Analisis Kelayakan Agribisnis Harga Bayangan Nilai Tukar

4.5.2. Analisis Kelayakan Agribisnis

Proyek II ditujukan kepada investor yang ingin menanamkan modalnya di daerah penelitian untuk agribisnis nanas. Proyek yang direncanakan adalah proyek agribisnis nanas mulai dari perolehan bahan baku dari petani plasma hingga pengolahan hasil panen. Dalam analisis ini bahan baku diperoleh dari petani plasma dengan keseluruhan luas lahan mencapai 500 hektar yang direncanakan dengan luas lahan tersebut mampu menyediakan bahan baku secara kontinu pada industri pengolahan nanas. Asumsi yang digunakan dalam analisis kelayakan industri pengolahan nanas dalam penelitian ini adalah : 1. Kegiatan investasi untuk industri pengolahan, meliputi pabrik, kantor, asrama, gudang, dan sarana penunjang, pembelian mesin – mesin, alat – alat dan perlengkapannya, sarana angkutan produksi dan mobil dinas, instalasi listrik dan pembelian diesel atau generator. Tahun ke-1 kegiatan investasi adalah tahun 2007, dan tahun ke-2 adalah tahun 2008. 2. Industri yang dianalisis sudah berjalan selama 6 tahun yang akan mengembangkan usahanya melalui pembukaan inti perkebunan nanas seluas 100 ha. 3. Proyek ini dilaksanakan dalam bentuk perusahaan Perseroan Terbatas PT dengan menggunakan pola Perkebunan Inti Rakyat PIR. Petani nanas yang berada di sekitar perusahaan yang menjadi plasma dalam proyek ini. 4. Tingkat diskonto discount rate yang dipakai dalam analisis ini didekati dari rata-rata tingkat suku bunga Bank Rakyat Indonesia BRI untuk suku bunga kredit pertanian pada tahun 2007, yaitu 15 persen dan dilakukan analisis sensitivitas pada tingkat suku bunga kredit pertanian tertinggi pada tahun 2001, yaitu 26 persen untuk melihat apakah proyek masih layak jika suku bunga dinaikkan. 5. Analisis sensitivitas industri pengolahan nanas dilakukan pada 8 kemungkinan perubahan yang terjadi, pada jumlah produksi, harga output, dan harga input serta tingkat suku bunga, yaitu produksi tetap dan turun 20 persen hal ini berdasarkan pengalaman produksi yang dialami perusahaan selama 6 tahun. Harga jual output tetap dan meningkat sebesar 5 persen hal ini berdasarkan pada persentase perubahan harga jual output pada saat penelitian dilaksanakan. Perubahan pada biaya input dengan kenaikan sebesar 10 persen pada biaya produksi dan harga bahan baku tetap dan meningkat sebesar 20 persen, hal ini didasarkan atas rata-rata persentase perubahan harga biaya produksi yang terjadi di daerah penelitian selama penelitian berlangsung. 6. Tingkat harga input dan output diasumsikan sama dari awal proyek hingga akhir proyek, karena keterbatasan waktu, dana dan data yang diperoleh. 7. Untuk mengantisipasi kemungkinan perubahan yang terjadi pada produksi nanas, tingkat harga input dan output, serta tingkat suku bunga, maka dilakukan analisis sensitivitas pada beberapa kemungkinan perubahan yang terjadi. 8. Pelaksanaan usahatani nanas diasumsikan dengan menggunakan sistem budidaya yang intensif. 9. Produksi canned pineapple tidbits dan pineapple juice concentrate diperoleh dari rata-rata produksi nanas yang dihasilkan berdasarkan catatan produksi tiap tahunnya hingga akhir proyek. 10. Umur proyek yang digunakan disesuaikan dengan usia ekonomis tanaman, yaitu 10 tahun.

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada 1A 20’ – 2A 41’ Lintang Utara dan 98A 5 – 99A 15’ Bujur timur dengan ketinggian sekitar 300 meter – 1800 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 10605 km 2 atau seluas 1.060.500 hektar. Lahan yang berpotensi untuk diolah adalah 604060,8 hektar 56,96 persen, terdiri dari untuk sawah 124074,08 hektar 20,54 persen, perkebunan 68379,68 hektar 11,32 persen, sawah kering 76474,09 hektar 12,66 persen, perkebunan campuran 29478,17 hektar 4,88 persen, dan penggunaan lainnya. Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara adalah 750.000 jiwa, dengan kepadatan rata – rata 70 orang per km 2 . Mata pencaharian terbanyak penduduknya adalah sebagai petani, kepemilikan lahan pertanian 1 hektar per kepala keluarga atau 0,25 hektar per jiwa. Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara terdapat 15 kecamatan, yaitu Adiankoting , Garoga , Muara , Pagaran , Pahae Jae , Pahae Julu , Pangaribuan , Parmonangan , Purbatua , Siatas Barita , Siborong-Borong , Simangumban , Sipahutar , Sipoholon , dan Tarutung . Ibukotanya berada di Tarutung.

5.2 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara

Kecamatan Sipahutar terletak pada ketinggian 600 – 1200 meter di atas permukaan laut dan luas wilayah 40,28 persen. Penggunaan lahan di kecamatan ini terdiri dari 233618,95 hektar 54,69 persen, terdiri dari untuk sawah 47704,98 hektar 20,42 persen, perkebunan 23992,67 hektar 10,27 persen, sawah kering