yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Ketentuan ini bersifat umum, baik untuk tenaga kependidikan maupun non-kependidikan yang ingin memasuki profesi
guru.Sertifikasi guru dikenakan baik pada calon guru lulusan LPTK, maupun yang berasal dari perguruan tinggi non-kependidikan bidang ilmu tertentu yang ingin
memilih guru sebagai profesi.Lulusan dari jenis perguruan tinggi non-kependidikan, sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan mengikuti program pembentukan
kemampuan mengajar di LPTK.Di samping itu, agar fungsi penjaminan mutu guru dapat dilakukan dengan baik, guru yang sudah bekerja pada interval waktu tertentu
0-15 tahun, dipersyaratkan mengikuti program resertifikasi.
2.1.3 Dasar Hukum Sertifikasi Guru
Menurut Dirjen PMTK Departemen Pendidikan Nasional tahun 2007, dasar hukum sertifikasi profesi guru adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional : a
Pasal 42 ayat 1, Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b
Pasal 43 ayat 2, Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen:
a Pasal 8, Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
b Pasal 11 ayat 1: Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan, ayat 2: Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah, ayat 3: Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif,
transparan, dan akuntabel, ayat 4: Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan ayat 3 diatur
dengan Peraturan Pemerintah. 3.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi
bagi Guru dalam Jabatan.
2.1.4 Guru Professional
Dalam proses pendidikan, guru mempunyai peranan yang sangat penting. Guru merupakan orang yang memiliki kemampuan merancang program
pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir
dari proses pendidikan Uno, dalam Aditya Wulandari 2011: 36. Guru adalah figur manusia yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam
pendidikan Djamarah, dalam Aditya Wulandari 2011: 27. Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap
usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif Saudagar dkk, dalam Aditya Wulandari 2011: 28. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menjelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Menurut
Uno dalam Aditya Wulandari 2011: 28 guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta
didik.Guru yang memiliki kualitas mengajar yang baik merupakan pusat dari keberhasilan suatu sistem pendidikan Perie Baker, dalam Aditya Wulandari
2011: 36. Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru adalah
tenaga professional yang memiliki tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, sampai pendidikan menengah. Guru professional tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode
pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat. Hakikat- hakikat ini akan melandasi pola pikir dan budaya kerja guru, serta loyalitasnya
terhadap profesi pendidikan. Demikian halnya dalam pembelajaran, guru harus mampu mengembangkan budaya dan iklim organisasi pembelajaran yang bermakna,
kreatif dan dinamis, bergairah, dialogis, sehingga menyenangkan bagi peserta didik maupun guru.
Untuk menjadi professional, seorang guru dituntut memiliki lima hal sebagai berikut :
1. Mempunyai komitmen pada peserta didik dan proses belajarnya;
2. Menguasai secara mendalam bahanmata pelajaran yang diajarkannya serta cara
mengajarnya kepada peserta didik; 3.
Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi;
4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari
pengalamannya; 5.
Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya Supriadi, dalam Mulyasa 2007.
Ada beberapa indikator yang dapat dijadikan ukuran karakteristik guru yang dinilai kompeten secara professional, yaitu :
1. Mampu mengemban tanggung jawab dengan baik.
2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat.
3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah.
4. Mampu melaksankan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas.
Peningkatan profesionalisme guru merupakan upaya untuk membantu guru yang belum memiliki kualifikasi professional menjadi professional.Dengan demikian
peningkatan kemampuan professional guru merupakan bantuan atau memberikan kesempatan kepada guru tersebut melalui program dan kegiatan yang dilakukan
pemerintah.Namun demikian, bantuan profesionalisme hanya sekedar bantuan, sehingga yang harus lebih berperan aktif adalah guru itu sendiri.Artinya, bahwa
gurulah yang seharusnya meminta bantuan kepada yang berwenang untuk mendapatkan pembinaan.Bantuan yang diberikan juga merupakan bantuan
professional, yang tujuan akhirnya adalah menumbuhkembangkan profesionalisme guru.Peningkatan kemampuan profesionalisme guru bukan sekedar diarahkan kepada
pembinaan yang lebih bersifat aspek-aspek administratif kepegawaian, tetapi harus
lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai seorang pendidik.Guru professional memiliki dua ciri yaitu tingkat kemampuan yang
tinggi dan komitmen yang tinggi Glickman, dalam Mulyasa 2007.
2.2 Kesejahteraan dan Kinerja 2.2.1 Kesejahteraan Sosial