Uji Normalitas Uji Asumsi
58
perilaku seksual pada remaja akhir berarti bahwa semakin tinggi citra tubuh akan diikuti oleh semakin tingginya perilaku seksual. Begitu pula sebaliknya,
semakin rendah citra tubuh maka diikuti oleh semakin rendahnya perilaku seksual.
Berdasarkan perhitungan mean empiris dan teoretis, remaja akhir memiliki kecenderungan citra tubuh yang tinggi. Hal ini diperinci dengan
perhitungan kategorisasi skor yang menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki citra tubuh yang tergolong sedang 41.
Tingginya citra tubuh meningkatkan peluang seseorang untuk melakukan perilaku seksual. Sebagaimana diungkapkan oleh Yamamiya, dkk
2006 bahwa perasaan positif mengenai tubuh seseorang sering diasosiasikan dengan kepercayaan dan kepuasan diri yang lebih akan seksualitas.
Penelitian menunjukkan pula bahwa sebagian besar remaja akhir memiliki tingkat perilaku seksual yang tinggi, yakni skor yang berada pada
kategori sedang sebesar 38 dan tinggi 36, sedangkan yang memiliki perilaku seksual rendah hanya 17 dan sangat rendah 9.
Tingginya perilaku seksual remaja akhir disebabkan oleh kematangan fungsi seksual remaja yang memicu remaja mengembangkan sikap baru
terhadap lawan jenis pada kegiatan romantis yang melibatkan lawan jenis Hurlock, 1999 atau yang dikenal dengan istilah pacaran. Selain itu, menurut
Freud dalam Santrock, 2002 pada masa remaja akhir, seseorang mulai memasuki fase genital, yakni kenikmatan yang berasal dari alat kelamin
59
sehingga memunculkan dorongan seksual pada lawan jenis yang disalurkan dalam perilaku seksual.
Bukti yang mendukung hubungan antara citra tubuh dan perilaku seksual dinyatakan oleh Cash Pruzinsky 1990 bahwa citra tubuh yang
positif dapat membesarkan hati sehingga meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri dalam relasi interpersonal, dalam hal ini relasi pacaran. Di
samping itu, Yamamiya, dkk 2006 menyatakan bahwa citra tubuh positif sering diasosiasikan dengan kepercayaan dan kepuasan diri yang lebih akan
seksualitas. Lebih lanjut, pada perempuan yang telah menikah, konsep diri positif
tentang tubuh mereka meningkatkan kepercayaan diri bahwa pasangan akan menilai mereka menarik secara seksual Wade, 2000 dan secara seksual
menginginkan mereka Wiederman Hurst, 1998. Sebaliknya, perhatian akan citra tubuh yang negatif dapat mengganggu interaksi seksual, baik pada
perempuan yang menikah maupun pada mahasiswi Wiederman, 2012. Demikian halnya dengan laki-laki yang merasa nyaman dengan
tubuhnya akan terlibat dalam perilaku seksual yang lebih aman dan mampu menyatakan diri dengan lebih terbuka. Sedangkan, laki-laki yang tidak
nyaman dengan aspek tubuhnya mengalami rasa malu dalam situasi seksual ketika bagian tubuh tersebut terbuka dan akan menarik diri secara emosional
karena takut terhadap evaluasi negatif serta menemukan kesulitan dalam menyampaikan kebutuhan seksual mereka Schooler Ward, 2006.
60
Berkaitan dengan remaja akhir yang sedang bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahu akan hal-hal baru seputar seksualitas, melalui
penelitian ini ditemukan bahwa citra tubuh merupakan hal mendasar yang cukup signifikan menentukan tahap perilaku seksual remaja, mulai dari tahap
ringan bergandengan tangan hingga tahap yang lebih berat bersenggama. Oleh sebab itu, remaja perlu waspada terhadap perilaku seksualnya agar tidak
menimbulkan konsekuensi yang merugikan seperti risiko kehamilan, putus sekolah, kematian ibu dan bayi yang tinggi, terganggunya kesehatan, hingga
penyakit menular seksual Sarwono, 2012.