F. Metode Pengukuran
1. Organisasi Data
Organisasi data dilakukan dengan menyusun data hasil wawancara dan catatan lapangan secara rapi dan sistematik agar membantu
peneliti memperoleh data yang baik dan memudahkan proses penelusuran data. Setelah itu, peneliti akan melakukan pengkategorian
dan pengkodean sesuai dengan aspek jenis strategi coping.
2. Koding
Koding merupakan proses mengolah materiinformasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya Rossman dan Rallis,
dalam Creswell, 2010. Delapan langkah dalam proses koding menurut Tesch dalam Creswell, 2010 yaitu:
Delapan langkah proses koding:
a Berusaha untuk memperoleh pemahaman umum. Membaca semua
transkripsi dengan hati-hati dan berusaha menangkap gagasan-
gagasan inti dari transkripsi tersebut.
b Pilih satu dokumen yang paling menarik, paling singkat, dan paling
penting. Tulislah gagasan tersebut dalam bentuk catatan kecil.
c Buatlah daftar topik mengenai semua topik yang diperoleh lalu
gabungkan topik-topik yang sama.
d Ringkaslah topik-topik ini menjadi sebuah kode, lalu tulislah kode
tersebut dalam sebuah segmen atau kategori.
e Buatlah satu kalimatfrasakata yang paling cocok untuk
menggambarkan topik-topik yang sudah diperoleh sebelumnya, lalu masukkan topik-topik ini dalam kategori khusus.
f Ringkas kembali kategori-kategori ini, lalu susunlah kode-kode
untuknya. g
Masukkan materi-materi data ke dalam setiap kategori tersebut dan bersiaplah untuk melakukan analisis awal.
h Jika perlu, kodinglah kembali data yang sudah ada.
3. Analisis Data
Analisis yang digunakan adalah analisis tematik. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi yang dapat menghasilkan
tema, model tema atau indikator kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal diantara atau gabungan dari yang
telah disebutkan. Tema tersebut akan mampu mendeskripsikan tema bahkan menginterpretasikan tema. Analisis tema akan membantu
peneliti menemukan “pola” tertentu yang masih tersebar secara acak dalam data verbatim. Setelah menemukan pola, peneliti akan
mengklasifikasikan pola tersebut dengan cara memberi label, definisi, atau deskripsi Boyatzis dalam Poerwandari, 2005.
G. Kredibilitas Penelitian
Keberhasilan penelitian ini akan terlihat dari deskripsi coping stress perawat lansia di panti werdha. Selain itu, keberhasilan penelitian juga
dilihat dari member checking. Member checking adalah pengecekan kembali data yang sudah diberikan kepada subjek dengan cara
menunjukkan hasil akhir penelitian kepada subjek. Dengan cara ini, peneliti memastikan keakuratan hasil penelitian yang berupa rumusan
tema-tema pada subjek. Jika rumusan tema-tema tersebut sudah disetujui keakuratannya oleh subjek, maka peneliti dapat menuliskan hasil rumusan
tema sebagai laporan akhir Creswell dalam Supratiknya, 2015. Lincoln dan Guba dalam Poerwandari, 2005 mengemukakan bahwa reliabilitas
penelitian kualitatif mengenal transferability, yaitu hasil penelitian dapat diterapkan pada situasi lain yakni coping stress perawat pada lansia yang
tinggal di panti werdha dengan subjek yang berbeda.
43
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Profil Responden
Peneliti melibatkan tiga orang subjek berjenis kelamin perempuan yang bekerja sebagai perawat lansia yang tinggal di panti werdha. Berikut ini
adalah profil dari responden dalam penelitian ini:
1. Responden R
Responden pertama adalah seorang perempuan berusia 43 tahun dengan inisial R. Pendidikan terakhir responden adalah pada tingkat
SMA. Responden berstatus belum menikah dan beragama Kristen. Responden tidak pernah mengikuti kursus atau pelatihan khusus untuk
merawat lansia. Sebelum merawat lansia di panti werdha tempat ia bekerja
sekarang, ia hanya pernah merawat neneknya. Melalui pengalaman merawat neneknya tersebut, responden merasa terpanggil untuk
melayani dengan cara merawat lansia di panti werdha yang dikelola oleh yayasan Kristen di Yogyakarta.
Lansia yang tinggal di panti werdha tempat responden R bekerja berjumlah 10 orang, 8 orang berjenis kelamin perempuan dan 2 orang
berjenis kelamin laki-laki. Kondisi lansia di panti tersebut cukup baik, namun ada 2 orang lansia yang harus dirawat secara intensif karena
harus memakai infus. Kedua lansia tersebut menderita penyakit kronis dan mengalami cacat mental dan cacat fisik. Sedangkan pengurus
panti werdha berjumlah 3 orang, namun hanya responden R yang bersedia tinggal di panti werdha tersebut. Terdapat beberapa kegiatan
rutin yang dilakukan bersama-sama dengan para lansia. Kegiatan senam bersama dilakukan seminggu sekali setiap hari Jumat dipimpin
oleh instruktur senam lansia. Selain itu, ada kegiatan membaca Alkitab dan berdoa bersama setiap hari yang dilaksanakan pada pukul
7 pagi atau sebelum sarapan.
2. Responden SR
Responden kedua adalah seorang perempuan berusia 19 tahun dengan inisial SR. Pendidikan terakhir responden adalah pada tingkat
SMA, kemudian ia mengikuti pelatihan untuk menjadi perawat lansia di salah satu LPK di Purwokerto. Responden beragama Islam dan
berstatus belum menikah. Saat ini responden SR merawat lansia di panti werdha yang
dikelola oleh yayasan Kristen di Purbalingga. Sebelum merawat di panti werdha tempat ia bekerja sekarang, responden SR mengaku
bahwa ia sempat merawat di salah satu panti werdha di Semarang. Responden SR mengaku bahwa ia memutuskan untuk menjadi
perawat lansia atas dasar keinginannya sendiri, berbekal pengetahuan dari pelatihan yang sudah pernah diikutinya.
Di panti werdha tempat responden ST bekerja, lansia yang tinggal di panti tersebut berjumlah 13 orang, 9 orang perempuan dan 3 orang
laki-laki. Kondisi lansia di panti tersebut cukup baik, sebagian besar lansia masih sehat, hanya ada sekitar 3 orang yang harus memakai
kursi roda karena kondisi fisik yang sudah lemah. Sedangkan perawat dan pengurus panti werdha tersebut berjumlah 20 orang, 15 orang
perawat lansia dan 5 orang pengurus panti werdha. Semua perawat lansia tinggal di panti werdha tersebut. ada beberapa kegiatan rutin
yang dilakukan bersama lansia. Di panti werdha tersebut juga ada beberapa kegiatan rutin, diantaranya adalah senam pagi setiap hari
Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selain itu ada pula kegiatan membaca Alkitab dan berdoa bersama. Responden ST mengaku bahwa
walaupun ia beragama non Kristen, ia tetap mengikuti kegiatan tersebut.
3. Responden SN
Responden ketiga adalah seorang perempuan berinisial SN yang berusia 20 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden
adalah SMA. Setelah lulus SMA, responden mengikuti pelatihan khusus untuk merawat lansia di Purwokerto. Responden beragama
Islam dan belum menikah. Saat ini responden SN merawat lansia di panti werdha yang
dikelola oleh yayasan Kristen di Purbalingga. Sama seperti responden PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI