Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

(1)

 

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, E. James, 1997, Public Policy-Making, Third Edition. New York, Holt, Rinchart and Winston.

Arif, Saiful. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Malang : Averroes Press

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Bungin, Burhan. 2005. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana.

Dunn, N., William, 1994, Public Policy Analysis: An Introduction. Edisi Ke-2, Engelwood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc., A Simon & Schuster Co., Terjemahan dari Gadjah Mada University Press, Yogjakarta.

Isamy, M. Irfan, 1994, Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara, Cetakan Ketujuh, Jakarta, Bumi Aksara.

Jones, Charles O., 1991, Pengantar Kebijakan Publik, (Public Policy), Jakarta, Rajawali Press.

Juliantara, Dadang. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah dalam Pelayanan Publik.Yogyakarta : Pembaruan

Santosa, H., DG. Hidyata dan P. Indrayono, 2003, Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran di Daerah Istimewa Yogjakarta, Jurnal Ekonomi Rakyat, Artikel Tahun II No.2 April 2002, Jakarta, www.ekonomirakyat.org

Singarimbun, Masri.1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta : PT.Pustaka LP3LS Indonesia.

Subarsono. 2009. Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: PustakaPelajar.

Saryono, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika, 2010

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, Alfabeta, 2013

Sumber Internet :

http://www.deokes.go.id/Indonesia-sehat.html/diakses pada 22 September 2015 pukul 14.00 WIB

http://www.kompasiana.com/dian-mohammad-anwar/aspek-aspek-kesehatan.html/ diakses pada 22 September 2015 pukul 15.42 WIB


(2)

 

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj/article/view/5672 diakses pada 24 September 2015 pukul 21.00 wib.

http://www.duwitmu.com/asuransi/antisipasi-buruknya-pelayanan-bpjs-kesehatan/ diakses pada 24 september 2015 pukul 22.00wib.

Sumber Perundang-undangan

Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2010 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.

Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional


(3)

 

Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial.

Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 tahun 2003 tentang Pedoman Pelayanan Publik

Sumber jurnal dan karya ilmiah

Regu Pani dkk 2013.Implementasi Kebijakan pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Non-Kuota (Jamkesda dan SPM) Studi di Dinas Kesehatan Kab.Blitar,Malang vol.1 no.6

Novayanti. 2013. Implementasi Program Jaminan Kesehatan Gratis Daerah di Puskesmas Sumbang Kecamatan Curio Enrekang. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. Makassar.


(4)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan oleh peneliti disebuah kecamatan yang berada di wilayah administratif pemerintahan kabupaten Dairi Sumatera Utara yakni Kecamatan Laeparira. Kecamatan Lae Parira terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 33 Tahun 2001, tentang Pembentukan Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe yang peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2001. Kecamatan Lae Parira ini sebelumnya merupakan bagian dari Kecamatan Silima Pungga-pungga yang kemudian dimekarkan menjadi satu kecamatan yakni Kecamatan Laeparira dimana maksud dan tujuannya untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat dan untuk percepatan pembangunan seuai dengan semangat Otonomi Daerah.

Seperti tujuan dari pemekaran tersebut diatas maka pemerintah sadar betul atas pentingnya pemberian pelayanan kesehatan kepada setiap lapisan masyarakat di wilayah kerja pemerintah kecamatan Laeparira maka dari itu Layaknya wilayah kecamatan yang memiliki sembilan desa wilayah kerja, kecamatan ini memiliki satu puskesmas induk yang ditempatkan di desa Kentara dan puskesmas ini tentu memiliki puskesmas Pembantu yang di tempatkan pada setiap desa dalam wilayah kecamatan laeparira. Puskesmas Kentara yang terletak sekitar 14 km sebelah kanan kota Sidikalang tepatnya berada di desa Kentara Kecamatan Laeparira yang


(5)

dapat dicapai dengan kendaraan umum, tepatnya Jl. Parongil No.07 Dairi Sumatera Utara.

1. Luas dan Batas Wilayah

Kecamatan Lae Parira memiliki kedudukan yang cukup strategis karena diapit oleh 4 (empat) Kecamatan yakni : Kecamatan Silimapungga-pungga, Berampu, Siempat Nempu dan Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe (Kab.Pakpak Bharat), serta berbataskan dengan :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Siempatnempu. b. Sebelah Timur : Kecamatan Berampu.

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. d. Sebelah Barat : Kecamatan Silimapungga-pungga.

Luas wilayah Kecamatan Lae Parira + 61 Km2 dengan jumlah Penduduk 17.290 jiwa (3.135 KK) serta kepadatan penduduk 283 jiwa/Km, secara umum penduduk Kecamatan Lae Parira terdiri dari Suku Pak-Pak, Suku Toba, Suku Karo, Suku Simalungun dan Agama yang dianut Islam, Kristen Protestan dan Khatolik yang senantiasa hidup rukun dan damai.

2. Jangkauan

Jangkauan (Orbitasi) jarak tempuh dari Kantor Camat Sidikalang ke Ibukota Kabupaten adalah 14 Km dan ke Ibukota Propinsi adalah 168 Km.


(6)

3. Kondisi Geografis dan Fasilitas Kesehatan

Kecamatan Lae Parira terletak diantara 45o Bujur Timur dan 45o Lintas Utara, berada pada ketinggian 700 s/d 1100 meter diatas permukaan laut serta terdiri dari 9 (sembilan) desa. Kecamatan Lae Parira terdiri atas 9 (sembilan) desa yaitu:

Tabel 1.1 : Luas wilayah dan Jumlah Penduduk kecamatan Laeparira

No Desa Luas

(Ha)

Jlh.Penduduk

Laki-laki Perempuan

1 Sumbul 500 775 821

2 Kentara 800 980 1130

3 Lae Parira 400 514 494

4 Bulu Duri 300 912 1125

5 Sempung Polling 750 971 1046

6 Lumban Sihite 775 579 603

7 Lumban Toruan 278 578 534

8 Pandiangan 525 816 815

9 Kabanjulu 1.090 799 890

LUAS 5.418 Ha 6921 7458


(7)

Tabel 1.2. : Sarana Kesehatan Puskesmas Kentara

No Nama

Desa/Kelurahan

Puskesmas Pustu Polindes

1 Sumbul --- 1 1

2 Kentara 1 --- ---

3 Lae Parira --- 1 1

4 Buluduri --- 1 --

5 Sempung Polling --- 1 1

6 Lumban Sihite --- 1 ---

7 Lumban Toruan --- 1 ---

8 Pandiangan --- 1 1

9 Kabanjulu --- 1 --

J U M L A H 1 8 4

Sumber : Puskesmas Kentara 2015

3.2. Puskesmas Kentara

Dalam penelitian ini karakteristik data (primer dan sekunder) serta identifikasi/penelusuran informan kunci (kelompok aktor Implementasi kebijakan pelayanan kesehatan) di input dari data puskesmas kentara Kecamatan Laeparira kabupaten Dairi Sebagai salah satu lembaga Teknis daerah, Puskesmas Kentara Kecamatan Laeparira yang beralamat di jalan Parongil no 07.

Puskesmas Kentara barada pada wilayah Administrasi desa Kentara Kecamatan Laeparira Kabupaten Dairi dengan jarak kuran lebih 12 km dari ibukota kabupaten Dairi Wilayah kerja puskesmas Kentara terdiri dari 9 Desa dengan luas wilayah ±61km².


(8)

1. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Kentara

Adapun yang menjadi batas wilayah kerja Puskesmas Kentara kecamatan laeparira adalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kecamatan Siempatnempu. b. Sebelah Timur : Kecamatan Berampu.

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe. d. Sebelah Barat : Kecamatan Silimapungga-pungga. 2. Nilai nilai organisasi Puskesmas Kentara

Suatu organisasi yang baik itu adalah organisasi yang memiliki budaya dan nilai organisasi yang djalankan oleh setiap unsur yang ada dala kegiatan administratif dan pencapaian tujuan sebuah organisasi, seperti halnya juga puskesmas Kentara sebagai organisasi yang tentu saja memiliki budaya dan nilai-nilai organisasi yang dilaksanakan dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat yakni sebagai berikut :

a. Senyum, Sapa dan Salam merupakan modal dasar dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

b. Efektif dengan pelayanan tepat guna, berdaya guna, berhasil.

c. Gerakan upaya cepat tindak dalam pemberian pelayanan kesehatan masyarakat.

d. Amal merupakan bentuk kerelaan hati petugas dalam memberikan pelayanan yang terbaik.


(9)

3. Visi dan Misi Puskesmas Kentara

a.Visi

berangkat dari pengertian dan tujuan visi dan misi pemerintah Kabupaten Dairi yaitu “ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Dairi Yang Maju Dan Sejahtera Melalui Pengembangan Agribisnis Yang Berdaya Saing” maka Puskesmas Kentara menetapkan Visi sebagai berikut “TERWUJUDNYA MASYARAKAT DAIRI SEHAT DAN SEJAHTERA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”

1. Sehat

Pengertian sehat adalah meliputi kesehatan jasmani, rohani (mental) serta sosial dan ekonomi dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.Kesehatan itu penting karena merupakan salah satu kebutuhan dasar insani selain kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dll. Kesehatan merupakan modal seseorang untuk dapat berkarya secara produktif baik dibidang sosial maupun ekonomi.

2. Sejahtera

Masyarakat sejahtera adalah masyarakat yang hidup dilingkungan yang aman dan nyaman, sehingga seluruh aktifitas kehidupan dalam rangka meningkatkan taraf hidup dapat dilaksanakan secara berkesinambungan. Sejahtera dapat diartikan sebagai masyarakat sebagai berikut :


(10)

a. Mempunyai mata pencaharian /penghasilan yang memadai (mampu memenuhi kebutuhan dasar) ;

b. Mempunyai rasa aman dan nyaman dalam keluarga dan masyarakat; c. Bisa bekerja dengan baik;

d. Bisa beribadah dengan baik (beriman) dan rukun;

e. Memperoleh perlakuan hukum yang adil (supremasi hukum dapat ditegakkan);

f. Bisa hidup dengan demokratis;

g. Maju karena memperoleh pendidikan dan kesehatan yang memadai.

3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana masyarakat di Kabupaten Dairi mampu, memiliki kesiapan serta kemauan untuk dapat mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kewaspadaan kesehatan secara mandiri.

B. Misi Puskesmas Kentara

Misi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan visi Puskesmas Kentara dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan menuju pelayanan prima 2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup Sehat


(11)

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu ,merata dan terjangkau

4. oleh lapisan masyarakat

5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, anak, remaja dan Usia lanjut (lansia)

6. Meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan Penyakit

4. Sarana dan Prasarana Puskesmas Kentara

a. Tanah : 7.044m2

b. Bangunan Gedung Puskesmas : 1.628m2

c. Rumah Dinas : 3 Buah

d. Puskesmas Pembantu : 9 Buah

e. Puskesmas Keliling : 1 Buah

f. Kendaraan Roda Dua : 9 Buah g. dan Fasilitas air dan Listrik.

5. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas Kentara

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas (UPTD) kesehatan kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan, yang meliputi pelayanan kesehatan


(12)

individual (private goods) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public goods). Puskesmas melakukan kegiatan-kegiatan termasuk upaya kesehatan masyarakat sebagai bentuk usaha pembangunan kesehatan.

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok. Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan

Secara umum tugas pokok dan fungsi Puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang ada diwilayah kerjanya. Dalam hal ini puskesmas Kentara melaksanakan tugas dan fungsi nya di 9 wilayah kerja yakni di desa Sumbul, desa Kentara, desa laeparira, desa buluduri, desa sempung polling, desa lumban sihite, desa lumban toruan, desa pandiangan, dan desa Kaban julu yang keseluruhan puskesmas pembantu yang ada desa saling


(13)

6. Struktur Organisasi Puskesmas Kentara :

 Kepala UPT Puskesmas Kentara : Rismawaty Doloksaribu SKm  Poliklinik : 1. Rotua Habeahan

2. dr. Juli YM Pasaribu

 KIA/KB : 1. Hotnaria nainggolan

2. Masni H Sihombing

 Immunisasi : Launard Tobing

 Rekam Medik : Jasbon Siburian

 Tata Usaha : Syamsul Limbong

 Gizi : 1. Deslina Purba

2. Naomi W A Sihombing

 Dokter Puskesmas : Dr.Enda Nola Berutu

 Promkes : Saudin Pane

 Kesling : Waliyah

 Analis Kesehatan : Rima Dhani Puspita  Farmasi/Obat : Yuli Dwi Payanti

 Bidan Desa :

1. Johanna E L Sihombing 2. Elvrida S J Tampubolon 3. Taruli i Pasaribu


(14)

4. Tristina I Hutabarat 5. Ipahot Uli Ambarita 6. Renni Situmorang 7. Yenni Sofyati Ginting 8. Risma Duma Manurung 9. Masro Sui Limbong 10. Yuni S Tumanggor 11. Sri Novalisa Ginting 12. Junior Raja gukguk 13. Tiurma Tamba

7. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Unit Kerja Puskesmas

a. Kepala puskesmas

Kepala puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai pihak yang memimpin, mengawasi, dan mengkoordinasi pelaksanaan peneyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara paripurna dalam wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan tugas, kepala puskesmas menyelenggarakan fungsi:

1. Melaksanakan fungsi fungsi manajemen kesehatan yang sudah ditetapkan agar dapat terealisasi dengan baik dan tepat sasaran sehingga mamou mewujudkan cita-cita dan tujuan pelayanan terhadap masyarakat.


(15)

2. Membuat rencana program kerja dan jadwal kegiatan puskesmas sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

3. Memberikan penjelasan yang baik yang dapat dipahami oleh anggota organisasi dan membagi tugas kepada bawahan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

4. Melaksanakan koordinasi termasuk melaporkan kegiatan puskesmas kentara kepada Dinas kesehatan di kabupaten Dairi untuk mendapatkan masukan, informasi serta untuk mengevaluasi permaslahan yang tengah dihadapi agar diperoleh hasil kerja yang optimal dan sebagai pertaggung jawaban kegiatan.

b. Bagian Poli Umum

Bagian Poli Umum berfungsi untuk mengatur kelancaran proses pelayanan kesehatan di Puskesmas, mengatur pembagian tugas terhadap petugas kesehatan yang terutama terhadap petugas bagian pengobatan umu yang ada di puskesmas, dan meningkatkan kinerja petugas poli. Fungsi dari poli umum yaitu :

1. Memberi pengarahan kepada staf poli umum

2. Memberi teguran/peringatan kepada staf poli umum yang tidak menjalankan tugasnya dengan benar

3. Kontroling kelengkapan dokumen poli umum, Dalam hal ini poli terbagi atas beberapa bagian yaitu :

a. Poli Kia KB fungsinya mengatur dan memberikan pelayanan kepada kesehatan ibu anak dan KB.


(16)

b. Poli Gigi fungsinya mengatur proses pemberian kesehatan mengenai kesehatan gigi dan mulut.

c. Poli Bayi dan Balita fungsinya memberikan pelayanan kepada bayi dan balita baik mengenai tumbuh kembang dan kelainan pada balita

c. Bagian ruang bersalin

Bagian ruang bersalin mempunyai tugas mengatur dan

mengkoordinasikan seluruh kegiatan pelayanan dikamar bersalin dan perawatan umum, mengupayakan pengadaan peralatan dan obat sesuai standar, serta mengendalikan pelaksanaan asuhan kebidanan dan keperwatan yang telah ditentukan. Dalam melaksanakan tugas, bagian ruang bersalin menyelenggarakan fungsi :

1. Mamantau dan manilai keadaan pasien

2. Melakukan rujukan pada pasien yang mengalami komplikasi 3. Mangatur jadwal dinas

4. Membimbing siswa/mahasiswa yang melakukan praktek klinik

d. Bagian Gizi

Bagian gizi berfungsi membantu kepala puskesmas dalam kegiatan yang dilaksanakan puskesmas. Dalam melaksanakan fungsi, bagian gizi mempunyai tugas:


(17)

2. Penyuluhan makanan sehat

3. Pemberian vitamin pada anak balita 4. Membuat pencatatan dan laporan

e. Bagian Loket Administrasi umum dan registrasi Kartu

Bagian loket/kartu mempunyai tugas mencatat dan membuat nomor index administrasi, serta membuat laporan pengguanaan nomor index administrasi. Dalam melaksanakan tugas, bagian loket/kartu berfungsi :

1. Manyiapkan buku folder administrasi

2. Mencatat penerimaan dan pengeluaran ATK 3. Member nomor index family folder sesuai urutan

f. Bagian kamar obat

Bagian kamar obat mempunyai tugas pokok pembuatan perencanaan obat, pangadaan/permintaan obat penerimaan dan penyimpanan obat, pelaporan serta penyuluhan obat.Dalam melaksanakan tugas, bagian kamar obat berfungsi :

1. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan obat yaitu perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, penggunaan, pencacatan, dan pelaporan 2. Membuat perencanaan obat pertahun

3. Membuat laporan tahunan pemakaian obat


(18)

8. Kondisi Pegawai Puskesmas Kentara

Tabel 1.3. Keadaan Pegawai Puskesmas Kentara Berdasarkan Pangkat atau Golongan

Pangkat / Golongan Jumlah

Golongan III 19 Orang

Golongan II 5 Orang

PTT/ Honorer 11 Orang

Jumlah 35 orang

Sumber : Puskesmas Kentara 2015

Keadaan pegawai di Puskesmas Kentara dilihat dari pangkat atau golongan terdiri dari 19 orang Golongan III, 5 orang Golongan II dan 11 orang sebagai tenaga PTT/Honorer, sehingga total keseluruhan pegawai yang ada di Puskesmas Sumbang sebanyak 35 Orang.

Tabel 1.4.Keadaan pegawai Puskesmas Kentara Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 4 Orang

Perempuan 31 Orang

Jumlah 35 Orang

Sumber : Puskesmas Kentara 2015

Berdasarkan data tersebut diatasatas dapat diketahui bahwa keadaan pegawai Puskesmas Kentara berdasarkan Jenis kelamin yakni terdiri dari 4 Orang laki laki dan 31 orang perempuan yang total keseluruhannya adalah 35 orang


(19)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan memaparkan berbagai data yang dihimpun selama penulis melakukan penelitian. Data yang disajikan berikut merupakan data yang diperoleh dari berbagai teknik pengumpulan data baik primer dan sekunder hasil penelitian data ini tidak bersifat baku karena penyajianya seluruhnya disesuaikan dengan hasil penelitian dilapangan dan penulis mencoba melakukan sedikit perubahan agar maksud yang hendak disampaikan dapat dipahami, namun tentu tidak mengubah hasil akhir dari penelitian itu sendiri. Berikut ini adalah penyajian data-data yang diperoleh sebagai berikut:

A. Informan Penelitian

Informan pada penelitian ini terdiri dari kepala Puskesmas Kentara (RS-1), pengelola BPJS-Kesehatan (RS-2), Bidan Koordinator Puskesmas Kentara (RS-3) dan pengawas kegiatan dan pemberian layanan kesehatan di Puskesmas Kentara (RS-4). Untuk menguatkan serta mendapatkan permasalahan pada implementasi program BPJS-Kesehatan ini, peneliti mewawancarai pengunjung/pasien pengguna program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira.

Berikut data informan pada penelitian ini yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :


(20)

Tabel 1.5. Informan Penelitia

Kode

Informan Usia

Pendidikan Terakhir

Lama

Bekerja Jabatan/Pekerjaan RS-1 43 tahun S-1 1 tahun Kepala Puskesmas RS-2 42 tahun D-3 19 tahun Verifikator pengelola

BPJS RS-3 50 tahun D-3 21 tahun Bidan Koordinator RS-4 33 tahun S-1 4 tahun Pengawas kegiatan pemberian pelayanan Sumber: Puskesmas Kentara 2015

B. Gambaran Umum Puskesmas Kentara Kec. Laeparira 1. Profil Singkat Puskesmas Kentara Kec. Laeparira

Kecamatan Lae Parira terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Dairi Nomor 33 Tahun 2001, tentang Pembentukan Kecamatan Lae Parira dan Kecamatan Sitelu Tali Urang Jehe yang peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2001. Kecamatan Lae Parira sebelumnya merupakan bagian dari Kecamatan Silima Pungga-pungga yang kemudian dimekarkan menjadi satu kecamatan yakni Kecamatan Laeparira dimana maksud dan tujuannya untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat dan untuk percepatan pembangunan seuai dengan semangat Otonomi Daerah.

Sama hal nya dengan tujuan dari pemekaran tersebut diatas maka pemerintah sadar betul atas pentingnya pemberian pelayanan kesehatan kepada setiap lapisan masyarakat di wilayah kerja pemerintah kecamatan Laeparira maka dari itu Layaknya wilayah kecamatan yang memiliki sembilan desa wilayah kerja,


(21)

dan puskesmas ini tentu memiliki puskesmas Pembantu yang di tempatkan pada setiap desa dalam wilayah kecamatan laeparira yang senantiasa selalu berkoordinasi dalam setiap pemberian pelayanan yang prima terhadap mayarakat.

2. Visi dan Misi Puskesmas Kentara Kec.Laeparira

a.Visi

Bertitik tolak dari pengertian dan tujuan penetapan visi serta visi pemerintah Kabupaten Dairi yaitu “Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Dairi Yang Maju Dan Sejahtera Melalui Pengembangan Agribisnis Yang Berdaya Saing” maka Puskesmas Kentara menetapkan Visi sebagai berikut

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT DAIRI SEHAT DAN SEJAHTERA MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”

b. Misi

Misi dalam rangka mewujudkan visi Puskesmas Kentara dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas aparatur kesehatan menuju pelayanan prima 2. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup Sehat 3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu

,merata dan terjangkau 4. oleh lapisan masyarakat


(22)

5. Memelihara dan meningkatkan kesehatan ibu, bayi, balita, anak, remaja dan Usia lanjut Meningkatkan upaya pencegahan dan pemberantasan Penyakit

3. Lokasi

Puskesmas Kentara berlokasi di jalan Parongil no 07 desa Kentara Kecamatan Laeparira kabupaten dairi Sumatera Utara.

4. Tugas dan Fungsi Puskesmas Kentara

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung memberikan pelayanan secara mrnyeluruh kepada masyarakat dalam satu wilayah kerja tertentu dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.Jenis pelayan kesehatan disesuaikandengan kemampuan puskesmas, namun terdapat upaya kesehatan wajib yang harus dilaksanakan oleh puskesmas ditambah dengan upaya kesehatan pengembangan yang disesuaikan dengan permasalahan yang ada serta kemampuan puskesmas. Upaya-upaya kesehatan wajib tersebut adalah :

a. Upaya promosi kesehatan b. Upaya kesehatan lingkungan

c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana d. Upaya perbaikan gizi masyarakat

e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular f. Upaya pengobatan


(23)

Secara umum tugas pokok dan fungsi Puskesmas adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh masyarakat yang ada diwilayah kerjanya. Dalam hal ini puskesmas Kentara melaksanakan tugas dan fungsi nya di 9 wilayah kerja yakni di desa Sumbul, Kentara, laeparira, buluduri, sempung polling, lumban sihite, lumban toruan, pandiangan, Kaban julu.

B. Implementasi Kebijakan BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara

Program BPJS-Kesehatan merupakan program pemerintah dalam rangka menjamin setiap warga negara Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang prima dari petugas pelayanan kesehatan dengan sistem penjaminan kesehatan secara nasional. Berikut pemaparan mengenai penyelenggaraan kebijakan BPJS-Kesehatan di Puskesmas kentara Kecamatan Laeparira kabupaten Dairi. berdasarkan kerangka konsep yang peneliti adopsi dari Van Meter dan Van Horn.

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

a. Peraturan Pelaksana Program BPJS-Kesehatan

Peraturan tentang pelaksanaan suatu program haruslah terlebih dahulu diketahui dan dipahami oleh pelaksana program tersebut. Menurut informasi yang diperoleh dari salah seorang informan yang merupakan kepala Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira, puskesmas ini memiliki Buku Kumpulan Peraturan Jaminan Kesehatan yang didalamnya terdapat 4 jenis regulasi, yaitu Undang-undang No.40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Undang-undang


(24)

No.24 tahun 2011 tentang BPJS, Peraturan Pemerintah No.101 tahun 2012 tentang PBI Jaminan Kesehatan, dan Peraturan Presiden No.12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

Secara langsung peneliti juga menanyakan mengenai peraturan-peraturan yang informan ketahui, dan informan tersebut dapat dengan baik menjelaskan kepada peneliti mengenai aturan aturan tatat kelol BPJS- Kesehatan dengan baik. Berikut kutipan hasil wawancara peneliti dengan informan terkait dengan peraturan dan tata aturan program BPJS kesehatan :

Pertanyaan :

Bagaimana menurut bapak/ibu sudah sesuaikah peraturan yang dibuat pemerintah terkait dengan program BPJS kesehatan ini?

“Ada buku panduan dan kebijakan nya kita dapat dari pemerintah dan kami disini menjalankan program kepada masyarakat terutama program BPJS-Kesehatan ini yaa berdasarkan prosedur yang tertulis tersebut...” (RS – 1)

“prosedur yang kita jalan kan kita jalankan sesuai dengan prosedur yang ada di peraturan yang tertulislah & dinkes juga melakukan semacam bentuk seminar gitu kepada kami kami ini supaya lebih paham menjalankan layanan ini” (RS – 2)

“sudah taulah kan kita dapat sosialisasi tentang peraturan dan prosedur Bpjs,banyak peraturan nya yang kadang buat berbelit kayak pemesanan obat dan sistem rujukan ke rumah sakit umum Sidikalang” (RS – 3)


(25)

“kalau prosedur dan aturan kita sebenarnya memahami dengan baik, tai terkadang apa yang kita temukan tidak sesuai dengan apa yng diharapkan masyarakat contonya lah masyarakat pengenya kalau udah bayar BPJS-kesehatan pas mereka sakit mereka pengen nya cepat-cepat, padahal kan banyak tata prosedur yang mesti kita lakukan,gitu dek” (RS-4)

Kesimpulan yang dapat ditarik dari seluruh pernyataan diatas adalah menurut para informan peraturan yang dibuat oleh pemerintah sudah sangat membantu pihak puskesmas dalam menjalankan program ini, ditambah lagi seluruh informan menyatakan peraturan yang dibuat pemerintah sudah mampu menjadi pegangan dalam menjalankan prosedur layanan kesehatan bagi masyarakat pengguna jaminan kesehatan BPJS-kesehatan

Pemerintah kabupaten Dairi melalui dinas kesehatan pemkab juga turut serta dalam melancarkan program ini dengan melakukan sosialisasi tentang tata layanan dan prosedur BPJS-kesehatan terhadap pelayan kesehatan.

b. Sasaran Program BPJS-Kesehatan

Pemahaman para pelaksana kebijakan terhadap tujuan/sasaran dari program BPJ-Kesehatan ini menjadi salah satu faktor penting penentu berjalannya program dengan baik dan tepat sasaran. Berikut kutipan wawancara peneliti dengan pihak puskesmas terkait pemahaman informan mengenai kepesertaan program BPJS- Kesehatan di wilayah kerja puskesmas Kentara.


(26)

Siapa siapa sajakah pak,bu yang dapat menjadi peserta BPJS kesehatan ini ?

“…yang bisa ikut ya masyarakat yang daftar sesuai dengan syarat ketentuan yang berlaku dalam prosedur bpjs kesehatan ini..” (RS-1)

“… seluruh masyarakat Indonesia, karena kalau BPJS itu sendiri punya visi untuk mewujudkan layanan kesehatan yang prima bagi seluruh aspek lapisan masyarakat. …” (RS-2)

...seluruh masyarakat wajib ikut program ini kecuali yang udah ikut daftar jaminan kesehatan kayak Askes..” (RS-3)

...diharapkan seluruh masyarakat ikut program ini karena memang sangat bermanfaat saya rasa program ini dapat membantu masyarakat...” (RS-4)

Dari kutipan hasil wawancara mengenai kepesertaan, peneliti berkesimpulan bahwa semua informan menyatakan sasaran dari program BPJS-Kesehatan adalah seluruh rakyat Indonesia karena program ini dinilai sangat bermanfaat terhadap masyarakat dalam menerima layanan kesehatan.

Dengan demikian informan yang memberikan informasi paham secara umum akan sasaran dari BPJS-Kesehatan ini. Selanjutnya, permasalahan kepesertaan lebih banyak timbul dari peserta pengguna BPJS-Kesehatan terutama untuk banyak dari peserta BPJS-Kesehatan yang belum paham penggunaan kartu, serta banyak juga yang tidak mengerti alur pelayanan menggunakan kartu


(27)

Berikut kutipan hasil wawancara mengenai permasalahan pada aspek kepesertaan di Puskesmas Kentara:

Apa apa sajakah yang menjadi masalah didalam pelaksanaan Program BPJS-Kesehatan di kecamatan Laeparira ini bu?

“…peserta yang bawa kartu BPJS tapi kartunya gak rusak atau ga bisa dibaca jadi gak bisa diproses tapi walaupun demikian kita tetap upayakan untuk menindak lanjuti penanganan nya sebisanya ya kita bantulah…”(RS – 2)

“Masalah peserta yang sering ditolak pihak rumah sakit karena gak ada rujukan dari sini, kartunya gak bisa diakses ke sistem mereka, (RS – 3)

Permasalah diatas jika disimpulkan banyak terjadi pada peserta Non-PBI (peserta mandiri), lebih kepada sistem yang masih memiliki kendala pada data kepesertaan secara nasionalnya, jika seorang peserta mendaftarkan dirinya sebagai peserta mandiri, dan telah diterima datanya dan telah menyelesaikan tahapan registrasi maka BPJS akan mengeluarkan kartu kepesertaan yang dapat digunakan pada fasilitas kesehatan yang telah ditentukan oleh BPJS sesuai dengan domisili peserta tersebut.

c. Sumber Daya Manusia

Aspek penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang lain adalah SDM pelaksana di Puskesmas yang terdiri dari tenaga medis Untuk pelaksanaan layanan kesehatan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini dan terlihat


(28)

kecukupan untuk pelayanan medis di Puskesmas cukup terlaksana dengan baik dengan jumlah tenaga medis yang memadai. Berikut data tenaga medis di Puskesmas Kentara pada tahun 2015 yang terdiri dari pegawai tetap (PNS) dan pengawai tidak tetap/honorer.

Tabel..1.6 Tenaga Medis Puskesmas Kentara tahun 2015

No. Tenaga Medis Total (orang)

1 Dokter Umum 2

2 Perawat 2

3 Bidan 15

4 Gizi 2

5 Perawat Gigi -

Sumber: Puskesmas Kentara 2015

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara peneliti mengenai kecukupan tenaga medis di Puskesmas Kentara mengemukan beberapa pernyataan yang dikutip sebagai berikut:

Bagaimana dengan jumlah SDM untuk program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara ini menurut ibu?

“SDMnya, kalau dari segi pemberkasan sudah cukup, tapi kalau bagian pengelolaan data itu yang kurang, karena harus mengerti IT itu.” (RS – 1)

“Kalau dari pihak puskesmas nya saya rasa masih kurang, karena sering sekali kami kesulitan dalam sistem prosedural online nya...” (RS – 2)


(29)

“Kalau saya rasa SDM disini sudah baik tetapi masih kurang didalam pengelolaan atau pun registrasi inline nya karena pada sistem BPJS-kesehatan ini haruslah menggunakan sistem online semua...” (RS – 4)

Dari hasil wawancara diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa informan merasa masih kekurangan SDM dalam bidang pengelolaan BPJS di puskesmas Kentara karena merasakan kesulitan langsung dalam penyelenggaraan kegiatan, khususnya dalam hal system online.


(30)

d. karakteristik Agen Pelaksana

 

Kriteria karakteristik agen pelaksana program dilihat dari cara kerja para implementor dalam melakukan serangkain kegiatan prosedural dan sistem dalam rangka pelaksanaan program agar berjalan dengan baik. Disini peneliti melihat keseriusan akan terselenggaranya program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara dengan baik.

Prosedural pelayanan yang dilakukan Puskesmas Kentara berdasarkan hasil penelitian pada bagian administrasi program jaminan kesehatan di puskesmas Kentara akan peneliti jelaskan dalam poin-poin dibawah:

1. Pasien datang akan langsung diterima oleh petugas dan menanyakan kepentingan dari pasien ke puskesmas.

2. Setelah pasien mengatakan tujuannya untuk berobat, maka petugas akan mengarahkan pasien untuk mengambil nomor antrian serta melakukan pengecekan berkas penjaminan pasien, apakah peserta tersebut merupakan peserta dengan jaminan kesehatan atau peserta umum. Jika berkas lengkap, maka akan diarahkan langsung ke bagian administrasi Program BPJS Kesehatan yang khusus ada pada sisi kiri ruang pendaftaran.

3. Dan jika pasien harus dirujuk ke rumah sakit atau membutuhkan surat rujukan maka pihak administrasi akan mengeluarkan surat rujukan dan diketahui oleh dokter dan kepala puskesmas sehingga surat rujukan diberikan kepada pasien.


(31)

yang dibutuhkan

5. Setelah dipanggil nomor antrian berobatnya dan selesai mendapatkan pengobatan, pasien bisa langsung ke bagian ruangan obat (Apotek) puskesmas.

6. Jika obat sudah ditebus dan diberikan pengarahan mengenai pedoman meminum obat, pasien boleh langsung meninggalkan puskesmas.

e. Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana

1. Penyelenggara Program BPJS-Kesehatan di puskesmas Kentara

Penyelenggara Program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara, terdiri dari petugas pengelola BPJS yang bertugas untuk mengelola segala urusan tentang terselenggaranya program BPJS kesehatan di wilayah kecamatan Laeparira. Puskesmas Kentara sebagai pelaksana program BPJS-kesehatan di wilayah kecamatan ini pusatnya di puskesmas Kentara

2. Komunikasi Antar Lembaga

Implementasi program BPJS-Kesehata yang dasar pelayanan nya dilakukan di Puskesmas. Yang membutuhkan Komunikasi yang baik didalam penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa menjadi standar dan tujuan harus konsisten dan seragam (consistency and uniformity) dari berbagai sumber informasi.


(32)

implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil, demikian sebaliknya.

Koordinasi dan komunikasi yang dibentuk antara pihak Puskesmas Kentara dan BPJS Kesehatan dapat terlihat dari kutipan wawancara dibawah: Pertanyaan :

Bagaimana komunikasi Puskesmas kepada pihak BPJS terkait dengan Verifikasi berkas?

“kalau berhubunungan dengan verifikasi berkas BPJS kita serahkan kepada puhak verifikator nya supaya kita dapat mengirim berkas dan juga klaim yang dibutuhkan untuk hal tersebut. (RS – 1)

…kita hanya berhubungan dengan tim pemberkasan, jadi kita dari tim verifikasi…” (RS – 2)

“kita adakan lewat ibu waliah ya, dia verifikator BPJS dipuskesmas ini..” (RS – 3)

“kalau kita adakan verifikasi kita adakan dan lakukan melalui pihak verifikasi kita yakni ibu Waliah itu sendiri …” (RS – 4)

Komunikasi yang dibentuk antara pelaksana program yaitu puskesmas Kentara dan BPJS jika ditarik kesimpulan dari kutipan pernyataan wawancara diatas membuktikan bahwa koordinasi yang terjadi cukup terbangun, serta ketaatan kedua pelaksana terhadap peraturan juga sangat terlihat.


(33)

3. Teknologi Informasi BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara

Aspek yang terkait komunikasi yang dibangun dalam program BPJS-Kesahatan adalah sistem teknologi informasi yang digunakan pada program BPJS-Kesehatan di puskesmas Kentara sudah terjalin dengan baik. Namun ada terdapat kendala, Hal ini disebabkan oleh terbatasnya jaringan telekomunikasi yang sampai ke desa Kentara dan juga oleh faktor geografis desa Kentara. Sistem tersebut adalah SIM (Sistem Informasi Manajemen) BPJS, yang digunakan untuk mengklaim obat, mengirim hasil diagnosa sementara pasien kepada pihak rumah sakit. Namun sejalan dengan hal tersebut ada masalah yang didapati pada saat pelaksanaan program ini yakni seperti yang telah dikutip oleh peneliti sebagai berikut:

Permasalahan apa saja yang sering dihadapi dalam implementasi BPJS-Kesehatan yang berkaitan dengan tegnologi informasi bu?

“…masalah yang dihadapi itu sering sekali bermasalah sama yang sistem klaim nya ini, harus online kan jadi sering error udah gitu koneksi juga sangat terbatas kan, akhirnya membutuhkan waktu ekstra, tapi walau begitu kami juga tetap mengusahakan yang terbaik…” (RS – 1)

Dari hasil wawancara diatas, didapati bahwa sistem informasi teknologi mempengaruhi didalam pelayanan registrasi online seperti sering terjadi tidak bisa meng-input data pada saat melakukan entry data pasien untuk pemberkasan klaim secara online. Hal ini mempengaruhi kinerja pengelolaan program BPJS-Kesehatan


(34)

puskesmas Kentara.yang menyebabkan terlambatnya pemberkasan klaim serta pengajuan klaim ke BPJS.

4. Sikap Para Pelaksana

Sikap para pelaksana dipengaruhi oleh cara pandang agen pelaksana terhadap suatu kebijakan dan cara melihat pengaruh kebijakan itu terhadap kepentingan-kepentingan organisasinya dan kepentingan-kepentingan pribadinya.

Untuk melihat sikap para pelaksana, peneliti melakukan wawancaran mengenai pandangan mereka tentang program BPJS-kesehatan yang mereka lakukan di wilayah kerja puskesmas Kentara, dari sikap ini nanti akan menggambarkan keadaan implementasi program BPJS kesehatan di Puskesmas Kentara.

Pertanyaan :

Bagaimana pandangan ibu terhadap program BPJS Kesehatan ini?

“…sudah lebih maju program BPJS yang sekarang, kalau di banding dengan program sebelum nya program ini jauh lebih menguntungkan lah ya, terutama menguntungkan pihak masyarakat kecil di desa ini..” (RS – 1)

…kalau menurut saya ya. udah ada kemajuan ya di banding yang sebelumnya…” (RS – 2)

program BPJS kesehatan ini baik ya terutama dapat membantu masyarakat kecil untuk memperoleh mendapatkan pelayanan kesehatan ...” (RS – 3)

… kalau menurut saya sendiri ya.. program BPJS kesehatan ini sangat lah baik, akan tetapi terkadang kendala nya di system online nya ini...” (RS – 4)


(35)

Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa puskesmas Kenatara memiliki pandangan baik terhadap program BPJS Kesehatan ini. seperti hampir semua informan memberikan respon positif terhadap program dan menganggap program ini baik . Hampir semua informan juga menyatakan program BPJS-Kesehatan ini lebih baik dari pada program sebelumnya.

5. Lingkungan

Program JKN merupakan amanat undang-undang yang bersifat mandatory, dimana sesuai dengan Undang-Undang Dasar dan Pancasila yang menyatakan bahwa “kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia”.Sejalan dengan hal tersebut, UU No. 01 tahun 2015 tersebut memberikan amanat kepada negara untuk membuat sebuah sistem kesehatan yang menjamin seluruh masyarakat Indonesia.

Berikut kutipan hasil wawancara dari paparan informan terkait dukungan eksternal terhadap program BPJS-Kesehatan :

Pertanyaan :

Sejauh mana pengaruh lingkungan dalam pelaksanaan program JKN?

“pemerintah disini ya sangat mendukung terhadap program layanan kesehatan kepada seluruh masyarakat …” (RS – 1)

“…kalau saya rasa, kalau dilihat-lihat dari masyarakat respon mereka baik terhadap program ini…” (RS – 2)

“baik, respon masyarakat saya rasa sangat baik terhadap adanya program pemerintah ini (RS – 3)


(36)

“masyarakat merespon baik, terhadap program ini dan mereka berharap program ini akan selalu ada dan ada..” (RS – 4)

Dari paparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa informan menyatakan dukungan dari masyarakat terhadap program sangat baik. Selain itu peneliti juga akan mengaitkan, terselenggaranya program BPJS-Kesehatan yang baik di Puskesmas Kentara inilah yang menjadi salah satu faktor pendukung penyelenggaraan program BPJS-Kesehatan yang baik di Puskesmas Kentara dapat berjalan dan dikelola dengan baik.


(37)

f. Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Puskesmas Berdasarkan 6 Aspek Penyelenggaraan BPJS-Kesehatan

Ada 6 aspek yang harus diperhatikan pada implementasi program BPJS-Kesehatan agar terselenggaranya prestasi kinerja terhadap pelayanan yang prima dan sesuai sasaran. Keenam aspek itu adalah:

1. Aspek Regulasi/Peraturan Perundangan 2. Aspek Kepesertaan

3. Aspek Keuangan

4. Aspek Pelayanan Kesehatan 5. Aspek Manfaat dan Iuran

6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi.

Berikut paparan untuk setiap aspek dari sudut pandang pelayanan di Puskesmas Kentara :

1. Aspek Regulasi/Peraturan Perundangan

Penyelenggaraan jaminan sosial, termasuk di dalamnya jaminan kesehatan, harus didasarkan suatu Undang-undang dan peraturan pelaksanaannya karena merupakan kebijakan top-down dan penyelenggaraan program BPJS-kesehatan di Puskesmas Kentara sudah sesuai dengan aturan yang diundangkan oleh Pemerintah Pusat. Dasar peraturan perundang-undangan tersebut diperlukan sebagai dasar hukum dipenuhinya hak dan kewajiban publik, yaitu dalam pemberiaan manfaat (benefit) kepada publik yang menjadi peserta.

Penyelenggaraan jaminan sosial di Indonesia secara konstitusional diatur dalam Pasal 28 H dan Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik


(38)

Indonesia Tahun 1945. Kemudian implementasinya didasarkan pada dua undang-undang yaitu (a) Undang-Undang No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN), dan (b) Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Undang- Undang No 40/2004 mengatur programnya, yang secara berkala dapat direvisi untuk memperbaiki atau menambah program, seperti halnya Pemerintah memiliki UU Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang. Sedangkan UU 24/2011 mengatur badan penyelenggaranya yang bertugas melaksanakan program-program yang telah diatur dalam UU SJSN, sebagaimana pengaturan Pemerintahan yang harus menjalankan program-program yang telah dirumuskan dalam UU RPJP.

Agar jaminan sosial, khususnya jaminan kesehatan, dapat diselenggarakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam dua Undang-Undang tersebut, maka perlu disusun peraturan pelaksanaanya.

Peraturan pelaksanaan (Peraturan Pemerintah dan Praturan Presiden) menjadi acuan bagi semua pemangku kepentingan (pekerja, pemberi kerja, Pemerintah, BPJS, fasilitas kesehatan, dan lain-lain) guna mengetahui hak dan kewajibannya. Peraturan pelaksanaan juga merupakan acuan di dalam melakukan evaluasi pencapaian dan kualitas pencapaian jaminan sosial dalam hal ini jaminan kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu diuraikan peraturan yang perlu segera disusun agar jaminan kesehatan dapat diselenggarakan sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


(39)

Penyelenggaraan program JKN dilaksanakan berdasarkan peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah, berikut peraturan-peraturan- peraturan-peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah pusat sebagai acuan pelaksanaan di lapangan:

1. Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. 2. Peraturan Presiden No. 107 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan

Tertentu Berkaitan Dengan Kegiatan Operasional Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, Dan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Peraturan Presiden No. 108 tahun 2013 tentang Bentuk Dan Isi Laporan Pengelolaan Program Jaminan Sosial.

4. Peraturan Presiden No. 109 tahun 2013 tentang Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial.

5. Peraturan Presiden No. 111 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan. 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar

Tarif Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional.


(40)

   

2. Aspek Kepesertaan

Kepesertaan Program JKN puskesmas Kentara terdiri dari peserta mandiri atau menurut undang-undang adalah peserta Non-PBI (bukan penerima bantuan iuran) dan peserta PBI (penerima bantuan iuran).

Kota Tangerang Selatan yang memiliki jumlah penduduk kurang lebih 17.290 jiwa (BPS kabupaten Dairi 2014) dimana pada tahun 2019 seluruhnya sudah harus menjadi peserta program JKN.

Pada masa-masa awal ini kepesertaan JKN akan didominasi oleh peserta jaminan yang ditetapkan pemerintah sebagai sasaran pada awal-awal implementasi program. Untuk target kepesertaan lihat tabel 5.3.

Tabel 1.7. Target Peserta Jaminan Kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan

Target 2015 Target 2019

Seluruh peserta jaminan kesehatan Seluruh penduduk yang pada yang berasal dari Askes Sosial tahun 2019 diperkirakan sebanyak atau PNS, Jamkesmas, JPK 257,5 juta jiwa sudah dicakup Jamsostek, TNI/POLRI dan menjadi peserta jaminan sebagian PJKMU yang berjumlah kesehatan yang dikelola oleh sekitar 121,6 juta jiwa sudah BPJS Kesehatan.

dikelola oleh BPJS Kesehatan mulai tahun 2014.


(41)

   

3. Aspek Keuangan

Untuk aspek keuangan, Puskesmas Kentara yang merupakan SKPD dari Pemerintah kabupaten Dairi akan bertanggung jawab langsung kepada Bupati kabupaten Dairi. Untuk pembiayaan kesehatan di puskesmas ini, adalah puskesmas mendapatkan anggaran tahunan yang memang dialokasikan untuk pelayanan kesehatan dipuskesmas Kentara tersebut.

Ditambah lagi, saat ini Pemerintah kabupaten Dairi yang fokus terhadap penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan yang semakin baik, terbukti dengan pemerintah kabupaten Dairi juga mengalokasikan dana khusus untuk alat kesehatan dan obat-obatan. Sehingga tidak akan merasakan kesulitan tersebut secara langsung karena tetap masalah finansial mereka didukung oleh Pemerintah kabupaten Dairi.

4. Aspek Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan pada penyelenggaraan program JKN terlihat dari fasilitas kesehatan yang ditentukan oleh pemerintah maupun yang bekerjasama dengan BPJS sangat bervariasi. Ada yang hanya menggunakan fasilitas kesehatan publik saja, ada yang lebih banyak menggunakan fasilitas kesehatan swasta dan ada yang kombinasi menggunakan fasilitas kesehatan publik dan swasta.

Puskesmas Kentara adalah salah satu contoh fasilitas kesehatan publik milik pemerintah yang secara tidak langsung memang harus menjadi provider yang bekerjasama dengan BPJS sesuai dengan peraturan yang menetapkan hal tersebut.


(42)

   

Pelayanan Kesehatan yang diberikan pada penyelenggaraan di Puskesmas Kentara adalah untuk kateogori pelayanan pada tingkat dasar sebelum pada akhirnya ditindak lanjuti di tingkat berikutnya yakni Rumah sakit

Untuk pelayanan yang tidak tertangani di Puskesmas Kentara, akan dilakukan sistem rujukan kepada fasilitas kesehatan lanjutan lainnya yang mampu menangani kasus tersebut missalnya adalah RSUD Sidikalang, Sehingga tidak ada pasien yang menjadi peserta BPJS-Kesehatan yang tidak mendapatkan pelayanan BPJS-Kesehatan, asalkan telah sesuai dengan peraturan serta prosedur pelaksanaan yang ditetapkan pemerintah dan rumah sakit sebagai provider kesehatan.

5. Aspek anfaat dan Iuran

Berdasarkan UU No. 40 tahun 2014, manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. Untuk manfaat JKN di rumah sakit adalah berupa pelayanan rawat inap dan rawat jalan, untuk rawat inap terdapat klasifikasi ruang perawatan yang ditentukan berdasarkan besaran premi yang dibayarkan.

Berdasarkan paparan informan, pelayanan pengobatan yang diberikan adalah seluruh pelayanan medis di puskesmas Kentara tanpa dibeda-bedakan pelayanannya asalkan memenuhi persyaratan serta sesuai kebutuhan akan pengobatan pasien, bukan untuk alasan permintaan pasien ataupun hal lainya.


(43)

   

dan dibayarkan oleh peserta BPJS dan dirujuk ke RSUD Sidikalang. Selanjutnya untuk aspek iuran program JKN, premi yang diterapkan untuk peserta di wilayah kabupaten Dairi adalah sesuai dengan peraturan yang dibuat pemerintah mengikuti sesuai kelas rawat yaitu sebagai berikut:

a. Sebesar Rp 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.

b. Sebesar Rp 42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.

c. Sebesar Rp 59.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

Dari hasil wawancara mengenai pendapat para informan di puskesmas kentara mengenai besaran iuran dengan pelayanan yang diberikan, seluruh informan selaku pelaksana di Puskesmas sudah melaksanakan sesuai aturannya yaitu mengikuti peraturan pemerintah mengenai pelayanan pada setiap besaran iuran yang dibayarkan oleh peserta atau yang dibayarkan oleh pemerintah. Kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sudah sesuainya penetapan pelayanan rawat inap di rumah sakit atau pada tingkat lanjutan untuk setiap kelas sesuai dengan besaran premi yang dibayarkan oleh peserta. Untuk pelayanan medis rawat jalan, semua pengguna program akan mendapatkan hak yang serupa tanpa perbedaan jenis layanan yang diperoleh, semua akan dilayani jika memang merupakan indikasi penyakit yang ditegakkan oleh dokter.


(44)

   

6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi

Kelembagaan programBPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara terdiri dari BPJS Kesehatan dan puskesmas sebagai provider dasar pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pada penyelenggaraanya BPJS Kesehatan mempunyai verifikator di puskesmas Kentara yang bertugas melakukan verifikasi berkas sebelum diajukan kepada Kantor BPJS Kesehatan.

Penyelenggaraan program JKN di wilayah kecamataj Laeparira ini berjalan dengan baik, Selain itu juga komunikasi antar lembaga yang terbangun melalui sistem yang ada berupa penggunaan sistem pelaporan yang terintegrasi dengan teknologi informasi


(45)

 

BAB V

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Pembahasan Implementasi BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara

Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara dan dokumen yang didukung oleh hasil observasi tentang Implementasi Program BPJS-Kesehatan di Kecamatan Laeparira yang telah dilakukan, peneliti. Maka dapat diberikan gambaran bagaimana pelaksanaan Program BPJS-Kesehatan di Kecamatan Laeparira berdasarkan 6 faktor yang mempengaruhi Implementasi dari teori Van Meter dan Van Horn.

B. Pembahasan Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Ukuran dan tujuan kebijakan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implmentasi BPJS-Kesehatan, khususnya pada Puskesmas Kentara. Implementasi akan menjadi efektif apabila ukuran dan tujuan dari kebijakan memang sesuai dengan kondisi sosial budaya yang ada ditengah tengah masyarakat. Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan adalah penting.

Implementasi kebijakan yang berhasil, bisa jadi gagal (frustated) ketika para pelaksana (implementors), tidak sepenuhnya menyadari terhadap standar dan tujuan kebijakan. Standar dan tujuan kebijakan memiliki hubungan erat dengan disposisi para pelaksana (implementors).


(46)

 

1.Peraturan Pelaksana Program BPJS-Kesehatan.

Menurut Van Meter dan Van Horn, tahap awal yang paling penting dalam melakukan analisis implementasi kebijakan adalah identifikasi indikator-indikator kinerja yang ingin dicapai. Dalam penyelenggaraan program BPJS Kesehatan di Indonesia pemerintah dalam hal ini Pemerintahan Pusat sudah mengeluarkan beberapa regulasi dalam penyelenggaraan program BPJS Kesehatan yang merupakan ujung tombak pelaksanaan di lapangan dan mampu memberikan payung hukum terhadap penyelenggaraan program di tengah-tengah masyarakat.

Untuk menjalankan program BPJS Kesehatan pada setiap aspek peraturan harus saling mendukung, sampai saat ini pelaksanaan program BPJS Kesehatan di lapangan belum mengalami masalah berarti dari segi peraturan pelaksana. Menurut Van Meter dan Van Horn, Van Meter dan Van Horn ada beberapa hal yang menyebabkan tidak berjalan dengan baiknya peraturan yang dibuat oleh pemerintah, yaitu : pertama disebabkan oleh bidang program yang terlalu luas dan sifat tujuan yang kompleks. Kedua, akibat dari ketidakjelasan dan kontradiksi dalam pernyataan ukuran-ukuran (peraturan) dasar dan tujuan tujuan. Kadangkala ketidak-jelasan dalam ukuran- ukuran (peraturan) oleh pembuat keputusan dapat mempengaruhi terhadap pencapaian tujuan tujuan yang telah dibentuk di dalam sebuah tujuan program.

Dari kedua hal diatas, menurut peneliti peraturan pelaksana untuk BPJS-Kesehatan di lapangan sudah baik, sudah dipahami secara baik oleh setiap implementors (pelaksana), hal ini terlihat dari pernyataan para informan serta


(47)

 

dapat dilihatnya terselenggaranya program dari tatanan pelaksanaan teknis di rumah sakit, hanya saja untuk keputusan maupun peraturan yang terkait pelaksanaan teknis harus terus dikembangkan agar program semakin baik pelaksanaannya.

Menurut peneliti, kepahaman terhadap konteks peraturan sebuah kebijakan menjadi sangat penting untuk terselenggaranya program. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan William Savedoff (2008) dalam bukunya bahwa “partisipasi para pemegang kekuasaan dalam memberikan pengaruh berupa informasi dan hubungan kerja harus sesuai dengan sistem (regulasi)”. Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa partisipasi para pelaksana (kepala puskesmas) harus memperkuat dengan pengambilan keputusan yang mendukung terselenggaranya sistem Jaminan Kesehatan diwilayah kerja nya (Mandatory Health Insurance).

Sehingga peneliti dapat menarik benang merah bahwa terselenggaranya sebuah program dengan baik adalah hasil dari komitmen serta kepahaman para pelaksana terhadap peraturan/kebijakan yang ada serta mampu membuat kebijakan- kebijakan lokal untuk memperkuat penyelenggaraan program JKN di daerah terutama dalam konteks ini yakni implementasi program BPJS-Kesehatan di wilayah kecamatan Laeparira.


(48)

 

2. Sasaran Program BPJS Kesehatan

Kepesertaan program BPJS Kesehatan menurut Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 pasal 6 adalah bersifat wajib dan dilakukan secara bertahap sehingga mencakup seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2019.

Tahap pertama dimulai tanggal 1 Januari 2014, paling sedikit meliputi: a. PBI Jaminan Kesehatan.

b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipildilingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya.

c. Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Polri dan anggota keluarganya.

d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan Persero (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES) dan anggota keluarganya.

e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Perusahaan Persero (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota keluarganya. f. Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum masuk sebagai Peserta

BPJS Kesehatan paling lambat pada tanggal 1 Januari 2019.

Berdasarkan paparan informan pada bab sebelumnya, pada dasarnya semua sudah mengetahui sasaran program JKN adalah seluruh masyarakat Indonesia, dan para informan paham bahawa yang menjadi peserta wajib pada masa-masa awal ini adalah sesuai dengan yang tertera pada Perpres No. 12/2013 pasal 6, hal ini selaras dengan teori Van Meter dan Van Horn (1975) yang


(49)

 

menyatakan bahwa kepahaman pelaksana terhadap standar dan tujuan program sangat menentukan keberhasilan proses impelementasi suatu program.

Selain itu, menurut William Savedoff (2008) menyatakan pengawasan dan peraturan merupakan dimensi dari pemerintah yang dapat menjamin peforma pelaksanaan jaminan kesehatan yang mandatory. Berkaitan erat dengan JKN yang merupakan program jaminan kesehatan yang top-down maka, setiap pelaksana dituntut untuk dapat paham akan peratura serta terus dilakukannya pengawasan oleh pemerintah.

Oleh karena itu menurut peneliti, untuk sasaran kepesertaan pada program BPJS Kesehatan ini sudah dipahami secara baik oleh pihak puskesmas.Selanjutnya untuk permasalahan peserta program BPJS Kesehatan yang masih sering tidak bisa dilayani karena masih terdapat kelemahan dalam sistem ataupun human-error diharapkan BPJS Kesehatan agar meng-update data kepesertaan kepada rumah sakit setiap 1 bulan sekali, sehingga kasus kepesertaan yang tidak ada di dalam sistem dapat teratasi, update-an tersebut dapat didukung berupa print out (cetakan) data kepesertaan setiap bulannya yang dikirimkan kepada setiap provider di wilayah kerja BPJS Kesehatan masing-masing daerah, jadi ketika ada permasalahan semacam ini akan mudah udah dilakukan pegecekan secara manual.

3. Pembahasan Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Secara umum sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila


(50)

 

kedua hal ini tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana.

Puskesmas Kentara sebagai puskesmas induk yang berada diarea kecamatan Laeparira sudah memiliki peralatan yang cukup lengkap dan termanfaatkan secara baik dan benar, dan sudah sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan Menteri Kesehatan. Hanya saja, untuk beberapa pelayanan lanjutan yang biasanya hanya dimiliki oleh rumah sakit-rumah sakit umum daerah dan rumah sakit provinsi atau tahapan rumah sakit lanjutanya dengan mekanisme rujukan. Pasien akan dirujuk ke rumah sakit umum daerah yang juga bekerjasama dengan BPJS.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 pada pasal 15 ayat 5 yang menyatakan bahwa tata cara rujukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. Pada peraturan perudang-undangan yang mengatur hal tersebut, rujukan hanya dilakukan jika memang di wilayah tersebut tidak dapat melayani sesuai kebutuhan kesehatan pasien, maka dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang memiliki pelayanan yang lebih menunjang.

4.Pembahasan Karakteristik Organisasi Pelaksana

Menurut Van Meter dan Van Horn, dalam pengimplementasian suatu program, karakter dari para pelaksana kebijakan atau program harus berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta taat pada sanksi hukum yang berlaku. Kinerja implementasi program JKN akan sangat banyak dipengaruhi oleh


(51)

 

ciri-ciri/karakteristik yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya (Hill & Hupe, 2002) Selain berkaitan karakteristik secara teknis, karakteristik menurut Van Meter dan Van Horn harus ada kesesuaian antara kompetensi pelaksana dengan posisi yang ditempatkan.

Untuk aspek ini peneliti tidak melakukan wawancara mendalam terkait kompetensi setiap pelaku karena tidak adanya indikator yang sesuai jika dilakukan wawancara. Sehingga peneliti melakukan studi terhadap kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap pelaksana. Dari hasil analisa peneliti untuk setiap jabatan strategis diduduki oleh orang-orang yang telah lama bekerja di puskesmas Kentara dan memiliki kemampuan di bidang yang sesuai dengan posisi saat ini.

Peneliti melihat bahwa penempatan orang pada posisi posisi strategis tersebut juga membuktikan komitmen agen pelaksanan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu bagi seluruh kalangan masyarakat.

5. Pembahasan Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana

Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, penyelenggara program BPJS Kesehatan di puskesmas Kentara Kecamatan Laeparira terdiri dari BPJS selaku Penyelenggara BPJS Kesehatan dan puskesmas kentara kecamatan Laeparira sebagai provider (penyedia jasa/penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat lanjutan) yang telah bekerjasama dengan lembaga kesehatan lainya seperti RSUD dan Provinsi.


(52)

 

Menurut Goggins (1990) dalam Hill dan Hupe (2002) menyatakan komunikasi menjadi sangat penting bagi pelaksana sebuah kebijakan karena dari komunikasi permasalahan seperti kolaborasi dari setiap pelaksana terjadi.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2013 pasal 2 ayati 1 dan 3 menyatakan, Penyelenggara Pelayanan Kesehatan meliputi semua fasilitas yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan seperti Klinik Utama, Rumah Sakit Umum, dan Rumah Sakit Khusus.

Hal tersebut dikuatkan kembali dengan adanya Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 pasal 36 ayat 2 menyatakan, Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, dengan demikian Puskesmas Kentara yang merupakan SKPD Pemerintah kabupaten Dairi wajib menjadi penyediaan pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS.

6. Pembahasan Komunikasi Antar Lembaga

Menurut Van Meter dan Van Horn komunikasi antar lembaga merupakan salah satu penentu keberhasilan proses penyelenggaraan / implementasi kebijakan. Untuk mempermudah penyelenggaraan program, di puskesmas Kentara ditempatkan Verifikator BPJS Kesehatan untuk mempermudah dalam melakukan verifikasi berkas dalam proses pemberkasan klaim BPJS, hal ini memberikan tanda bahwa koordinasi antar lembaga ini tidak boleh putus ataupun tidak jelas. Dengan adanya pihak BPJS Puskesmas Kentara mempermudah komunikasi antara


(53)

 

pukesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat pertama dan pihak BPJS kesehatan itu sendiri.

Komunikasi yang utama yang terbentuk dari sistem pada program JKN ini sendiri salah satunya adalah pelaporan, pelaporan menjadi sangat penting terhadap pihak Puskesmas, Rumah Sakit dan BPJS Kesehatan untuk membangun komunikasi yang baik. Selain itu saat ini posisi verifikator BPJS Kesehatan yang ditempatkan di puskesmas Kentara mempermudah pihak Puskesmas, rumah sakit dan BPJS Kesehatan untuk saling bertukar informasi terkait penyelenggaraan program. Sehingga dengan demikian koordinasi yang intensif dapat terbentuk secara baik walau mendapati beberapa kendala terutama terkait dengan akses internet namun, walapun demikian program ini tetap berjalan dengan baik sebagaimana mestinya.

7. Pembahasan Teknologi Informasi Puskesmas Kentara dalam pengelolaan BPJS Kesehatan

Teknologi Informasi (TI) merupakan bidang pengelolaan teknologi dan mencakup berbagai bidang, seperti proses, perangkat lunak komputer, sistem informasi, perangkat keras komputer, bahasa program, dan data konstruksi.

Berdasarkan Roadmap JKN tahun 2012, sebelum BPJS lahir PT Askes telah mengembangkan sumber daya TI dengan sangat baik, beberapa inovasi telah dilakukan diantaranya adalah dikembangkannya platform Asterix Bridging System yang mampu memangkas birokrasi pembayaran klaim dari 2 minggu


(54)

 

menjadi 5 menit. Namun demikian, dengan peningkatan jumlah peserta dari sekitar 16,5 juta jiwa menjadi sekitar 237 juta jiwa nanti pada tahun 2019 maka diperlukan pengembangan menyeluruh sumber daya TI. Kajian yang mendalam terhadap sumber daya TI yang ada saat ini dan analisa kebutuhan di masa yang akan datang mutlak diperlukan.

Secara pelaksanaannya dilapangan, untuk program JKN di puskesmas memiliki satu induk sistem informasi yang berada pada BPJS, sehingga mekanismenya tepat untuk BPJS melakukan pengembangan sistem tersebut. Pada Roadmap JKN 2012 dituliskan bahwa pengembangan TI JKN oleh BPJS Kesehatan harus sesuai dengan 7 aspek yaitu:

a. Relevansi (relevancy)

b. Keakuratan (accuracy) yang memiliki faktor:

kelengkapan (completeness), kebenaran (correctness), dan keamanan (security)

c. Ketepatan waktu (timeliness)

d. Ekonomi (economy) yang memiliki faktor : sumber daya (resources) dan biaya (cost)

e. Efisiensi (eficiency)

f. Dapat dipercaya (reliability) g. Kegunaan (usability)

Jika dilihat pada pelaksanaanya di Puskesmas Kentara yang pada kenyataannya memiliki kendala dalam pengoperasionalan aplikasi yang terkadang


(55)

 

sering tidak mampu dioperasikan dan jaringan internet yang tidakstabil di daerah puskesmas kentara (kecamatan Laeparira) sehingga sering menjadi kendala didalam klaim berkas BPJS kesehatan. Dalam hal ini peneliti memandang bahwa BPJS sudah seharusnya memberikan perhatian lebih terhadap aspek ketepatan waktu dan efisiensi pelaksanaan program dan fasilitas yang memadai terutama di daerah sehingga program dapat berjalan dengan lancar. Hal ini menjadi bahan pertimbangan bagi Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) dan BPJS agar mampu meningkatan kualitas teknologinya dalam pelayanan pada program JKN, seperti yang juga termuat pada Peraturan Presiden No. 71 tahun 2013 pasal 43 yang menyatakan untuk menjaga mutu dan biaya program JKN harus dilakukannya Penilaian Teknologi Kesehatan (Health Technology Assessment)

8.Pembahasan Sikap Para Pelaksana

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah dalam disposisi. Disposisi atau sikap pelaksana akan menimbulkan hambatan hambatan yang nyata terhadap implementasi kebijakan.

Secara umum petugas yang melaksanakan program JKN baik dari sisi medis maupun non-medis harus menjalankan tugasnya sebaik mungkin karena merupakan kebijakan top-down dimana kebijakan atau program ini lahirnya dari


(56)

 

pemerintah pusat untuk seluruh Indonesia Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya, sikap penerimaan terlihat dari pendapat para informan mengenai program yang baru ini, hal ini merupakan salah satu hal positif program dapat berjalan secara berkelanjutan. Pada posisi yang menjadi informan merupakan ujung tombak implementasi program, mereka mengetahui secara jelas tugas dan fungsi jabatannya.

Menurut pendapat Van Metter dan Van Horn, sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan publik biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan

9.Pembahasan Lingkungan

Hal terakhir yang perlu juga diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan.

Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja imlementasi kebijakan. Karena itu,


(57)

 

upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan external.

Jika ditarik dari pernyataan diatas, pada penyelenggaraan program JKN di Puskesmas kentara kecamatan Laeparira, lingkungan yang sangat kondusif dan tepat untuk pelaksanaan program dan kebutuhan masyarakat dan pelaksanaan JKN tidak terlepas dari kinerja pemerintah daerah, dukungan dari pemerintah daerah juga menjadi aspek penentu terselenggaranya program JKN. Oleh sebab itu, pelaksanaan yang mendapat dukungan positif dari pemerintah daerah dan masyarakat menjadi sangat penting, bukan hanya menjadi tanggung jawab implementors (pelaksana) dalam penyelenggaraan program. Namun juga harus terlibatnya masyarakat dan birokrasi daerah dengan perangkat-perangkatnya.

Van Meter dan Van Horn juga mengajukan hipotesis bahwa lingkungan ekonomi sosial dan politik dari yuridiksi atau organisasi pelaksana akan mempengaruhi karakter badan badan pelaksana, kecenderungan para pelaksana dan pencapaian itu sendiri .kondisi lingkungan dapat mempunyai pengaruh yang penting pada keinginan dan kemampuan yuridiski atau organisasi dalam mendukung struktur-struktur, vitalitas dan keahlian yang ada dalam badan badan administrasi maupun tingkat dukungan politik yang dimilki. Kondisi lingkungan juga akan berpengaruh pada kecenderungan kecenderungan para pelaksana. Jika masalah masalah yang dapat diselesaikan oleh suatu program begitu berat dan para warga negara swasta serta kelompok kepentingan dimobilsir untuk mendukung suatu program maka besar kemungkinan para pelaksana menolak program tersebut.


(58)

 

Lebih lanjut Van Meter dan Van Hon menyatakan bahwa kondisi kondisi lingkungan mungkin menyebapkan para pelaksana suatu kebijakan tanpa mengubah pilihan pilihan pribadi mereka tentang kebijakan itu. Akhirnya, faktor-faktor lingkungan ini dipandang mempunyai pengaruh langsung pada pemberian pemberian pelayanan publik. Kondisi kondisi lingkungan mungkin memperbesar atau membatasi pencapaian, sekalipun kecenderungan kecenderungan para pelaksana dan kekuatan kekuatan lain dalam model ini juga mempunyai pengaruh terhadap implementasi program.

C. Pembahasan Implementasi Kebijakan BPJS Kesehatan

1. Pembahasan Aspek Regulasi/Peraturan Perundangan

Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya pada pelaksanaan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara, peraturan-peraturan yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Penyelenggaraan program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara regulasi sudah dapat menjadi pengangan rumah sakit untuk melakukan serangkaian pembuatan standar-standar yang mengikuti kultur rumah sakit.

Aspek Regulasi yang sudah terpenuhi antara lain adalah peraturan mengenai pelaksanaan JKN, sistem pelaporan Puskesmas ke BPJS, sistem pembayaran dan penagihan klaim, dll. Sehingga peneliti melihat bahwa peraturan yang ada sudah mumpuni untuk menjalankan program secara baik dan menjadi pegangan dalam penyelenggaraan di rumah sakit.


(59)

 

2. Pembahasan Aspek Kepesertaan

Kepesertaan BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara pada pelaksanaannya mendapatkan respon yang baik, terlihat dari meningkatnya jumlah pasien yang berobat di puskesmas Kentaradengan program tersebut. Target kepesertaan semesta yang ditargetkan oleh Pemerintah melalui BPJS Kesehatan akan tercapai dengan konsistensi kepesertaan saat ini. Hanya saja diharapkan kedepannya penguatan sistem informasi kepesertaan yang lebih baik.

3. Aspek Keuangan

Jika berkaca kepada pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia, banyak rumah sakit swasta maupun pemerintah yang merasa rugi dalam penyelenggaraan program BPJS Kesehatan karena sering terjadi selisih biaya operasional dengan paket yang ditentukan oleh pemerintah, sebagian besar merupakan rumah sakit swasta ataupun rumah sakit pemerintah yang sudah menjadi Badan Layanan Umum Daerah.

Pada kondisinya saat ini, puskemas Kentara Kecamatan Laeparira yang merupakan SKPD Pemerintahan sendiri mendapatkan dana alokasi tahunan yang telah dianggarkan pemerintah kabupaten Dairi.

Peneliti melihat hal ini mampu menjadi kekuatan sekaligus kelemahan penyelenggaraan program BPJS Kesehatan, jika dilihat keberlangsungan program BPJS Kesehatan, sebaiknya Puskesmas mampu menjadi BLUD sendiri yang akan mampu mengelola keuangan instansinya tanpa campur tangan pemerintah kabupaten dalam proses internalnya. Alasannya, jika nanti pergantian pemimpin


(60)

 

daerah maka bisa saja beberapa program lama tidak akan sesuai dengan program yang baru dari pemerintahan yang baru, yang nantinya akan berefek pada penyelenggaraan pelayanan di rumah sakit.

Hal ini berlandaskan kepada Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dimana pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Saran peneliti agar rumah sakit mampu menjadi BLUD dan mengelola aspek keuangannya secara mandiri dan bertanggung jawab kepada pemerintah daerah dari segi operasional pelayanan.

4.Aspek Pelayanan Kesehatan

Aspek pelayanan kesehatan yang terselenggara di Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira sudah sesuai dengan peraturan yang mengatur serta memenuhi standar kebutuhan dasar pelayanan terhadap pasien dan rumah sakitpun mampu menyelenggarakan pelayanan yang tidak ada dengan sistem rujukan ke rumah sakit rekanan. Dimana yang termasuk dalam hal tersebut adalah Pelayanan Medik Umum, Pelayanan rujukan Gawat Darurat, Pelayanan rujukan Medik Spesialis Dasar, Pelayanan rujukan Spesialis Penunjang Medik, Pelayanan Medik rujukan Spesialis Gigi Mulut, Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, Pelayanan Penunjang Klinik dan Pelayanan Penunjang Non Klinik.


(61)

 

Manfaat yang diperoleh peserta program BPJS Kesehatan sudah sesuai dengan iuran yang mereka bayarkan, pada aspek pelayanan di Puskesmas tidak akan banyak terdapat permasalahan berarti terhadap manfaat dan iuran. Hanya saja pemerintah perlu melakukan kajian- kajian yang lebih baik mengenai iuran serta manfaat karena memang pada pelaksanaannya dilapangan, terutama kepada masyrakat yang terkadang hanya membayarkan iuran beberapa bulan saja, selebihnya mereka memilih untuk tidak melunasi nya karena beberapa faktor.

6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi

Pada aspek kelembagaan di Puskesmas, puskesmas sudah menjalankan fungsinya sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan tingkat pertama, dan BPJS juga sudah menjalankan tugasnya sebagai penyelanggara program JKN. Serta pemerintah sebagai penengah dalam pelaksanaannya. Pemerintah (Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan) merupakan wasit dalam penyelenggaraan JKN agar terlaksana dengan baik. Saran yang peneliti berikan untuk BPJS sebaiknya melakukan peningkatan untuk sistem informasi teknologi, karena aspek kelembagaan dan komunikasi yang dibangun pada program ini bertumpu pada sistem informasi teknologinya.


(62)

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Implementasi Program JKN di Puskesmas Kentara kecamatan Laeparira sudah berlangsung dari awal tahun 2014 dimana program baru diluncurkan oleh Pemerintah Pusat serentak di seluruh Indonesia dan hingga saat ini penyelenggaraan Program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara sudah berjalan sesuai dengan peraturan serta pedoman pelaksanaanya. Terlihat dari adanya komitmen atau kebijakan Puskesmas Kentara, alur pelayanan yang sudah mengikuti prosedur, hingga peraturan pelaksana yang dibentuk untuk mendukung penyelenggaraan program. Selain itu SDM pelaksana di Puskesmas Kentara kecamatan laeparira yang sudah cukup memadai, didukung oleh sumber pendanaan dari klaim BPJS Kesehatan, serta sarana dan prasarana yang sudah baik.

Didukung juga dengan karakteristik puskesmas yang membuat peraturan pelaksana yang sesuai dengan aturan yang dibuat oleh para implementasi program pelayanan kesehatan di Puskesmas Kentara kecamatan laeparira. Serta sikap penerimaan dari pelaksana program juga sangat terlihat. Lingkungan sosial, politik, dan ekonomi yang juga mendukung terselenggaranya program BPJS-Kesehatan.

Tidak dipungkiri dalam penyelenggaraan program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara kecamatan laeparira terdapat beberapa kendala, yaitu:


(63)

 

1. Jumlah faslitas pelayanan kesehatan yang kurang mencukupi dan persebarannya kurang merata khususnya bagi Daerah Pedesaan dengan tingkat utilisasi yang rendah akibat kondisi geografis dan tidak memadainya fasilitas kesehatan pada daerah tersebut

2. Keterlambatan Pencairan Klaim yang terlambat dikarenakan banyaknya tahapan tahapan administratif dalam hal pemberkasan klaim oleh puskesmas kepada BPJS sehingga kadangkala harus membutuhkan waktu Untuk pekerja sektor informal nantinya akan mengalami kesulitan dalam penarikan iurannya setiap bulan karena pada sektor tersebut belum ada badan atau lembaga yang menaungi sehingga akan memyulitkan dalam penarikan iuran di sektor tersebut

3. Permasalahan akan timbul pada penerima PBI karena data banyak yang tidak sesuai antara pemerintah pusat dan daerah sehingga data penduduk tidak mampu tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

4. Teknologi Informasi JKN yang masih sering mengalami gangguan sehingga memperlambat proses pemberkasan klaim, pelayanan pendaftaran, dan pembuatan surat eligibilitas peserta JKN.

5. Masih kurangnya SDM Pelaksana pada tatanan non-medis untuk hal administrasi dan pemberkasan program JKN.

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan terkait penyelenggaraan Program BPJS Kesehatan, yaitu sebagai berikut:


(64)

 

 1. Puskesmas Kentara

Seiring dengan pengembangan program kedepannya yang memiliki cakupan sasaran yang semakin meningkat diharapkan untuk mampu melakukan perhitungan terhadap kebutuhan jumlah SDM yang ada saat ini untuk memproyeksikan kebutuhan SDM dimasa yang akan datang khususnya untuk bidang non-medis.

1. Terkait verifikator online pengiriman klain dan pencairan klaim ke BPJS-Kesehatan (Tegnologi Informasi)

2. Terkait perbedaan nilai tarif pelayanan terhadap masyarakat yang menggunakan kartu BPJS-Kesehatan peneliti menyarankan agar lebih membangun sistem manajemen di Puskesmas secara berkesinambungan untuk penyesuaian tarif mengikuti peraturan yang dikeluarkan pemerintah pusat.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

1. Agar dilakukannya peninjauan secara berkala terhadap kesesuaian biaya riil rumah sakit untuk setiap regional agar seimbang dan tidak merugikan pihak penyedia jasa pelayanan kesehatan.

2. Agar melakukan peninjauan secara berkala pelaksanaan teknologi informasi dan melakukan penilaian teknologi kesehatan pada setiap rumah sakit secara berkal


(1)

ABSTRAK

Nama :Anne Wina Sari Simangunsong NIM :120903051 Departemen :Ilmu Administrasi Negara

Fakultas :Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Judul : Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira

Kab.Dairi,Sumatera Utara Dosen Pembimbing : Drs. Rasudyn Ginting M.Si

Jaminan kesehatan di Indonesia bukanlah barang baru, dari tahun 1985 Indonesia sudah mengenal asuransi kesehatan untuk tenaga kerja, lalu berkembang menjadi PT ASKES (Persero) dan PT Jamsostek (Persero). Untuk menuju penjaminan kesehatan yang lebih baik dan menyeluruh, awal tahun 2014 pemerintah Indonesia melalui Undang-Undang No. 40 tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional meluncurkan program yang dikenal dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui program BPJS-Kesehatan. Namun pada pelaksanaannya masih banyak terdapat kendala, terutama karena terbatas nya fasilitas IT yang ada pada Puskesmas Kentara sehingga berpengaruh terhadap Klaim berkas Program BPJS-Kesehatan. Masalah yang diteliti adalah gambaran implementasi kebijakan Program BPJS-Kesehatan pada Puskesmas Kentara, kecamatan Laeparira kabupaten Dairi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didukung oleh data primer berupa hasil wawancara mendalam serta data sekunder berupa telaah dokumen. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis konten. Penelitian ini dilakukan pada Desember 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Program BPJS-Kesehatan pada Puskesmas Kentara Sudah baik namun belum maksimal dalam pelaksanaannya, terutama dalam hal pencairan klaim yang masih terlambat, teknologi informasi yang belum maksimal, serta SDM non-medis yang masih kurang mencukupi.

Untuk itu disarankan Puskesmas Kentara Kecamatan Laeparira agar meningkatan performa dalam penyelenggaraan Program BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara dalam hal pemberkasan klaim BPJS-Kesehatan dengan penjadwalan yang tepat, perhitungan proporsi SDM non-medis, serta peningkatan kapasitas manajemen Puskesmas agar semakin baik.

Kata-kata Kunci (Keywords): Implementasi Program, BPJS-Kesehatan, Pelayanan Kesehatan, Puskesmas, Kecamatan Laeparira,Kabupaten Dairi


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Kebijakan Publik ... 8

2. Implementasi Kebijakan Publik ... 13

3. Pelayanan Publik ... 19

a. Asas-asas Pelayananan Publik ... 21

b. Standar Pelayanan Publik ... 23

c. Kualitas Pelayanan Publik ... 23

4. Pelayanan Kesehatan ... 25

a. Syarat Pelayanan Kesehatan ... 27

b. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan ... 28

5. Program Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) ... 29

a. Dasar Hukum Program Badan Penyelenggeraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-Kesehatan) ... 29

b. Manfaat Program Program Badan Penyelenggeraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-Kesehatan) ... 31

c. Fasilitas Program Program Badan Penyelenggeraan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS-Kesehatan) ... 32

6. Organisasi ... 34

F. Defenisi Konsep ... 37

G.Sistematika Penulisan ... 40

BAB II METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian ... 42

B. Lokasi Penelitian ... 42

C. Jenis Penelitian ... 42

D. Informan Penelitian ... 43

E.Teknik Pengumpulan Data ... 44

F.Teknik Analisis Data ... 45

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 47

1. Luas dan Batas Wilayah ... 48


(3)

3. Kondisi Geografis dan Fasilitas Kesehatan ... 49

B. Puskesmas Kentara ... 50

1. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Kentara ... 51

2. Nilai nilai organisasi Puskesmas Kentara ... 51

3. Visi dan Misi Puskesmas Kentara ... 52

4. Sarana dan Prasarana Puskesmas Kentara ... 54

5. Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas Kentara ... 54

6. Struktur Organisasi Puskesmas Kentara ... 56

7. Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Unit Kerja Puskesmas ... 57

a. Kepala Puskesmas ... 57

b. Bagian Poli Umum ... 58

c. Bagian ruang bersalin ... 59

d. Bagian Gizi ... 59

e. Bagian Loket Administrasi umum dan registrasi Kartu ... 60

f. Bagian kamar Obat ... 60

8. Kondisi Pegawai Puskesmas Kentara ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Informan Penelitian ... 62

B. Gambaran Umum Puskesmas Kentara ... 63

1. Profil Singkat Puskesmas Kentara Kec. Laeparira ... 63

2. Visi dan Misi Puskesmas Kentara Kec.Laeparira ... 64

3. Lokasi ... 65

4. Tugas dan Fungsi Puskesmas Kentara ... 65

C. Implementasi Kebijakan BPJS-Kesehatan ... 66

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan ... 66

a. Peraturan Pelaksana Program BPJS-Kesehatan ... 66

b. Sasaran Program BPJS-Kesehatan ... 68

c. Sumber Daya Manusia ... 70

d. Karakteristik Agen Pelaksana ... 73

e. Komunikasi Antar Agen Pelaksana ... 74

1. Penyelenggaraan Program BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara ... 74

2. Komunikasi Antar lembaga ... 74

3. Teknologi Informasi BPJS Kesehatan di Puskesmas Kentara ... 76

4. Sikap Para Pelaksana ... 77

5. Lingkungan ... 78

f. Implementasi Kebijakan JKN Berupa Pelayanan Puskesmas Berda - sarkan 6 Aspek Penyelenggaraan BPJS-Kesehatan ... 80

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN A. Pembahasan Implementasi BPJS-Kesehatan di Puskesmas Kentara ... 88

B. Pembahasan Ukuran dan Tujuan Kebijakan ... 88

1. Peraturan Pelaksana Program BPJS-Kesehatan ... 89


(4)

3. Pembahasan Sumber Daya sarana dan Prasarana ... 92

4. Pembahasan Karakteristik Organisasi Pelaksana ... 93

5. Pembahasan Komunikasi Antar Organisasi Pelaksana ... 94

6. Pembahasan Komunikasi Antar Lembaga ... 95

7. Pembahasan Teknologi Informasi Puskesmas Kentara dalam Pengelo- laan BPJS Kesehatan ... 96

8. Pembahasan Sikap Para Pelaksana ... 98

8. Pembahasan lingkungan ... 99

C. Pembahasan Implementasi Kebijakan BPJS Kesehatan ... 101

1. Pembahasan Aspek Regulasi/Peraturan Perundangan... 101

2. Pembahasan Aspek Kepesertaan ... 101

3. Aspek Keuangan ... 102

4. Aspek Pelayanan Kesehatan ... 103

5. Aspek Manfaat dan Iuran ... 103

6. Aspek Kelembagaan dan Organisasi ... 104

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

1. Puskesmas Kentara ... 107

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ... 107

3. Pemerintah Kabupaten Dairi ... 108

4. Peneliti Lain ... 108 DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Luas wilayah dan Jumlah Penduduk kecamatan Laeparira ... 49 Tabel 1.2. : Sarana Kesehatan Puskesmas Kentara ... 50 Tabel 1.3. Keadaan Pegawai Puskesmas Kentara Berdasarkan Pangkat atau

Golongan ... 61 Tabel 1.4.Keadaan pegawai Puskesmas Kentara Berdasarkan -

Jenis Kelamin ... 61 Tabel 1.5. Informan Penelitia ... 63 Tabel.1.6 Tenaga Medis Puskesmas Kentara tahun 2015 ... 71 Tabel 1.7. Target Peserta Jaminan Kesehatan yang dikelola BPJS-


(6)

DAFTAR GAMBAR


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 0 8

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 0 2

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 2 41

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 0 5

Implementasi Program Bpjs-Kesehatan dalam pelayanan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat(Puskesmas) Studi pada Puskesmas Kentara kec.Laeparira Kab.Dairi,Sumatera Utara

0 0 3

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 10

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 1

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 25

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 1 5

Implementasi Program BPJS Kesehatan Dalam Pelayanan Kesehatan Masyarakat Puskesmas Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 2