Pengertian Supervisi Tinjauan Teoritik

a. Membangkitkan dan merangsang semangat guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dalam menjalankan tugasnya masing-masing dengan sebaik-baiknya. b. Berusaha mengadakan dan melengkapi alat-alat perlengkapan termasuk macam-macam media instruksional yang diperlukan bagi kelancaran jalannya proses belajar-mengajar yang baik. c. Bersama guru-guru, berusaha mengembangkan, mencari dan menggunakan metode-metode baru dalam proses belajar-mengajar yang lebih baik. d. Membina kerja sama yang baik dan harmonis antara guru, murid, dan pegawai sekolah lainnya. e. Berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai sekolah, antara lain dengan mengadakan workshop, seminar, inservice- training, atau up-grading Perlu ditambahkan di sini bahwa menurut struktur organisasi Dep. P K Purwanto yang berlaku sekarang ini, yang termasuk supervisor dalam pendidikan adalah kepala sekolah, penilik sekolah, dan para pengawas di tingkat kabupatenkotamadya, serta staf kantor bidang yang ada di tiap Provinsi. Menurut Keputusan Menteri P dan K RI No.013401997, tugas pegawas dalam pendidikan dirinci sebagai berikut. a. Mengendalikan pelaksanaan kurikulum meliputi isi, metode penyajian, penggunaan alat perlengkapan dan penilaiannya agar berlangsung sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Pengendalian tenaga teknis sekolah agar terpenuhi persyaratan formal yang berlaku dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Mengendalikan pengadaan, penggunaan dan pemeliharaan sarana sekolah sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta menjaga agar kualitas dan kuantitas sarana sekolah memenuhi ketentuan dan persyaratan yang berlaku. d. Mengendalikan tata usaha sekolah meliputi urusan kepegawaian, urusan keuangan dan urusan perkantoran agar berjalan sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. e. Mengendalikan hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain dengan pemerintah daerah, dunia usaha dan lain-lain. f. Menilai proses dan hasil pelaksanaan kurikulum berdasarkan ketahapan dan waktu. g. Menilai pelaksanaan kerja tenaga teknis sekolah. h. Menilai pemanfaatan sarana sekolah. i. Menilai efesiensi dan keefektifan tata usaha sekolah. j. Menilai hubungan kerja sama dengan masyarakat, antara lain pemerintah daerah, dunia usaha, dan lain-lain. k. Melaksanakan program supervisi sekolah serta memberikan petunjuk perbaikan terhadap penyimpangan dalam pengelolaan kelas yang meliputi segi: 1 proses dan hasil pelaksanaan kurikulum yang dicapai pada periode tertentu; 2 kegiatan sekolah di bidang pengelolaan gedung dan bangunan, halaman, perabot dan alat-alat kantor dan sarana pendidikan lainnya; 3 pengembangan personel sekolah termasuk kepala sekolah, guru, tenaga tata usaha yang mencakup segi disiplin, sikap dan tingkah laku, pembinaan karier, peningkatan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan profesi masing-masing; 4 tata usaha sekolah termasuk urusan keuangan, urusan sarana, dan urusan kepegawaian; hubungan sekolah dengan badan pembantu penyelenggara pendidikan dan masyarakat umumnya.

5. Tipe-tipe supervisi

Fungsi pokok pemimpin sekolah sebagai supervisor terutama ialah membantu guru-guru dalam mengembangkan potensi-potensi mereka sebaik- baiknya. Burton dan Brueckner Purwanto, 1987:88 mengemukakan adanya lima tipe supervisi yaitu inspeksi, laissez-faire, coercive, training and guidance, dan democratic leadership. Secara singkat kelima tipe tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Supervisi sebagai inspeksi Dalam administarsi dan kepemimpinan yang otokritas, supervisi berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan guru atau bawahan. Orang-orang yang bertugasmempunyai tanggung jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur. Istilah ini masih berlaku resmi dan umum di negara kita meskipun sebenarnya tugas dan pelaksanaan sudah banyak mengalami perubahan. b. Laissez faire Kepengawasan yang bertipe laissez faire sesungguhnya merupakan kepengawasan yang sama sekali tidak konstruktif. Kepengawasan ini membiarkan guru-gurubawahan bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk dan bimbingan. Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka ingini dengan cara yang mereka kehendaki masing-masing. Seorang kepala sekolah yang termasuk tipe ini sama sekali tidak memberikan bantuan, pengawasan, dan koreksi terhadap perkerjaan guru- guruanggota yang dipimpinnya. Pembagian tugas dan kerja sama diserahkan sepenuhnya kepada mereka masing-masing, tanpa petunjuk atau saran-saran, tanpa adanya koordinasi. c. Coercive supervision Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi, tipe kepengawasan ini bersifat otoriter. Mungkin dalam hal-hal tertentu kepengawasan tipe coercive ini berguna dan sesuai; misalnya bagi guru yang mulai belajar-mengajar. Akan tetapi, untuk perkembangan pendidikan pada umumnya tipe coercive ini banyak kelemahannya. Tidak semua kepala sekolah atau supervisi cara-cara mengajar yang baik untuk seluruh mata pelajaran. d. Supervisi sebagai latihan bimbingan Tipe supervisi ini berlandaskan suatu pandangan bahwa pendidikan itu merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga Berdasarkan pandangan bahwa orang-orang yang diangkat sebagai guru pada umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di sekolah guru. Oleh karena itu melatih to train dan memberi to guide kepada guru-guru tersebut dalam tugas pekerjaannya sebagai guru. Tipe ini baik, terutama bagi guru-guru yang baru mulai mengajar setelah keluar dari sekolah guru. Kelemahannya ialah pengawasan, petunjuk-petunjuk, ataupun nasihat-nasihat yang diberikan dalam rangka training dan bimbingan itu bersifat kuno, sudah tidak sesuai lagi dengan