Analisa Kebutuhan Formulasi Masalah

Dengan pendekatan sistem maka analisis perbaikan kinerja industri gula harus dilihat sebagai satu kesatuan yang menyeluruh. Oleh karena itu, semua faktor bagian yang penting dalam mendapatkan solusi permasalahan dan pembuatan suatu model untuk membantu keputusan yang rasional perlu diidentifikasi. Analisis sistem bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dari berbagai pemangku kepentingan yang terkait dengan analisis perbaikan kinerja pabrik gula. Hasil akhir dari analisis sistem berupa masukan dan keluaran serta pengendalian dari sistem yang dirancangbangun dalam bentuk diagram

4.2 Analisa Kebutuhan

Merujuk pada Eriyatno 2003, langkah awal yang dilakukan dalam pengkajian suatu sistem adalah analisis kebutuhan. Oleh karena itu, analisis sistem dimulai dengan analisis kebutuhan berbagai pemangku kepentingan stakeholders yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan analisis perbaikan kinerja industri gula. Pendekatan yang dipilih dalam mengidentifikasi stakeholders terkait dengan sistem analisis perbaikan kinerja yaitu kombinasi dari pendekatan stakeholders value dan ethically critical stakeholder value. Berdasarkan pendekatan tersebut maka stakeholders yang akan dianalisis lebih lanjut terdiri atas 1 petani tebu dan asosiasi petani tebu rakyat, 2 pabrik gula milik BUMN dan swasta murni, 3 konsumen rumah tangga dan industri pangan, 4 pedagang gula, dan 5 pemerintah sebagai regulator. Selanjutnya, dilakukan identifikasi terhadap kebutuhan ke lima stakeholders tersebut di atas. Adapun hasil identifikasi kebutuhan stakeholders ditunjukkan pada Tabel 4.

4.3 Formulasi Masalah

Untuk memenuhi kebutuhannya setiap stakeholder dihadapkan pada berbagai permasalahan. Oleh karena itu, diperlukan identifikasi permasalahan yang dihadapi setiap stakeholder agar sistem yang dirancangbangun dapat mengatasi permasalahan dan kebutuhan setiap stakeholder dapat terpenuhi. Tabel 4 Daftar Stakeholders dan Kebutuhannya No. Stakeholder Kebutuhan 1 Petani Tebu - Penentuan Rendemen yang tepat - Memperoleh harga di atas harga pokok produksi - Perluasan kesempatan kerja - Kemudahan memperoleh sarana produksi - Peningkatan produksi dan produktivitas lahan 2 Pabrik Gula - Memperoleh pasokan bahan baku sesuai jumlah yang diperlukan - Memperoleh pasokan bahan baku dengan kualitas yang baik - Memperoleh pasokan bahan baku sesuai jadwal tepat waktu - Meningkatnya produktivitas - Tercapainya skala ekonomi 3 4 5 Konsumen Pedagang gula Pemerintah - Memperoleh gula dengan harga murah - Memperoleh gula yang berkualitas - Kontinuitas ketersediaan gula terjamin - Kemudahan memperoleh gula - Memperoleh harga yang murah - Memperoleh keuntungan dari proses distribusi gula - Tercapainya swasembada gula - Meningkatnya lapangan kerja dan kesempatan berusaha Adapun hasil identifikasi permasalahan yang dihadapi setiap stakeholder adalah sebagai berikut : Petani Tebu Permasalahan yang dihadapi petani tebu sebagai pemasok pabrik gula yaitu dalam hal penentuan rendemen tebu, yang sampai saat ini masih menjadi faktor utama belum bersinerginya hubungan antara petani tebu dan pabrik gula. Menurut Lembaga Riset Perkebunan Indonesia 2010 penentu besarnya rendemen adalah prestasi petani dan prestasi pabrik gula. Namun, saat ini penentuan rendemen tidak memisahkan prestasi petani dengan pabrik gula. Selain itu, prestasi petani sulit dibedakan antar petani. Hal tersebut dapat mengakibatkan menurunnya pendapatan petani. Oleh karena itu, upaya perbaikan dalam hal efisiensi pabrik gula dan sistem penetapan rendemen menjadi hal penting bagi petani tebu. Pabrik Gula Permasalahan yang dihadapi pabrik gula milik BUMN sampai saat ini yaitu rendahnya tingkat efisiensi produksi yang tercermin dari kehilangan gula pol selama proses pengolahan. Akibatnya, rendemen gula yang diterima petani menjadi rendah dan harga pokok gula hablur yang dihasilkan tidak memiliki daya saing. Rendahnya tingkat efisiensi terkait dengan rerata umur mesin yang sudah tua, rendahnya kapasitas giling yang dimiliki pabrik gula, dan rendahnya kecukupan jumlah, kontinuitas, serta kualitas bahan baku tebu. Oleh karena itu, upaya perbaikan dalam hal efisiensi produksi pabrik gula dan terjaminnya pasokan tebu menjadi hal penting bagi pabrik gula. Konsumen Permasalahan yang dihadapi konsumen rumah tangga dan industri pangan yaitu tingginya harga gula di pasar dalam negeri. Hal ini telah merugikan perekonomian secara keseluruhan, dan menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya daya saing industri makanan dan minuman berbahan baku gula. Tingginya harga gula terkait dengan rendahnya efisiensi dan produktivitas pabrik gula serta terdistorsinya harga gula di pasar internasional. Oleh karena itu, upaya perbaikan dalam hal efisiensi dan produktivitas pabrik gula menjadi hal penting bagi konsumen rumah tangga dan industri pangan. Pedagang Gula Permasalahan yang dihadapi pedagang gula yaitu tingkat kompetisi yang tidak mencerminkan kondisi permintaan dan penawaran gula yang sesungguhnya. Hal ini antara lain disebabkan oleh struktur pasar yang bersifat oligopolistik, dalam setiap lelang gula yang dilakukan oleh APTRI atau PTPN hanya beberapa pedagang yang terlibat. Di samping itu, lemahnya penegakan hukum untuk memberantas penyelundupan dan manipulasi dokumen gula impor, telah mempengaruhi penawaran dan harga gula di pasar dalam negeri. Ditinjau dari sisi situasi pasar gula dunia, harga gula dunia di pasar internasional telah terdistorsi. Selain itu, adanya kebijakan domestic support dan export subsidy yang dilakukan oleh negara-negara produsen gula dunia. Kondisi tersebut di atas menyebabkan harga gula dalam negeri jauh lebih tinggi dibandingkan dengan gula impor sehingga sebagian besar pedagang gula dirugikan. Permasalahan ini dapat diatasi dengan mengupayakan perbaikan efisiensi dan produktivitas pabrik gula. Pemerintah Pertumbuhan penduduk, peningkatan pendapatan, dan pertumbuhan industri makanan dan minuman menyebabkan terjadinya akselerasi peningkatan permintaan gula nasional. Di sisi lain, penurunan produksi gula nasional menyebabkan defisit yang harus dipenuhi dan mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan impor gula. Ketergantungan terhadap impor gula merupakan ancaman bagi ketahanan pangan nasional sekaligus kehilangan kesempatan pasar dan kesempatan kerja. Hilangnya kesempatan kerja dapat menimbulkan masalah-masalah sosial yang dapat mengganggu stabilitas sosial dan politik. Resiko politik menjadi lebih besar lagi apabila dilihat gula sebagai salah satu komoditas strategis ditinjau dari sistem pertanian dan perekonomian nasional. Berdasarkan hal tersebut di atas, ketergantungan terhadap impor tidak dapat diterima baik secara politik maupun secara ekonomi. Oleh karena itu harus diupayakan peningkatan produksi gula nasional. Pemerintah mengupayakan untuk mewujudkan swasembada gula yang sampai saat ini belum tercapai. Swasembada gula dapat dicapai antara lain melalui upaya perbaikan efisiensi dan produktivitas pabrik gula. Hal ini tertuang dalam visi dan misi ke dua yang dicanangkan pemerintah melalui Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian 2009. Untuk mendukung tercapainya visi dan misi tersebut, diperlukan kebijakan yang komprehensif dan integratif dari pemerintah. Integrasi kebijakan melibatkan peran departemen terkait seperti Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, dan Kementrian Badan Usaha Milik Negara. Selain itu, berbagai kebijakan penunjang seperti kebijakan perdagangan, kebijakan fiskal, dan kebijakan moneter harus dirancang secara dan dilaksanakan secara konsisten dan kohoren sehingga efektif dan efisien dalam menunjang tercapainya swasembada gula nasional. Tabel 5 menunjukkan ringkasan hasil identifikasi penyebab permasalahan yang dihadapi setiap stakeholders terkait dengan sistem analisis kinerja pabrik gula. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa seluruh stakeholders menghadapi permasalahan yang disebabkan oleh rendahnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Tabel 5 Hasil identifikasi Penyebab Permasalahan yang Dihadapi Stakeholders Permasalahan Petani Tebu Pabrik Gula Konsumen Pedagang Gula Pemerintah Produktivitas PG Efisiensi PG Pasokan Tebu Penetapan rendemen Struktur Pasar √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

4.4 Identifikasi Sistem