14. Mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan kesejahteraan sosial dalam
APBN. Dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial disebutkan bahwa usaha kesejahteraan sosial adalah upaya yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan yang dilakukan pemerintah, pemerintah daerah,
dan masyarakat dalam bentuk pelayanan sosial guna memenuhi kebutuhan dasar setiap warga negara, yang meliputi rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan
sosial, dan perlindungan sosial. Semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan adalah untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan, dan
mengembangkan kesejahteraan sosial.Pernyataan tersebut mengartikan bahwa usaha- usaha kesejahteraan sosial merupakan upaya yang ditujukan kepada manusia baik
individu, kelompok maupun masyarakat.
2.2.2 Kesejahteraan Guru
Saat ini, masalah statuskesejahteraan guru sedang hangat-hangatnya dibicarakan oleh banyak pihak.Kenyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah
mulai menaruh perhatian terhadap masalah guru.Perhatian masyarakat ini tentunya tidak datang begitu saja, tetapi ada alasan-alasannya.Perhatian tersebut bertitik tolak
pada dua hal, yaitu tumbuhnya kesadaran dan pengertian masyarakat tentang tugas dan fungsi guru dan statuskesejahteraan guru yang tidak sesuai dengan urgensi tugas
dan fungsinya. Peningkatan statuskesejahteraan guru sebagai suatu usaha akan lebih mudah dirintis realisasinya bila dilandasi oleh suatu legitimasi hukum. Walaupun
landasan hukum yang formal dan langsung belum ada, usaha untuk merealisasikan maksud tersebut dapat mempergunakan landasan-landasan sebagai berikut : a
kebijaksanaan pemerintah di bidang pendidikan, b kebijakan pemerintah di bidang
kepegawaian, c persyaratan teknis dan administratif bagi seorang guru, d pandanganopini masyarakat yang didasari pengertian dan kesadaran tentang
pentingnya peranan guru. Untuk meningkatkan statuskesejahteraan guru, perlu usaha-usaha dari
beberapa pihak, baik guru, pemerintah, maupun masyarakat.Usaha-usaha tersebut terutama dapat diarahkan kepada kesejahteraan guru baik yang bersifat moril
maupun materiil yang juga melibatkan pihak guru, pemerintah, dan masyarakat. Usaha dari pihak guru antara lain : a guru perlu meningkatkan mutu profesinya; b
tetap berpijak pada moral dan mental guru; c berpijak pada kode etik guru, d loyal kepada pemerintah. Usaha dari pihak pemerintah berupa : a kebijaksanaan yang
mendukung peningkatan statuskesejahteraan guru, b realisasi kebijaksanaan di bidang kesejahteraan guru, c perhatian terhadap calon guru pendidikan guru
maupun pensiunan guru, d memberikan fasilitas sesuai dengan kemampuan, e mempersiapkan situasi dan kondisi yang relevan bagi pelaksanaan profesi guru
secara baik. Usaha dari masyarakat dinyatakan dalam bentuk : a membantu usaha dari pihak guru, b membantu usaha dari pihak pemerintah, c mengikuti secara
positif dan konstruktif perkembangan pendidikan pada umumnya dan pendidikan guru pada khususnya.
Usaha-usaha dari ketiga pihak tersebut di antaranya dapat berwujud : mendukung penerapan kode etik guru, mengadakan penataran untuk meningkatkan
mutu guru, meningkatkanmenyempurnakan lembaga-lembaga pendidikan guru, menaikkan gaji guru, memberikan tunjangan khusus untuk guru, memperkuat
koperasi guru, dan menyediakan asuransi jiwa bagi guru. Status sosial profesi guru dan kesejahteraannya berkaitan sangat erat. Kesejahteraan yang tinggi akan membuat
profesi ini memiliki status yang tinggi dalam masyarakat. Sebaliknya akibat
kesejahteraan guru yang rendah dengan indikator utama gaji, maka status sosialnya pun tidak begitu baik dalam masyarakat. Agak berbeda dengan profesi lain misalnya
dokter, tingginya penghormatan pada guru karena perannya yang sangat penting dalam pendidikan tidak dengan sendirinya menjadi jaminan bagi lebih baiknya
tingkat kesejahteraan mereka. Pokja Pemberdayaan Guru pada Bappenas dalam Jalal Supriadi, 2001 menyimpulkan bahwa dilihat dari berbagai aspek dan
kriteria, memang tingkat kesejahteraan guru, khusunya gaji, masih rendah dibandingkan dengan beban tugasnya yang berat dan perannya yang sangat penting
dalam keseluruhan proses pendidikan. Jalal 2001: 221-225; dan Tilaar 2003: 382-391 mengungkapkan bahwa
proses sertifikasi guru menuju profesionalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus dibarengi dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekrutmen guru,
pembinaan, dan peningkatan karir guru. 1.
Kesejahteraan guru dapat diukur dari gaji dan intensif yang diperoleh. Gaji guru di Indonesia ini masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.
Rendahnya kesejahteraan guru bisa mempengaruhi kinerja guru, semangat pengabdiannya, dan juga upaya mengembangkan profesionalismenya. Kenaikan
gaji dilakukan bersamaan dengan perbaikan aspek-aspek kesejahteraan lain yaitu prosedur kenaikan pangkat, jaminan rasa aman, kondisi kerja, kepastian karir,
penghargaan terhadap tugas atau peran keguruan Jalal, dalam Mulyasa 2007. Kesejahteraan guru sebaiknya selain berasal dari pemerintah pusat, juga
didukung oleh pemerintah daerah serta partisipasi masyarakat dan dunia usaha. 2.
Tunjangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya diberikan dengan mempertimbangkan: 1 kesulitan tempat bertugas, 2 kemampuan,
keterampilan, dan kreativitas guru, 3 fungsi, tugas, dan peranan guru di sekolah,
4 prestasi guru dalam mengajar, menyiapkan bahan ajar, menulis, meneliti, dan membimbing, serta berhubungan dengan stakeholder.
3. Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat
mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang diinginkannya. Ada kasus, guru yang ditempatkan di desa tertentu tidak pernah
muncul, atau kalau datang bertugas selalu berhalangan untuk hadir, yang akhirnya minta dipindahkan ke tempat yang diinginkannya. Untuk
menghilangkan masalah seperti itu, maka dalam rekrutmen dan penempatan perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut:
a. asal tempat calon guru;
b. memperketat persyaratan calon guru yang diangkat dengan melihat hasil
pendidikan dan seleksi; c.
menetapkan batas waktu tugas untuk bisa mengajukan mutasi atau pindah; d.
memberikan insentif dan jaminan lain bagi calon guru yang ditempatkan di daerah terpencil;
e. memperkuat disiplin di tempat tugas dan menerapkan sanksi bagi yang
melanggar; f.
memintakan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk menjamin kesejahteraan, tempat tinggal, keamanan, kesehatan guru, terutama guru yang
berasal dari daerah lain; g.
untuk mengisi kekurangan guru di SD, SLTP, atau SLTA yang jauh dari kota, sebaiknya memberdayakan lulusan yang ada di tempat itu dengan legitimasi
dari pemerintah daerah. 4.
Pendidikan dan pembinaan tenaga guru dapat ditempuh melalui tiga cara, yaitu pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan, dan pendidikan akta mengajar.
2.2.3 Pengertian Tingkat Kesejahteraan