argumentasi yang menjadi dasar penentuan pada setiap komponen model. Proses verifikasi model dilakukan dengan  konsultasi dan konfirmasi pakar  yang terkait
dengan sistem yang dimodelkan. Validasi  model dilakukan dengan uji coba model Suryadi dan Ramdhani
2002  pada  11  pabrik  gula  yang  terdiri  dari  enam  pabrik  gula  berskala  kecil kapasitas  giling    3000  TCD,  dua  pabrik  gula  berskala  menengah  kapasitas
giling  3000  sampai  dengan  6000  TCD,  dan  tiga  pabrik  gula  berskala  besar kapasitas giling  6000 TCD. Adapun metode produksi khususnya pada proses
pemurnian nira yang digunakan 11 pabrik gula adalah sama yaitu sulfitasi. Data yang  digunakan  adalah  data  kinerja  tahun  2008.  Melalui  uji  coba  model  dapat
diketahui  apakah  rancangbangun  model  dan  keluarannya  dapat  dipercaya  atau tidak.  Hasil  uji  coba  dikonfirmasi  oleh  satu  orang  pakar  dari  PTPN  X  untuk
menentukan apakah model dapat diimplementasikan atau tidak. Model  analisis  perbaikan  kinerja  dapat  direkomendasikan  apabila  hasil
verifikasi  dan  validasi  model  menunjukkan  bahwa  model  yang  dirancangbangun telah sesuai dengan tujuan rancangbangun model.
3.2.3 Implementasi Model
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil implementasi model pada 11  pabrik  gula  dengan  menggunakan  data  kinerja  tahun  2008.  Selain  itu,  juga
dilakukan  pengukuran  kinerja  dengan  menggunakan  target  kinerja  berdasarkan ukuran kinerja terbaik dalam kelompok.
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian  dilaksanakan  pada  tahun  2007  sampai  dengan  tahun  2010. Pengambilan data khususnya untuk keperluan validasi model dipilih Jawa Timur
khususnya  PTPN  X.  Pemilihan  lokasi  dilakukan  secara  purposive  sengaja dengan beberapa pertimbangan  sebagai berikut  :
1.  Lokasi terpilih mewakili daerah Jawa yang berkontribusi sebesar 60 dari total produksi gula nasional
2.  Jenis  perusahaan  dalam  lokasi  terpilih  mewakili  BUMN  yang  memiliki keleluasaan untuk saling memperbandingkan antar kinerja pabrik gula dan
dilakukan analisis praktek terbaik nya 3.  Kapasitas  giling  yang  dimiliki  seluruh  pabrik  gula  dalam  perusahaan  dan
lokasi  terpilih  dapat  mewakili  pabrik  gula  dengan  skala  kecil,  menengah,
dan besar.
3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan  data,  informasi  dan  pengetahuan  dalam  penelitian  ini menggunakan  beberapa  cara  sebagai  berikut  :  1  Studi  dokumentasi  dilakukan
dengan  mempelajari  permasalahan  industri  gula  melalui  laporan  penelitian, artikel,  koran  atau  buku  yang  berisi  tentang  permasalah  kinerja  industri  gula,  2
Studi  literatur  dilakukan  dengan  cara  mengeksplorasi  literatur-literatur  yang berkaitan  dengan  penyelesaian  masalah  dan  literatur-literatur  lain  yang  relevan
dengan  bidang  kajian,  3  Survai  pakar  pengisian  kuestioner,  diskusi,  dan rekomendasi atau konfirmasi pakar, dan 4 Akuisisi pengetahuan pakar dilakukan
dengan menggunakan metode akuisisi wawancara, diskusi masalah dan deskripsi masalah  tentang  pola  berpikir  para  pakar  dalam  menilai  kinerja  pabrik  gula  dan
mengidentifikasi  praktek terbaik  yang dilakukan oleh pabrik gula dengan kinerja terbaik  pada  setiap  kelompok  pabrik  gula.  Jumlah  pakar  yaitu  tiga  orang  yang
terdiri  dari  satu    orang  pakar  dari  pabrik  gula,  satu  orang    pakar  dari  P3GI,  dan satu orang pakar dari PTPN X.
Data  primer  dan  sekunder  dan  informasi  yang  diperoleh,  diolah  dan dianalisa  sesuai  dengan  kebutuhan  dengan  menggunakan  berbagai  pendekatan
yang telah ditetapkan. Adapun tahapan pengolahan data ditunjukkan pada Gambar 33.
Pengukuran kinerja dilakukan untuk seluruh pabrik gula dalam kelompok. Pendekatan yang digunakan dalam proses pengukuran kinerja  yaitu Fuzzy Expert
System  FES.  Hasil  pengukuran  kinerja  diperoleh  melalui  aggregasi  nilai  setiap ukuran  kinerja  untuk  setiap  jenis  kinerja  strategis,  operasional,  taktis.  Sistem
inferensi  fuzzy  proses  perumusan  pemetaan  dari  input  ke  output  dengan menggunakan  logika  fuzzy  yang  digunakan  adalah  metode  Mamdani.  Adapun
proses  defuzzifikasi  atau  pengubahan  output  fuzzy  ke  output  crisp  bernilai tunggal  adalah  metode  Centroid  nilai  tunggal  dari  variabel  output  dihitung
dengan menemukan nilai variabel dari center of gravity suatu fungsi keanggotaan untuk nilai fuzzy. Output  dari model pengukuran kinerja adalah nilai kinerja per
jenis kinerja untuk setiap pabrik gula.
Pengelompokan Pabrik Gula Alat analisis :
Klasifikasi Pengukuran Kinerja
Pabrik Gula Alat analisis :
Fuzzy Expert System Analisis Praktek Terbaik
Alat analisis : Root Cause Analysisis
Pemilihan Kinerja Terbaik Alat analisis :
PROMETHEE dan Sorting
Penentuan Prioritas Perbaikan Alat analisis :
Diagnostic Mulai
Selesai
Gambar 33   Tahapan Pengolahan Data
Pengelompokan dilakukan berdasarkan karakteristik pembeda pabrik gula. Jumlah  kelompok  ditentukan  berdasarkan  karakteristik  pembeda  pabrik  gula.
Pendekatan  yang  digunakan  untuk  mengelompokkan  pabrik  gula  adalah klasifikasi.  Output  dari  model  pengelompokan  pabrik  gula  berupa  kelompok
pabrik gula beserta anggotanya sesuai dengan karakteristik pembeda pabrik gula. Berdasarkan  nilai  kinerja  per  jenis  kinerja  dilakukan  pemilihan  kinerja
terbaik secara keseluruhan maupun per jenis kinerja.  Pendekatan yang digunakan untuk  pemilihan  kinerja  keseluruhan  terbaik  yaitu  PROMETHEE.  Pendekatan
yang  digunakan  untuk  pemilihan  kinerja  strategis  atau  operasional  atau  taktis terbaik yaitu metode Sorting berdasarkan urutan nilai kinerja dari yang tertinggi
sampai  dengan  terendah.  Output  dari  model  pemilihan  kinerja terbaik  yaitu  :  1
urutan  prioritas  berdasarkan  nilai  kinerja  keseluruhan  untuk  setiap  kelompok pabrik  gula,  2  urutan  prioritas  berdasarkan  nilai  kinerja  strategis  untuk  setiap
kelompok  pabrik  gula,  3  urutan  prioritas  berdasarkan  nilai  kinerja  operasional untuk  setiap  kelompok  pabrik  gula,  dan  4  urutan  prioritas  berdasarkan  nilai
kinerja taktis  untuk setiap kelompok pabrik gula. Berdasarkan  ukuran-ukuran  kinerja  dan  keterkaitannya,  dilakukan
identifikasi  lebih  lanjut  terhadap  penyebab  kinerja  beserta  praktek  terbaik. Pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis praktek terbaik adalah  root
cause  analysis.  Melalui  diskusi  dan  konfirmasi  pakar,  root  cause  analysis  dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antar ukuran dan faktor
yang  menentukan  kinerja.  Output  dari  model  analisis  praktek  terbaik  yaitu  : keterkaitan  antar  ukuran  kinerja  yang  digunakan  dan  fakor  yang  cukup  penting
untuk  dipertimbangkan  serta  identifikasi  praktek  terbaik  yang  bisa  dilakukan pabrik gula.
Hasil  pemilihan  kinerja  terbaik  digunakan  untuk  menentukan  prioritas perbaikan.  Pendekatan  yang  digunakan  untuk  menentukan  prioritas  perbaikan
adalah    diagnostic.  Output  dari  model  penentuan  prioritas  perbaikan  berupa prioritas  perbaikan  pada  pabrik  gula  dan  saran  perbaikan  berdasarkan  praktek
terbaik.
4. ANALISIS SISTEM
4.1 Kondisi Situasional
Produktivitas  gula  yang  cenderung  terus  mengalami  penurunan disebabkan  efisiensi  industri  gula  secara  keseluruhan,  mulai  dari  pertanaman
tebu hingga pabrik gula melibatkan generasi 1, 2, dan 3 . Permasalahan yang dihadapi  pada  Generasi  1  adalah  kelemahan  dalam  budidaya  bibit  tebu.  Bibit
tebu  yang akan ditanam dapat berupa 1  bibit pucuk, yang diambil dari bagian pucuk  tebu  yang  akan  digiling  umur  12  bulan;  2  bibit  batang  muda,  yang
diambil  dari tanaman  tebu  umur  5 – 7 bulan; 3 bibit rayungan, yang diambil
dari tanaman tebu khusus untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi  akar  belum  keluar;  dan  4  bibit  siwilan,  yang  diambil  dari  tunas-tunas
baru dari tanaman yang pucuknya sudah mati. Kualitas  bibit  antara  lain  ditentukan  oleh  varietas  tebu  yang  akan
digunakan  sebagai  bibit  tanaman.  Varietas  tebu  yang  unggul  ditanam  antara lain  PS  58,  PS  56,  PS  41,  BZ  63,  BZ  81,  BZ  107  dan  klon-klon  POY  3016.
Varietas  tebu  ini  akan  berpengaruh  terhadap  besarnya  rendemen  prosentase kandungan  gula dalam tebu. Selama 20 tahun terakhir Soetedjo 2002 sudah
puluhan  varietas  baru  berhasil  ditemukan  namun  potensi  rendemen  hanya  12 dua  belas  persen,  bahkan  rendemen  nyata  tinggal  tujuh  persen  akibat
banyaknya faktorfaktor lain di lapangan. Menurut  Soetedjo  2002  PT  Perkebunan  Nusantara  XI  di  Jawa  Timur
berupaya  mencari  terobosan  dengan  mengembangkan  varietas  baru  tanaman tebu,  yaitu  varietas  R-579.  Varietas  baru  ini  mampu  menghasilkan  rata-rata
10,07 ton gulahektare atau dua kali  lipat dibandingkan produktivitas nasional yang  rata-rata  4  ton  gulahektare.  Angka  itu  juga  melampaui  program
akselerasi  produksi  gula  nasional  tahun  2007  sebanyak  8,5  ton  gulahektare. Oleh  karena  itulah,  Menteri  Pertanian  Bungaran  Saragih  memberikan
penghargaan khusus kepada PT Perkebunan Nusantara XI atas pengembangan varietas  baru  R-579  melalui  SK  Mentan  No  372TU.210AXI2002.  Varietas