mengembangkan potensi dan daya kreasinya dengan penuh tanggung jawab. Namun kenyataannya, supervisi di sekolah belum dilakukan secara efektif
oleh kepala sekolah. Supervisi yang efektif dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan, karena tidak ada satu pekerjaan dalam
pendidikan yang dapat mencapai tujuan tanpa supervisi, sekalipun petugasnya memiliki dedikasi yang tinggi, kepandaian dan keterampilan.
Pembinaan kepala sekolah sebagai supervisor kepada guru-guru adalah membantu guru-guru dalam pengembangan kurikulum, pengorganisasian
pengajaran, pemenuhan fasilitas belajar, perencanaan dan pemerolehan bahan pengajaran sesuai dengan rancangan kurikulum, perancangan dan
implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar, pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar-mengajar,
pengkoordinasian antar kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan layanan yang lain, pengembangan hubungan dengan masyarakat, dan dalam
pelaksanaan evaluasi. Usaha kepala sekolah sebagai supervisor dalam mewujudkan peningkatan
mutu ini sudah banyak dilakukan pada setiap sekolah, diantaranya dengan mengadakan pemeriksaan terhadap guru dalam membuat persiapan mengajar,
memasuki ruangan atau kelas sewaktu guru mengajar, observasi, diskusi, membantu guru dalam menganalisis kesulitan, membantu guru dalam
merumuskan tujuan, dan penerbitan operasional tugas-tugas yang disertai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dengan tindakan pencegahan. Hingga saat ini masih terlihat tanda-tanda bahwa realitasnya belum memuaskan. Masih ada rasa ketidakpuasan terhadap
kepala sekolah sebagai supervisor. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Aisyah A.R. dkk 1996 yang menuliskan bahwa masih
langkanya guru-guru profesional adalah akibat sikap nilai dan kepribadian guru belum mendapat perhatian khusus. Dapat dilihat pula dari hasil diskusi
panel tentang peranan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan yang dilaksanakan Kanwil Depdikbud Sumatera Selatan, bahwa sikap profesional
guru masih memprihatinkan, karena kurangnya bimbingan dari kepala sekolah sebagai supervisor sehingga guru gagal menjadi tokoh identifikasi karena
dalam jiwa dan diri mereka belum muncul motivasi untuk menjadi tenaga- tenaga yang profesional. Ini menunjukkan bahwa usaha-usaha yang telah
dilakukan supervisor belum dapat sepenuhnya melakukan pengarahan, membimbing dan memberikan rasa kepuasan kepada guru-guru.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian ini untuk mencari sebab-sebab kelemahan sebagai
umpan balik dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan, khususnya supervisor dan guru-guru sekolah menengah atas.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja guru di sekolah menengah atas diantaranya lingkungan kerja, tingkat pekerjaan, supervisi,
sifat pekerjaan, lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi perasaan seseorang untuk bekerja. Dalam penelitian ini yang akan dibahas hanya salah
satu penentu kepuasan kerja guru sekolah menengah atas yaitu supervisi kepala sekolah.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut. Apakah ada
hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan positif dan signifikan
antara supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru.
E. Manfaat Penelitian
1 Bagi kepala sekolah
Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan masukan untuk bahan pertimbangan kepala sekolah dalam melakukan kegiatan
supervisi secara kontinu dan baik terhadap proses aktivitas belajar- mengajar yang dilakukan guru-guru, karena guru adalah orang yang
langsung berhadapan dengan anak didik dan sekaligus sebagai penentu baik-buruknya hasil belajar.
2 Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan bagi Mahasiswa Mahasiswi Universitas Sanata Dharma, bahan pertimbangan
dan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya, khususnya yang menyangkut supervisi kepala sekolah. Selain itu juga dapat memberikan
gambaran tentang bagaimana hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah menengah atas.
3 Bagi Penulis
Pelaksanaan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman
yang bermanfaat khususnya mengenai bagaimana dan seperti apa hubungan supervisi kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah
menengah atas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritik
1. Pengertian Kepuasan Kerja
Menurut Robbins 1993:177 kepuasan kerja adalah sikap umum individu terhadap pekerjaannya. Dia juga menekankan bahwa seseorang dengan
tingkat kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya, sementara seseorang yang tidak puas dengan pekerjaan
cenderung mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya. Menurut Joseph Tiffin kepuasan kerja adalah sikap karyawan terhadap
pekerjaan, situasi kerja, kerjasama diantara pemimpin dan sesama karyawan. Begitu juga dengan Spector 1996:214 yang berpendapat bahwa kepuasan
kerja merupakan variabel sikap yang menggambarkan perasaan seseorang terhadap keseluruhan pekerjaan mereka dan juga berbagai aspek pekerjaan
tersebut. Menurut Anoraga 1992:81 kepuasan kerja merupakan sikap umum yang
merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor-faktor pekerjaannya penyesuaian diri dan hubungan sosial individu di luar kerja.
Dari beberapa pengertian dirumuskan untuk para ahli, dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap positif yang
menyenangkan yang dimiliki seorang karyawan terhadap pekerjaan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI