konflik kebutuhan antar stakeholder atau pelaku sistem yang terlibat, keterbatasan sumberdaya, dan kendala eksternal. Oleh karena itu diperlukan formulasi masalah
untuk mengetahui permasalahan utama yang dihadapi. Identifikasi sistem diperlukan sebagai dasar pengembangan model analiss
perbaikan kinerja industri gula. Cara melakukan identifikasi sistem yaitu dengan menggambarkan sistem yang dikaji dalam bentuk diagram input-output. Diagram
input-output menggambarkan masukan dan keluaran serta pengendalian dari model yang dirancangbangun. Input terdiri atas masukan yang terkendali dan
masukan yang tidak terkendali, sedangkan output terdiri atas keluaran yang dikehendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki. Melalui mekanisme
pengendalian maka keluaran yang tidak dikehendaki menyebabkan perlunya peninjauan kembali terhadap masukan yang terkendali.
3.2.2 Pemodelan Sistem
Tahap pemodelan sistem merupakan tahap rancangbangun sistem penunjang keputusan intelijen untuk analisis perbaikan kinerja pabrik gula. Pada
tahap ini dilakukan rancangbangun untuk sistem manajemen dialog, sistem pengolahan terpusat, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis
pengetahuan, dan sistem manajemen basis model.
Sistem Manajemen Dialog
Rancangbangun sistem manajemen dialog memperhatikan tiga komponen utama dari sistem interaktif yaitu aplikasi, presentasi dan control dialog.
Presentasi merupakan komponen yang bertanggungjawab atas tampilan antarmuka, termasuk output dan input yang tersedia bagi pengguna user. Control
dialog merupakan komponen yang mengatur komunikasi antara presentasi dan aplikasi. Sedangkan aplikasi antarmuka merupakan aplikasi semantik yang
disediakan sebagai antarmuka. Komponen dialog dirancangbangun dalam bentuk perangkat keras dan
perangkat lunak yang menjadi sarana antarmuka antara pemakai dengan prototype. Komponen dialog akan mengumpulkan input dan menyajikan output
dalam prototype. Pada tahap ini, juga akan ditentukan jenis gaya dialog yang digunakan.
Sistem Pengolahan Terpusat
Untuk dapat mengakses keseluruhan data dan informasi yang disediakan dalam prototype diperlukan sistem pengolahan terpusat. Sistem pengolahan
terpusat dirancangbangun untuk mengatur keseluruhan interaksi antara sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis
pengetahuan, dan sistem manajemen basis model.
Sistem Manajemen Basis Data
Sistem manajemen basis data merupakan perangkat lunak sistem yang memungkinkan para pemakai membuat, mengakses, mengontrol, dan memelihara
basis data dengan cara yang praktis dan efisien. Secara singkat, rancangbangun sistem manajemen basis data terdiri dari identifikasi pengguna, identifikasi model
data yang digunakan, penentuan bahasa, dan identifikasi basis data yang digunakan.
Sistem Manajemen Basis Pengetahuan
Sistem manajemen basis pengetahuan dirancangbangun untuk mendukung subsistem lain dengan memberikan kecerdasan untuk memperbesar pengetahuan
bagi pengambil keputusan. Komponen ini menyediakan keahlian yang diperlukan untuk memecahkan beberapa aspek masalah dan memberikan pengetahuan yang
dapat meningkatkan prototype. Sistem Manajemen Basis Model
Sistem manajemen basis model dirancangbangun untuk membuat model dengan menggunakan bahasa pemrograman, alat sistem pendukung keputusan,
pembaruan dan perubahan model, dan manipulasi data model. Peran direktori model yang terhubung ke sistem manajemen basis model sama dengan direktori
database. Direktori model berfungsi sebagai katalog dari semua model dan perangkat lunak lainnya pada basis model. Sistem manajemen basis model berisi
elemen-elemen : 1 eksekusi model, yang mengontrol jalannya model; 2 integrasi model, yang mengarahkan output suatu model untuk diproses model lainnya; 3
perintah Comman Processor Model, yang berfungsi untuk menerima dan
menginterpretasikan instruksi-instruksi pemodelan dari komponen antarmuka
pengguna, eksekusi model atau fungsi-fungsi integrasi elemen-elemen tersebut beserta antarmukanya dengan komponen sistem pendukung keputusan.
Merujuk pada Swanson 1996 mengenai tujuan dari analisis perbaikan kinerja dan tinjauan pustaka yang telah dilakukan maka pada sistem manajemen
basis model akan dirancangbangun basis model yaitu model pengelompokan, model pengukuran kinerja, model pemilihan kinerja terbaik, model analisis
praktek terbaik, dan model penentuan prioritas perbaikan.
Model Pengelompokan
Model Pengelompokan
dirancangbangun dengan
tujuan untuk
mengelompokkan pabrik gula yang memiliki karakteristik yang serupa. Tahapan yang dilakukan dalam merancangbangun model pengelompokan
ditunjukkan pada Gambar 27. Tahapan diawali dengan studi dokumentasi mengenai
model pengelompokan.
Pendekatan yang
digunakan untuk
mengelompokan pabrik gula yaitu klasifikasi. Merujuk pada Kusnawi 2007, klasifikasi merupakan fungsi pembelajaran yang memetakan mengklasifikasi
sebuah unsur item data ke dalam salah satu dari beberapa kelas yang sudah didefinisikan.
Metode yang digunakan dalam klasifikasi yaitu decision tree. Merujuk pada Larose 2005 dan Kusnawi 2007, decision tree adalah struktur
flowchart yang menyerupai tree pohon, dimana setiap simpul internal menandakan suatu tes pada atribut, setiap cabang merepresentasikan hasil tes, dan
simpul daun merepresentasikan kelas atau distribusi kelas. Alur pada decision tree di telusuri dari simpul akar ke simpul daun yang memegang prediksi kelas.
Decision tree mudah untuk dikonversi ke aturan klasifikasi classification rules. Tahap berikutnya yaitu studi dokumentasi mengenai karakteristik pabrik
gula dilanjutkan dengan identifikasi karakteristik pembeda pabrik gula. Berdasarkan karakteristik pembeda pabrik gula, selanjutnya dilakukan identifikasi
jumlah kelompok dan identifikasi kesamaan ukuran yang digunakan. Tahap selanjutnya yaitu pembuatan decision tree. Berdasarkan decision
tree dapat
diidentifikasi aturan-aturan
yang akan
digunakan untuk
mengelompokkan pabrik gula.
Mulai
Studi Dokumentasi Karakteristik Pabrik Gula
Identifikasi Karakteristik Pembeda
Pabrik Gula Karakteristik
Pembeda Pabrik Gula
Identifikasi Jumlah Kelompok
Identifikasi Kesamaan Ukuran
Pembuatan Decision Tree
Aturan Pengelompokan Model dan Skema
Pengambilan Keputusan Pengelompokan
Studi Dokumentasi Model Pengelompokan
Model Konseptual Pengelompokan
Pabrik Gula
Selesai
Gambar 27 Tahapan Rancangbangun Model Pengelompokan
Model Pengukuran Kinerja
Model pengukuran kinerja bertujuan untuk menentukan nilai kinerja setiap pabrik gula. Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah untuk kinerja input,
kinerja proses, dan kinerja output yang direpresentasikan sebagai kinerja strategis, kinerja operasional, dan kinerja taktis. Tahapan yang dilakukan dalam
rancangbangun model pengukuran kinerja ditunjukkan pada Gambar 28. Tahap awal yang dilakukan berkaitan dengan rancangbangun model
pengukuran kinerja yaitu studi dokumentasi model pengukuran kinerja. Studi dokumentasi model pengukuran kinerja menghasilkan model konseptual
pengukuran kinerja pabrik gula. Pendekatan yang digunakan dalam proses
pengukuran kinerja pada model pengukuran kinerja PG adalah Fuzzy Expert System FES.
Mulai Studi Dokumentasi
Model Pengukuran Kinerja Model Konseptual
Pengukuran Kinerja Pabrik Gula
Identifikasi Ukuran Kinerja
Proses Internal
Ukuran Kinerja Proses Internal
Identifikasi Keterkaitan Ukuran Kinerja
Misi dan Visi Industri Gula
Nasional
Identifikasi Kualifikasi Kinerja dan
Ukuran Kinerja Kualifikasi Kinerja
Kualifikasi Ukuran Kinerja Fuzzifikasi
Identifikasi Aturan-aturan untuk Proses Pengukuran Kinerja
Identifikasi Aturan-aturan untuk Proses Pengukuran Kinerja
Aturan-aturan untuk Proses Pengukuran
Penentuan Metode Defuzzifikasi Model dan Skema Pengambilan
Keputusan Pengukuran Kinerja
Selesai
Gambar 28 Tahapan Rancangbangun Model Pengukuran Kinerja
Tahap selanjutnya yaitu identifikasi kriteria dan ukuran-ukuran kinerja pada proses internal pabrik gula. Identifikasi ukuran kinerja dilakukan melalui
studi dokumentasi dilanjutkan dengan konfirmasi pakar. Identifikasi awal ukuran- ukuran kinerja yang akan digunakan disesuaikan dengan pendekatan yang
digunakan yaitu melakukan identifikasi terhadap ukuran-ukuran kinerja input, proses dan output. Ukuran-ukuran kinerja input terkait dengan kemampuan
sumberdaya. Ukuran-ukuran kinerja proses terkait dengan tugas-tugas manufaktur. Ukuran-ukuran kinerja output terkait dengan prioritas kompetisi.
Ukuran-ukuran kinerja yang direkomendasikan pakar sebagai kriteria pengukuran kinerja dieavaluasi keterkaitannya. Evaluasi dilakukan berdasarkan
studi dokementasi dan konfirmasi pakar. Ukuran-ukuran kinerja yang akan digunakan pada proses selanjutnya adalah ukuran-ukuran kinerja yang memiliki
keterkaitan dengan visi dan misi yang dicanangkan pemerintah dan keterkaitan antar ukuran-ukuran kinerja input-proses-output.
Tahap berikutnya yaitu identifikasi kualifikasi kinerja dan ukuran kinerja. Kualifikasi skala penilaian untuk menentukan setiap kategori pada setiap jenis
kinerja ditentukan berdasarkan pertimbangan pakar. Nilai kinerja untuk setiap jenis kinerja diperoleh dari agregasi nilai ukuran kinerja yang menjadi kriteria
dalam pengukuran kinerja. Kualifikasi skala penilaian untuk menentukan setiap kategori pada setiap ukuran kinerja ditentukan berdasarkan studi dokumentasi
dan konfirmasi pakar. Selanjutnya dilakukan proses fuzzifikasi. Fungsi keanggotaan ditetapkan
dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi semesta pembicaraan, nama himpunan fuzzy, domain, jenis kurva untuk merepresentasikan himpunan fuzzy,
dan parameter untuk setiap jenis kinerja. Fungsi keanggotaan direpresentasikan dalam bentuk kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data setiap nilai
ukuran kinerja ke dalam nilai keanggotaannya derajat keanggotaan yang memiliki interval antara nol sampai dengan satu.
Tahap berikutnya adalah identifikasi aturan-aturan yang akan digunakan pada proses pengukuran kinerja. Aturan-aturan direpresentasikan dalam bentuk If
– then – rules. If – then – rules merupakan kaidah-kaidah yang menjelaskan relasi logika antara nilai-nilai parameter yang digunakan dan diidentifikasi berdasarkan
seluruh kemungkinan kombinasi kategori nilai ukuran-ukuran kinerja untuk setiap jenis kinerja dan masukan pakar untuk kesimpulan kategori nilai kinerja.
Tahap terakhir yaitu proses penentuan metode defuzifikasi. Metode defuzifikasi yang dipilih yaitu metode centroid. Dengan menggunakan metode
centroid, maka solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy.
Model Pemilihan Kinerja Terbaik
Rancangbangun model pemilihan kinerja terbaik bertujuan untuk menentukan pabrik gula berkinerja terbaik secara keseluruhan maupun untuk
setiap jenis kinerja kinerja strategis, kinerja operasional, kinerja taktis pada setiap kelompok pabrik gula. Hasil pemilihan pada setiap kelompok pabrik gula
akan digunakan sebagai standar kinerja pembanding bagi setiap pabrik gula pada kelompok yang sama, baik untuk kinerja keseluruhan maupun per jenis kinerja.
Pemilihan Kinerja Terbaik secara Keseluruhan
Tahapan rancangbangun model pemilihan kinerja terbaik secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 29.
Mulai Studi Dokumentasi
Model Pemilihan Kinerja Terbaik
Keseluruhan Model Konseptual
Pemilihan Kinerja Terbaik
Keseluruhan Penentuan Fungsi Kriteria
Pemilihan Tipe Preferensi
Penentuan Nilai Parameter Model Pemilihan
Kinerja Terbaik Keseluruhan
Selesai
Gambar 29 Tahapan Rancangbangun Model Pemilihan Kinerja Terbaik Keseluruhan
Tahap awal dalam merancangbangun model pemilihan kinerja terbaik secara keseluruhan adalah studi dokumentasi mengenai model pemilihan kinerja terbaik.
Pendekatan yang digunakan untuk memilih pabrik gula berkinerja terbaik secara keseluruhan yaitu PROMETHEE.
Selanjutnya dilakukan penentuan fungsi kriteria, pemilihan tipe preferensi, dan penentuan nilai parameter. Proses penentuan fungsi kriteria, pemilihan tipe
preferensi, dan penentuan nilai parameter dilakukan dengan diskusi dan konfirmasi pakar.
Pemilihan Kinerja Terbaik Per Jenis Kinerja
Tahapan rancangbangun model pemilihan kinerja terbaik per jenis kinerja ditunjukkan pada Gambar 30. Tahap awal dalam merancangbangun model
pemilihan kinerja terbaik per jenis kinerja adalah studi dokumentasi mengenai model pemilihan kinerja terbaik per jenis kinerja. Pemilihan kinerja terbaik per
jenis kinerja dilakukan dengan menggunakan pendekatan Sorting. Selanjutnya dilakukan pemilihan algoritma sorting yang akan digunakan.
Mulai Studi Dokumentasi
Model Pemilihan Kinerja Terbaik
Per Jenis Kinerja Model Konseptual
Pemilihan Kinerja Terbaik
Per Jenis Kinerja Pemilihan
Algoritma Sorting Model dan Skema Pengambilan
Keputusan Pemilihan Kinerja Terbaik
Per Jenis Kinerja Selesai
Gambar 30 Tahapan Rancangbangun Model Pemilihan Kinerja Terbaik Per Jenis Kinerja
Model Analisis Praktek Terbaik
Model Analisis Praktek Terbaik bertujuan untuk mengidentifikasi praktek terbaik yang menghasilkan kinerja terbaik. Tahapan rancangbangun model
analisis praktek terbaik ditunjukkan pada Gambar 31.
Mulai
Studi Dokumentasi Model Analisis
Praktek Terbaik
Pendefinisian Praktek Terbaik
Identifikasi faktor penentu Praktek Terbaik
Model dan Skema Pengambilan Keputusan Analisis Praktek
Terbaik Selesai
Gambar 31 Tahapan Rancangbangun Model Analisis Praktek Terbaik
Tahap awal dalam merancangbangun model analisis praktek terbaik adalah studi dokumentasi mengenai model analisis praktek terbaik. Pendekatan yang
digunakan untuk melakukan analisis praktek terbaik adalah root cause analysis. Root cause analysis dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab
akibat antar ukuran dan faktor penentu yang menentukan kinerja.
Pendefinisian praktek terbaik merujuk pada Jaffar dan Zairi 2000 dan masukan dari pakar. Selanjutnya, dilakukan identifikasi faktor penentu praktek
terbaik. Hasil identifikasi faktor penentu praktek terbaik dikonfirmasi oleh pakar.
Model Penentuan Prioritas Perbaikan
Model penentuan prioritas perbaikan bertujuan untuk menentukan prioritas
perbaikan yang harus dilakukan oleh pabrik gula. Tahapan rancangbangun model
penentuan prioritas perbaikan ditunjukkan pada Gambar 32.
Mulai
Studi Dokumentasi Model Penentuan Prioritas
Perbaikan
Penentuan Kriteria Prioritas Perbaikan
Penentuan Bobot Kriteria Prioritas Perbaikan
Selesai Model dan Skema Pengambilan
Keputusan Penentuan Prioritas Perbaikan
Gambar 32 Tahapan Rancangbangun Model Penentuan Prioritas Perbaikan
Tahap awal dalam merancangbangun model penentuan prioritas perbaikan adalah studi dokumentasi mengenai hal-hal yang terkait dengan penentuan
prioritas perbaikan. Penentuan prioritas perbaikan menggunakan pendekatan yang menyerupai framework yang dikembangkan oleh Davies dan Kochar 2000
berupa diagnostik atau penelusuran secara sistematis untuk memilih praktek terbaik. Adapun penentuan kriteria dan bobot kriteria prioritas perbaikan
berdasarkan masukan pakar. Merujuk pada Suryadi dan Ramdhani 2002, verifikasi model dilakukan
pada setiap sub model melalui perunutan secara terstruktur, yaitu dengan menjelaskan model berdasarkan komponen-komponen model beserta
argumentasi yang menjadi dasar penentuan pada setiap komponen model. Proses verifikasi model dilakukan dengan konsultasi dan konfirmasi pakar yang terkait
dengan sistem yang dimodelkan. Validasi model dilakukan dengan uji coba model Suryadi dan Ramdhani
2002 pada 11 pabrik gula yang terdiri dari enam pabrik gula berskala kecil kapasitas giling 3000 TCD, dua pabrik gula berskala menengah kapasitas
giling 3000 sampai dengan 6000 TCD, dan tiga pabrik gula berskala besar kapasitas giling 6000 TCD. Adapun metode produksi khususnya pada proses
pemurnian nira yang digunakan 11 pabrik gula adalah sama yaitu sulfitasi. Data yang digunakan adalah data kinerja tahun 2008. Melalui uji coba model dapat
diketahui apakah rancangbangun model dan keluarannya dapat dipercaya atau tidak. Hasil uji coba dikonfirmasi oleh satu orang pakar dari PTPN X untuk
menentukan apakah model dapat diimplementasikan atau tidak. Model analisis perbaikan kinerja dapat direkomendasikan apabila hasil
verifikasi dan validasi model menunjukkan bahwa model yang dirancangbangun telah sesuai dengan tujuan rancangbangun model.
3.2.3 Implementasi Model