10 tahun. Pendapatan bersih yang diperoleh merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Pada tahun pertama petani melakukan pinjaman kredit
sebesar Rp. 5.000.000,- kepada bank yang akan dikembalikan dengan cara diangsur selama 5 tahun. Dari cash flow analisis finansial dan ekonomi usahatani
nanas tabel lampiran 6 dan 8 pada lahan satu hektar terlihat bahwa pendapatan bersih yang diterima pada tahun ke – 1 dan ke – 2 bernilai negatif, yaitu secara
berurutan masing – masing sebesar Rp. -8.382.500,- dan Rp. -11.607.500,- untuk analisis finansial sedangkan untuk analisis ekonomi masing-masing sebesar
Rp. -10.627.737,- dan Rp. -13.592.737,-. Hal ini terjadi karena pada ke-2 tahun ini usahatani nanas belum ada penerimaan, dan mulai pada tahun ke-6 dan
berikutnya nilai pendapatan bersih bernilai positif.
2. Kelayakan Investasi Usahatani Nanas
Dari hasil perhitungan kelayakan investasi yang dilakukan pada tingkat diskonto 15 persen diperoleh NPV, IRR, dan NBCR. Pada analisis finansial untuk
satu hektar lahan dengan tingkat diskonto 15 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 5.623.375,19, hal ini berarti bahwa usahatani nanas yang dilakukan menurut
nilai sekarang
menguntungkan untuk
dilaksanakan yaitu
sebesar Rp. 5.623.375,19, karena nilainya lebih besar dari 0 atau NPV 0, NBCR yang
diperoleh adalah 1,35 yang berarti manfaat bersih yang diperoleh dari setiap penambahan satu rupiah pengeluaran bersih adalah sebesar 1,35 sedangkan nilai
IRR yang diperoleh adalah sebesar 24 persen, yang diperoleh lebih besar dari tingkat diskonto. Dari perolehan NPV 0, NBCR 1, dan IRR 15 persen
menunjukkan bahwa secara finansial usahatani nanas tersebut layak dilaksanakan
pada tingkat diskonto 15 persen sedangkan pada analisis ekonomi untuk satu hektar lahan dengan tingkat diskonto 15 persen diperoleh nilai NPV sebesar
Rp. 295.442.787,68, NBCR yang diperoleh adalah 18,88 dan nilai IRR yang diperoleh adalah sebesar 40,89 persen. Dari nilai yang diperoleh, usahatani nanas
secara ekonomi layak untuk dilaksanakan pada tingkat diskonto 15 persen, karena syarat – syarat kelayakan investasi terpenuhi. Pada Tabel 10 dapat dilihat NPV,
IRR dan NBCR dalam analisis finansial dan ekonomi pada tingkat diskonto 15 persen pada lahan satu hektar.
Tabel 10. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas Analisis Kelayakan Usahatani
Nanas NPV DF
IRR Net
BC Analisis Finansial
Rp. 5.623.375,19 15
24 1,35
Analisis Ekonomi Rp. 269.566.747,91
15 41
14,81 Keterangan
: Di Kecamatan Sipahutar pada lahan 1 Ha. Dari Tabel 10 dapat dilihat perbandingan hasil analisis secara finansial dan
ekonomi. Dari hasil perbandingan tersebut diperoleh nilai NPV pada analisis ekonomi lebih besar dari analisis finansial, yaitu sebesar Rp. 269.566.747,91 yang
berarti penanaman investasi pada usahatani nanas tersebut akan mendatangkan keuntungan sebesar Rp. 269.566.747,91 bagi masyarakat, sedangkan pada analisis
finansial NPV yang diperoleh sebesar Rp. 5.623.375,19. Hal ini berarti keuntungan yang diterima masyarakat lebih besar dibandingkan dengan yang
diperoleh pelaksana kegiatan usahatani nanas petani. Nilai Net BC yang diperoleh pada analisis ekonomi adalah 14,81 sedangkan nilai Net BC pada
analisis finansial adalah 1,35. Net BC pada analisis ekonomi lebih besar daripada analisis finansial yang berarti keuntungan dari setiap satuan biaya yang
dikeluarkan masyarakat lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang
diperoleh petani. Suatu investasi layak dilaksanakan apabila nilai IRR lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat diskonto yang berlaku. IRR yang diperoleh pada
analisis ekonomi lebih tinggi dibandingkan dengan IRR yang diperoleh pada analisis finansial yang berarti bahwa keuntungan yang diperoleh masyarakat lebih
tinggi daripada yang diterima petani. Dari hasil perhitungan analisis finansial dan ekonomi dapat disimpulkan
bahwa kegiatan usahatani nanas layak untuk dilaksanakan baik dari sisi pelaksana kegiatan usahatani maupun dari sisi masyarakat. Hal ini terbukti dengan
terpenuhinya syarat – syarat kelayakan investasi baik secara finansial maupun ekonomi, yaitu NPV 0, Net BC 1, dan IRR lebih besar dari tingkat diskonto
yang digunakan.
6.4. Analisis Kelayakan Industri Pengolahan Nanas