Macam-Macam Kompensasi PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI
memory mengenai apa yang pernah diterima karyawan sebagai ganti
kontribusi mereka kepada organisasi.
Persepsi karyawan memiliki aspek kognitif yang memberikan keyakinan kepada guru tersebut mengenai kompensasi yang mereka terima.
Misalnya, dengan jumlah kompensasi yang diterima, seorang guru merasa yakin bahwa jumlah kompensasi tersebut sudah mencukupi. Selain itu, aspek
afektif yang melibatkan emosi atau perasaan dapat menjadi sarana untuk memaknai kompensasi itu sendiri. Misalnya, seorang guru sangat merasa
senang dan terpenuhi kebutuhannya dengan jumlah kompensasi yang diterima tersebut. Aspek konatif juga menjadi salah satu bagian dari persepsi itu
sendiri yang melibatkan perhatian dan kesadaran para guru untuk memfokuskan segala aktivitas terhadap stimulus, yaitu kompensasi baik
kompensasi finansial maupun kompensasi non finansial. Contohnya, seorang guru sangat fokus dan menunjukkan profesionalisme kerja mereka dengan
jumlah kompensasi yang diterimanya Sears; Shelley; dan Letitia, 2009. Berdasarkan penjelasan tersebut, individu dengan persepsi yang positif
terhadap kompensasi yang diterima akan meyakini bahwa kompensasi yang diterima akan mencukupi, merasa senang bahwa kompensasi tersebut dapat
memenuhi kebutuhannya, dan individu akan lebih fokus terhadap apa yang menjadi tanggungjawabnya. Hal tersebut yang kemudian membuat individu
merasa harapannya terpenuhi dan diterima dengan baik oleh rekan kerja, sehingga individu tersebut akan memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja.
Sebaliknya, individu dengan persepsi negatif terhadap kompensasi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
diterima akan merasa tidak yakin jika kompensasi yang diterima mencukupi, merasa bahwa kompensasi yang diterima tidak dapat memenuhi
kebutuhannya, dan
tidak fokus
terhadap apa
yang menjadi
tanggungjawabnya. Hal tersebut yang kemudian membuat individu merasa harapannya tidak terpenuhi dan tidak diterima oleh rekan kerja, sehingga
individu tersebut akan memiliki motivasi rendah dalam bekerja. Munandar 2001 menyatakan bahwa motivasi kerja menggerakkan
karyawan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing dan mencapai sasaran dengan penuh kesadaran, kegairahan, serta tanggung jawab.
Karenanya, motivasi kerja berkaitan erat dengan performansi kerja individu. Apabila motivasi kerja individu rendah, maka performansi kerjanya akan
rendah meskipun sebenarnya kemampuan individu termaksud memadai, pun sebaliknya. Motivasi kerja menjadi hal yang sangat penting kaitannya dengan
kehidupan kerja seseorang. Hal tersebut menjadi penting karena motivasi merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan untuk bekerja
Steers Porter, 1975. Motivasi kerja karyawan memiliki aspek kognitif yang memberikan
andil dalam membentuk motivasi yang berupa adanya nilai dan juga kepercayaan. Misalnya, seorang guru memiliki nilai dan kepercayaan bahwa
dengan jumlah kompensasi yang diterima berapapun harus tetap disyukuri sebagai rejeki untuk kita. Selain itu, melalui aspek pembelajaran, motivasi
kerja setiap orang terbentuk dengan cara yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran setiap orang berbeda-beda pula. Misalnya,