Dalam hal menjaga kebersihan lansia, responden II mengaku bahwa ia bertugas untuk mengepel dan menjaga kebersihan
kamar para lansia. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut:
“Kalo pagi paling yang pertama ngepel depan gitu dulu terus nyiapin air panas buat mandi, gitu ntar jam
setengah 6 mandiin.” 8-10
“Kalo makan ya selalu ikut mba, makan terus sampe selesai gitu, kan kalo di belakang ada yang disuapin 1,
terus makannya juga dihalusin.” 15-17
Selain itu responden II juga bertugas untuk mengantar lansia yang mengeluh sakit ke poliklinik dan mengawasi lansia
dalam mengonsumsi obat-obatan. Ketika waktu makan sudah tiba, responden II bersama perawat lainnya menyiapkan
makanan untuk para lansia. Lansia yang cacat atau sedang sakit biasanya disuapi oleh perawat.Hal ini dibuktikan dengan kutipan
pernyataan responden II sebagai berikut:
“Kalo misalkan ada yang sakit langsung dibawa ke balai pengobatan yang di depan. Kadang juga ditanya satu-
satu, ada yang sakit apa nggak. Kalo ada yang lemes nggak kayak biasa ditanyain kenapa, ada yang sakit apa
pusing gitu mba.” 20-24 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Malem-malem pasti ada yang manggil, kalo ada yang mau kencing atau apa kan mesti manggil buat bantuin
kencing.” 29-31
b. Kendala atau stressor dalam merawat lansia
Pada saat merawat lansia, responden II mengaku ada beberapa kendala yang dialaminya. Kendala yang sering
dialami yaitu lansia yang susah diberitahu untuk mandi. Selain itu lansia juga menggit dan mencakar perawat ketika
dimandikan. Responden II mengaku bahwa ada beberapa lansia yang susah dimandikan dan sering memberontak. Perilaku
lansia ini membuat responden II kesulitan dalam merawat. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan pernyataan sebagai berikut:
“Ya itu sih, kalo dimandiin ada yang suka nggigit. Ada yang nggigit, ada yang nyakar. Terus kalo di depan juga
yang mandiin harus berdua mba.”38-41
“Emm... paling kalo susah dibilangin gitu, yang dibelakang itu susah mandi, susah dibilangin suruh
mandi.” 36-37
Responden II juga mengalami kesulitan saat merawat lansia dengan kondisi lemah mental dan menderita pikun. Lansia
yang pikun sering bertanya hal yang sama secara berulang sehingga responden II merasa kewalahan dalam
menanggapinya. Selain itu, responden II juga mengaku bahwa lansia sering berkata kasar sehingga ia merasa sedih dan
jengkel. Kendala ini menyebabkan responden II merasa stres pada saat awal merawat lansia, namun lama-kelamaan ia
terbiasa menghadapi perilaku lansia tersebut. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan sebagai berikut:
“Yang... itu yang pikun mba. Nanya terus, baru sebentar nanya, udah dijawab nanya lagi. Ngomong terus tapi
omongannya diulang terus. Kadang ya capek nanggepinnya, jengkel juga udah dijawab, nanya lagi
gitu mba .”79-83
“Kadang juga ada yang ngatain kasar mba. Kalo udah gitu yang bikin saya sedih, ya jengkel juga. Dulu awal ya
sempet stres digituin, tapi makin kesini ya biasa aja.” 100-103
c. Strategi coping stress
Dalam menghadapi stressor yang dialaminya, responden II melakukan beberapa strategi coping yang dianggap efektif
untuk mengurangi rasa stresnya. Responden II mengaku bahwa sebagai tindakan kuratif, ia sering mengungkapkan perasaan
dan keluhannya dengan cara bercerita dengan temannya. Selain itu, responden II juga mendapatkan dukungan sosial berupa
motivasi dan semangat serta nasihat dari teman-teman, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
orangtua, dan Kepala Panti. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut:
“Emm... paling ya cerita, curhat sama temen-temen. Nanti temen-temen bilang, udah diemin aja, kalo
ngamuk didiemin aja nanti kan cape sendiri.” 62-65
“Seringnya dibilangin sama Bu Prapti, dikasih semangat gitu mba, disini kan bukan cuma kerja biasa ngerawat
lansia tapi juga melayani.” 67-69
“Tapi ya seringnya kalo ada masalah apa lagi jengkel stres gitu cuma cerita ke temen sih mba, kadang malah
mereka bikin buat bercandaan.” 115-117
Selain strategi coping yang sudah disebutkan, responden II juga mengatasi rasa stresnya dengan cara meminta bantuan
pada teman-temannya ketika sedang mengalami kesulitan. responden II juga terus melakukan latihan dalam merawat
lansia supaya ia dapat terbiasa dalam merawat lansia. Selain itu, secara personal responden II juga beranggapan bahwa saat
ia bisa menerima keadaan dan menjalankan tugasnya sebagai perawat lansia dengan sabar dan menerima segala resiko yang
ada, ia merasa stres yang dirasakannya tidak terlalu berat. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai
berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
“Ya gitu latian terus tiap hari, minta bantuan sama temen, dibantu sama temen juga.” 59-61
“Jadi ya harus dihadapi aja, sama banyak-banyak sabar. Kalo nerima keadaan malah jadi nggak stres
banget mba. Kerjaan merawat lansia ini kan juga saya sendiri yang mau, jadi apa aja resikonya ya saya terima
aja mba.” 107-111
Dalam upaya menghadapi stresnya, responden II berkata bahwa ia juga melakukan tindakan preventif dengan
mendekatkan diri pada Tuhan sholat. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan responden sebagai berikut:
“Ya paling berdoa aja sih mba. Sama telepon ibu, cerita- cerita. Nanti sama ibu paling dibilang yaudah sabar aja,
dijalanin aja gitu.” 75-78
Berdasarkan paparan dari responden II, dapat disimpulkan bahwa stres muncul saat ada lansia yang berkata kasar, tidak
mau dilayani, dan melakukan tindakan agresi. Untuk mengatasi stresnya, sebagai tindakan preventif responden II
melakukan upaya mendekatkan diri pada Tuhan. Sedangkan upaya kuratif yang dilakukannya adalah bercerita pada orang
lain sehingga ia mendapatkan semangat dan motivasi. Hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI