14
h. Berhubungan seksual seperti suami isteri
Berhubungan  seksual  seperti  suami isteri  adalah  perilaku  seksual  yang dilakukan  antara  laki-laki  dan  perempuan  dengan  cara  memasukkan
penis  yang  ereksi  ke  dalam  vagina  untuk  mendapatkan  kepuasan seksual atau orgasme.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual
Beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seksual, antara lain: a.
Jenis kelamin Remaja  laki-laki  memiliki  tingkat  perilaku  seksual  yang  lebih
tinggi  daripada  remaja  perempuan  Soetjiningsih,  2008;  Nursal  2008. Menurut Situmorang 2003, hal ini disebabkan karena remaja laki-laki
memiliki  kesempatan  dan  kebebasan  yang  lebih  banyak  untuk melakukan hubungan seksual dibandingkan dengan remaja perempuan.
Ada  pula  penelitian  yang  menyatakan  bahwa  perempuan  memiliki hasrat seksual yang cukup tinggi, namun lebih bisa menahan diri untuk
menyalurkannya  dibanding  dengan  laki-laki  Lendis  dalam  Milles, 1971.
b. Usia
Menurut  Fisgher  dan  Hall  dalam  Sari,  2009  usia  adalah  salah satu  faktor  yang  mempengaruhi  perilaku seksual  remaja,  yakni  remaja
menengah  dan  remaja  akhir  lebih  cenderung  permisif  dibandingkan
15
dengan  remaja  awal  karena  masih  adanya  pengaruh  yang  besar  dari orang tua.
c. Harga diri
Harga  diri  menunjukkan  korelasi  yang  bervariasi  terhadap aktivitas  seksual.  Beberapa  penelitian  menunjukkan  bahwa  aktivitas
seksual  lebih  tinggi  dilakukan  oleh  remaja  yang  memiliki  harga  diri rendah,  namun  beberapa  penelitian  lain  mengungkapkan  hasil  yang
berlawanan Cocker, dkk., 1994; Benson  Torpy, 1995; Spencer, dkk., 2002, Carvajal, Parcel,  Banspach, 1999; Resnick, dkk., 1997.
d. Hubungan orang tua dengan remaja
Menurut Soetjiningsih 2008 hubungan orang tua dengan remaja memiliki  pengaruh  yang  besar  terhadap  perilaku  seksual  remaja.
Pemberian informasi serta pemahaman yang utuh dari orang tua tentang seksualitas  mampu  menghambat  munculnya  perilaku  seksual  yang
menyimpang pada remaja Welling, Nanchahal,  Macdowall, 2001. e.
Pengalaman berpacaran Pengalaman berpacaran memiliki pengaruh kuat terhadap perilaku
seksual  Taufik    Anganthi,  2005;  Nursal,  2008.  Sebagian  besar hubungan seksual dilakukan pada saat berkencan dengan pacar sebagai
bukti  rasa  cinta  Taufik    Anganthi,  2005.  Menurut  Nursal  2008, saat  seseorang  telah  lama  tidak  bertemu  dengan  pacar,  besar
kemungkinan  akan  muncul  perilaku  seksual  saat  bertemu.  Sedangkan, bila  seseorang  sering  bertemu  dengan  pacar,  akan  timbul  keinginan
16
untuk  mencoba  bentuk  perilaku  seksual  baru  supaya  situasi  pacaran tidak membosankan.
Disimpulkan  bahwa  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  perilaku seksual adalah jenis kelamin, usia, harga diri, hubungan orang tua dengan
remaja, dan pengalaman berpacaran.
4. Pengukuran Perilaku Seksual
Peneliti  menggunakan  skala  perilaku  seksual  yang  dibuat  sendiri oleh  peneliti  yang  mengukur  perilaku  seksual  secara  umum.  Skala  ini
menanyakan  kepada  remaja  mengenai  perilaku  seksual  yang  dilakukan bersama  pacar  selama  1  bulan  terakhir,  mulai  dari  berpegangan  tangan
hingga berhubungan seksual seperti suami isteri. Alasan pemilihan rentang waktu 1 bulan terakhir adalah keterbatasan daya ingat manusia. Salah satu
penelitian menunjukkan  bahwa  daya  ingat  terhadap  detail  suatu  peristiwa menjadi  menurun  setelah  kurun  waktu  dua  minggu  Bahrick    Bahrick,
1964. Peneliti  tidak  menggunakan  skala  perilaku  seksual  yang  sudah  ada
karena berbagai alasan. Pertama, skala yang tersedia memuat rincian detail jumlah  perilaku  seksual  yang  telah  dilakukan  selama  2  minggu  terakhir
dengan  aitem  pertanyaan  yang  sukar  dipahami  seperti  pada  Sexual  Risk Survey Turchick, 2007, yakni aitem no. 23
“berhubungan seksual dengan pasangan  yang  tidak  dipercaya
”  dan  aitem  no.  24  “berhubungan  seksual dengan  seseorang  yang  juga  berhubungan  seksual  dengan  orang  lain
”.
17
Selanjutnya,  pada  skala  Adolescent  Sexual  Activity  Index  dilakukan pengukuran  perilaku  seksual  berisiko,  yakni  berganti-ganti  pasangan
Hansen, Paskett,  Carter, 1999.
B. CITRA TUBUH
1. Pengertian Citra Tubuh
Jersild  1965  menyatakan  bahwa  citra  tubuh  merupakan  suatu evaluasi  dan  penilaian  seseorang  terhadap  tubuhnya.  Grogan  2008
mengartikan citra tubuh sebagai persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai  tubuhnya.  Slade  1988  mendefinisikan  citra  tubuh  sebagai
gambaran  yang  kita  miliki  dalam  pikiran  kita tentang  ukuran,  sketsa,  dan bentuk  tubuh  kita  dan  perasaan  yang  kita  miliki  tentang  karakteristik  dan
bagian  yang menyusun tubuh kita. Citra tubuh juga merupakan gambaran mental  yang  tertuju  kepada  perasaan  yang  kita  alami  tentang  tubuh  dan
bentuk  tubuh  kita  yang  berupa  penilaian  positif  dan  negatif  Schludt Johnson, 1990. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Duffy dan
Atwater  2005  yang  menyatakan  bahwa  citra  tubuh  adalah  gambaran mental mengenai tubuh seseorang, bagaimana perasaan seseorang tentang
tubuhnya,  bagaimana  kepuasan  dan  ketidakpuasan  seseorang  terhadap tubuhnya.
Berdasarkan  pemaparan  di  atas,  citra  tubuh  adalah  evaluasi  atau penilaian  terhadap  tubuh  berdasarkan  persepsi,  pikiran,  serta  perasaan
18
mengenai  ukuran,  sketsa,  bentuk,  karakteristik,  dan  bagian  tubuh  baik positif maupun negatif yang menunjukkan kepuasan atau ketidakpuasan.
2. Elemen Citra Tubuh
Menurut  Cash  dan  Smolak  2011,  citra  tubuh  merupakan  konstruk multidimensional yang terdiri dari 3 elemen, yaitu:
a. Elemen kognitif
Elemen kognitif terdiri atas keyakinan, pikiran, interpretasi, dan atribusi seseorang  terhadap  penampilan  mereka  berkaitan  dengan  figur  tubuh
ideal menurut standar budaya yang mereka inginkan. b.
Elemen afektif Elemen  afektif  merupakan  emosi  seseorang  terkait  penampilannya,
yang  mencakup  stres,  kecemasan,  ketidaknyamanan,  atau  emosi  lain yang  terkait  dengan  penampilan.  Emosi  tersebut  biasanya  kontekstual
atau situasional dan disadari sepenuhnya oleh seseorang. c.
Elemen perilaku Elemen  perilaku  berkaitan  dengan  manifestasi  fungsi  citra  tubuh  yang
diwujudkan  dalam  usaha  seseorang  untuk  menghindari  situasi mencemaskan mengenai kondisi tubuh atau penampilannya.
Dapat  disimpulkan  bahwa  terdapat  tiga  elemen  citra  tubuh,  yaitu kognitif, afektif, dan perilaku.
19
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra Tubuh
Beberapa faktor yang mempengaruhi citra tubuh antara lain: a.
Keluarga Remaja,  terutama  remaja  perempuan  merasa  bahwa  ibu  mereka
mendorong  mereka melakukan  strategi  untuk  mengubah  tubuh  mereka semakin  dekat  dengan  ideal  sosial  Ricciardelli    McCabe,  2001.
Orang  tua  adalah  model  penting  dalam  proses  sosialisasi  dalam mempengaruhi  citra  tubuh  anak-anaknya  melalui  pemodelan,  umpan
balik, dan instruksi Cooke, 2002. b.
Jenis kelamin Beberapa  penelitian  membuktikan  bahwa  perempuan  memandang
tubuhnya lebih negatif dibandingkan laki-laki Groesz, Levine, Murnen, 2001; Graber, Petersen,  Brooks-Gunn,  1996. Perempuan lebih suka
mengevaluasi  tubuh  mereka  dalam  hal  berat  badan  dibandingkan  laki- laki Drewnowski, Kennedy, Kurth,  Krahn, 1995.
c. Usia
Pada  tahap  perkembangan  remaja,  citra  tubuh  menjadi  perhatian penting. Hal ini berdampak pada usaha remaja untuk mengontrol berat
badan  secara  berlebihan  yang  umum  terjadi  pada  remaja  perempuan. Ketidakpuasan  remaja  perempuan  dan  remaja  laki-laki  pada  tubuhnya
meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja Papalia  Olds, 2008; Thompson, dkk., 2002; Santrock 2007.