari kinerja pemerintah daerah, dukungan dari pemerintah
daerah juga menjadi aspek penentu terselenggaranya program JKN. Oleh sebab itu, pelaksanaan yang mendapat dukungan positif dari pemerintah daerah dan
masyarakat menjadi sangat penting, bukan hanya menjadi tanggung jawab implementors pelaksana dalam penyelenggaraan program. Namun juga harus
terlibatnya masyarakat dan birokrasi daerah dengan perangkat-perangkatnya. Van Meter dan Van Horn juga mengajukan hipotesis bahwa lingkungan
ekonomi sosial dan politik dari yuridiksi atau organisasi pelaksana akan mempengaruhi karakter badan badan pelaksana, kecenderungan para pelaksana
dan pencapaian itu sendiri .kondisi lingkungan dapat mempunyai pengaruh yang penting pada keinginan dan kemampuan yuridiski atau organisasi dalam
mendukung struktur-struktur, vitalitas dan keahlian yang ada dalam badan badan administrasi maupun tingkat dukungan politik yang dimilki. Kondisi lingkungan
juga akan berpengaruh pada kecenderungan kecenderungan para pelaksana. Jika masalah masalah yang dapat diselesaikan oleh suatu program begitu berat dan
para warga negara swasta serta kelompok kepentingan dimobilsir untuk mendukung suatu program maka besar kemungkinan para pelaksana menolak
program tersebut.
Universitas Sumatera Utara
101
Lebih lanjut Van Meter dan Van Hon menyatakan bahwa kondisi kondisi lingkungan mungkin menyebapkan para pelaksana suatu kebijakan tanpa
mengubah pilihan pilihan pribadi mereka tentang kebijakan itu. Akhirnya, faktor- faktor lingkungan ini dipandang mempunyai pengaruh langsung pada pemberian
pemberian pelayanan publik. Kondisi kondisi lingkungan mungkin memperbesar atau membatasi pencapaian, sekalipun kecenderungan kecenderungan para
pelaksana dan kekuatan kekuatan lain dalam model ini juga mempunyai pengaruh terhadap implementasi program.
C. Pembahasan Implementasi Kebijakan BPJS Kesehatan 1. Pembahasan Aspek RegulasiPeraturan Perundangan
Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya pada pelaksanaan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara, peraturan-peraturan yang ada sudah
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Penyelenggaraan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara regulasi sudah dapat menjadi pengangan rumah
sakit untuk melakukan serangkaian pembuatan standar-standar yang mengikuti kultur rumah sakit.
Aspek Regulasi yang sudah terpenuhi antara lain adalah peraturan mengenai pelaksanaan JKN, sistem pelaporan Puskesmas ke BPJS, sistem pembayaran dan
penagihan klaim, dll. Sehingga peneliti melihat bahwa peraturan yang ada sudah mumpuni untuk menjalankan program secara baik dan menjadi pegangan dalam
penyelenggaraan di rumah sakit.
Universitas Sumatera Utara
102
2. Pembahasan Aspek Kepesertaan