Analisis Pemasaran Nanas .1. Lembaga dan Saluran Pemasaran Nanas

6.1.2. Analisis Pendapatan

Dalam menganalisis pendapatan usahatani nanas didasarkan pada penerimaan yang diterima dari penjualan produksi nanas dan total biaya yang dikeluarkan petani dalam pelaksanaan usahatani nanas tersebut. Total produksi nanas pada tahun ke-6 adalah 32.880 kg. Harga nanas yang berlaku adalah Rp. 600,- per kg, sehingga total penerimaan usahatani nanas yang diperoleh pada tahun ke-6 adalah sebesar Rp. 19.728.000 ,-. Pendapatan petani nanas atas biaya total pada tahun ke-6 adalah sebesar Rp. 10.495.500,- dan pendapatan atas biaya tunai adalah sebesar Rp. 14.950.500,- dengan rasio penerimaan terhadap biaya total RC adalah sebesar 1,13 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,13 dan rasio penerimaan terhadap biaya tunai RC adalah sebesar 2,19 yang berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 2,19. Dilihat dari hasil analisis usahatani tersebut, bahwa dalam pelaksanaan usahatani nanas tersebut menguntungkan. 6.2 Analisis Pemasaran Nanas 6.2.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran Nanas Lembaga dan saluran pemasaran nanas di daerah penelitian dilakukan dengan cara mengikuti arus penyaluran nanas dari petani sampai ke konsumen. Dalam pemasaran nanas tersebut terlibat beberapa badan mulai dari petani nanas, Pedagang Pengumpul Tokek, Pedagang Antar Kota, Agen, Pengecer, dan Konsumen. Dalam menyalurkan nanas yang dihasilkan petani tidak dapat melakukan penyaluran produknya ke setiap pasar yang dikehendakinya maupun pada setiap waktu yang dikehendaki petani. Pada Gambar 5 dapat dijelaskan lebih rinci mengenai saluran pemasaran dan lembaga perantara yang terlibat di daerah penelitian. P. Pengumpul P. Pengumpul P. Pengumpul P. Antar Kota P. Antar Kota Konsumen Agen Pengecer Agen Konsumen Pengecer Pengecer Konsumen Pengecer Agen Konsumen Petani Gambar 5. Saluran Pemasaran Nanas di Kec. Sipahutar, Tapanuli Utara Keterangan : Jalur I : Petani, Pedagang Pengumpul, Pedagang Antar Kota, Agen, Pengecer, dan Konsumen. Jalur II : Petani, Pedagang Pengumpul, Agen, Pengecer, dan Konsumen. Jalur III : Petani, Pedagang Pengumpul, pengecer, dan Konsumen. Jalur IV : Petani, Pedagang Antar Kota, Agen, Pengecer, dan Konsumen. Saluran pemasaran nanas di Kecamatan Sipahutar terbagi menjadi 2, yaitu Pemasaran Dalam Kota Jalur II dan III dan Pemasaran Luar Kota I dan IV. Petani nanas di Kecamatan Sipahutar pada umumnya menjual nanas langsung kepada pedagang pengumpul atau pedagang antar kota. Pedagang antar kota juga termasuk pedagang pengumpul yang tergolong kepada pedagang pengumpul besar bandar. Pedagang pengumpul pada umumnya menjual nanas kepada pedagang antar kota bandar, walaupun kadang – kadang langsung kepada pengecer dan konsumen. Konsumen dalam hal ini adalah Industri Pengolahan Nanas yang ada di Kecamatan Siborong – borong, Tapanuli Utara. Sedangkan pedagang antar kota menjual nanas kepada agen di Pasar Induk. Pasar Induk dari pedagang antar kota merupakan pasar – pasar besar yang ada di Medan, Pematang Siantar dan Aceh. Pedagang antar kota ada juga yang memasarkan nanasnya kepada Industri Pengolahan Nanas yang ada di kotanya, antara lain : Pematang Siantar, Medan dan Lampung. Agen di Pasar induk merupakan pedagang penampung atau pedagang perantara nanas yang datang dari daerah yang akan dipasarkan di kota tersebut. Jalur I merupakan jalur pemasaran yang terjadi di Kecamatan Sipahutar , Tapanuli Utara. Penjualan Nanas oleh petani kepada pedagang pengumpul dilaksanakan setelah panen. Pedagang pengumpul membeli nanas langsung ke kebun nanas milik petani. Sistem pembayaran yang dilakukan adalah pembayaran secara tunai setelah hasil diserahkan kepada pedagang pengumpul dan pembayaran secara tidak tunai dilakukan setelah hasil panen yang sudah diserahkan kepada pedagang pengumpul terjual kepada agen, pedagang antar kota atau konsumen. Petani memilih menerima sistem pembayaran tidak tunai tersebut, karena petani tidak langsung menjual nanasnya ke pedagang pengecer atau konsumen dengan adanya berbagai pertimbangan, yaitu risiko kerusakan dan biaya pengangkutan nanas.

6.2.2. Fungsi – fungsi Pemasaran

Untuk memperlancar proses penyaluran barang dan atau jasa secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen diperlukan fungsi – fungsi pemasaran. Setiap lembaga pemasaran nanas yang terlibat di dalam saluran pemasaran nanas mulai dari petani nanas di Kecamatan Sipahutar, masing - masing mempunyai fungsi pemasaran sendiri. Tabel 8. Fungsi Pemasaran pada Lembaga Pemasaran Nanas di Kecamatan Sipahutar, Tapanuli Utara Fungsi Pemasaran Petani Pedagang Pengumpul Pedagang Antar Kota Agen Pedagang Pengecer Pembelian X X X X Penjualan X X X X X Penyimpanan X X X X Pengangkutan X X X X penyortiran dan pengepakan X X X X Penanggungan Risiko X X X X Informasi X X X X Setelah nanas dibeli oleh pedagang pengumpul, maka nanas tersebut disortir pemberian standarisasi dan penggolongan produk berdasarkan kualitas dan ukuran buahnya menurut kelas – kelasnya gradenya. Grade nanas yang berlaku di Kecamatan Sipahutar ada tiga, yaitu grade A, B, dan C atau super, besar dan kecil. Tingkat harga yang dikenakan pada tiap grade tersebut berbeda – beda, pada umumnya dibedakan pedagang pengumpul sebelum dipasarkan sedangkan pada saat pembelian ditingkat petani harga yang dikenakan adalah sam – sam sama – sama, tidak dibedakan gradenya semua dianggap sama rata.

6.2.3. Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran dapat diartikan sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen, yang terdiri dari biaya dan keuntungan pemasaran. Dalam menganalisis marjin pemasaran nanas di daerah penelitian diasumsikan bahwa : 1 jumlah yang sama dan 2 pada pasar persaingan sempurna. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dipakai dalam pelaksanaan fungsi – fungsi pemasaran. Biaya-biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran nanas tersebut antara lain : pembelian, penjualan, penyimpanan, pengangkutan, sortasi, penanggungan resiko, dan informasi. Untuk mengetahui besarnya yang diterima petani digunakan konsep farmer’s share , yaitu bagian yang diterima petani sebagai balasan jasa atas kegiatannya dalam usahatani nanas. Hal ini dapat dilihat dari bagian yang diterima petani, yaitu sebesar Rp. 600,- untuk Jalur I, II, dan III, sedangkan pada Jalur IV adalah sebesar Rp. 1.000,- . Dalam Jalur I, II, dan III farmer’s share yang diterima petani adalah sebesar 28,57 persen dari harga jual pedagang pengecer dan pada Jalur IV adalah sebesar 47,62 persen. Biaya Pemasaran terbesar yang dikeluarkan dalam pemasaran nanas terdapat pada Jalur I, yaitu sebesar Rp. 676,39 atau sebesar 28,12 persen dari harga yang dikenakan pada pedagang pengecer nanas. Kemudian diikuti oleh Jalur IV, II, dan III, masing – masing secara berurutan sebesar Rp. 535,65 atau sebesar 14,9 persen, Rp. 254,17,- atau sebesar 9,53 persen, dan Rp. 197,03 atau sebesar 6,81 persen. Untuk perhitungan penyebaran harga nanas dan biaya pemasaran nanas di Kecamatan Sipahutar dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penyebaran Harga Nanas dan Marjin Pemasaran Nanas di Kecamatan Sipahutar Pola I Pola II Pola III Pola IV Unsur Marjin RpKg RpKg RpKg RpKg Petani Harga Jual 600 28,57 600 28,57 600 28,57 1000 47,62 Pedagang Pengumpul Harga Beli 600 28,57 600 28,57 600 28,57 Biaya 140,74 3,63 140,74 3,63 140,74 3,63 Keuntungan 259,26 15,42 259,26 15,42 259,26 15,42 Marjin 400 19,05 400 19,05 400 19,05 Harga Jual 1000 47,62 1000 47,62 1000 47,62 Pedagang Antar Kota Harga Beli 1000 47,62 1000 47,62 Biaya 422,22 18,59 422,22 9,07 Keuntungan 77,78 14,74 77,78 14,74 Marjin 500 33,33 500 23,81 Harga Jual 1500 80,95 1500 71,43 Agen Harga Beli 1500 71,43 1000 47,62 1500 71,43 Biaya 57,14 2,72 57,14 2,72 57,14 2,72 Keuntungan 242,86 11,56 742,86 35,37 242,86 11,56 Marjin 300 14,28 800 38,09 300 14,28 Harga Jual 1800 85,71 1800 85,71 1800 85,71 Pengecer Harga Beli 1800 85,71 1800 85,71 1000 47,62 1800 85,71 Biaya 56,29 3,18 56,29 3,18 56,29 3,18 56,29 3,11 Keuntungan 243,71 11,11 243,71 11,11 1043,71 49,2 243,71 11,18 Marjin 300 14,29 300 14,29 1100 52,38 300 14,29 Harga Jual 2100 100 2100 100 2100 100 2100 100 Total Biaya 676,39 28,12 254,17 9,53 197,03 6,81 535,65 14,9 Total Keuntungan 823,61 52,83 1245,83 61,9 1302,97 64,62 564,35 37,48 Total Marjin 1500 80,95 1500 71,43 1500 71,43 1100 52,38 Keuntungan Biaya 1,217655495 4,901561947 6,61305385 1,053579763 dihitung dari persentase harga pengecer Dari Tabel 9 dapat kita lihat total keuntungan dari kegiatan pemasaran tersebut. Total keuntungan terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar Rp. 1.302,97 atau 64,62 persen sedangkan marjin yang terbesar berada pada Jalur I, II, dan III, yaitu sebesar Rp. 1.500,- atau sebesar 71,43 persen. Rasio keuntungan pemasaran ∏ C yang terbesar berada pada Jalur III, yaitu sebesar 6,61. Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa lembaga pemasaran dengan biaya pemasaran yang besar belum menjamin akan memperoleh keuntungan yang lebih besar juga dibandingkan dengan lembaga pemasaran lainnya. Namun keuntungan tersebut diperoleh tergantung dari pasar yang dituju dan panjang pendeknya saluran pemasaran yang berlaku. Pada jalur III merupakan saluran pemasaran yang terpendek dan memperoleh keuntungan yang terbesar. Tingkat permintaan nanas pada jalur II dan III merupakan tingkat permintaan paling rendah, karena pasar nanas pada jalur II dan III hanya berlaku di dalam kota saja, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara. Sedangkan jalur I dan IV pasar nanas yang dituju lebih luas, yaitu sampai keluar dari wilayah Kabupaten Tapanuli Utara, bahkan sampai ke Aceh dan Lampung. Dari hasil analisis marjin pemasaran tersebut dapat disimpulkan bahwa saluran pemasaran nanas di Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara cukup efisien, karena saluran pemasarannya tidak terlalu panjang. Sedangkan saluran pemasaran yang terbaik diantara empat jalur tersebut adalah jalur IV, karena pada jalur ini petani lebih diuntungkan dengan penerimaan yang lebih besar dan pasar nanas menjadi lebih luas.

6.3. Analisis Kelayakan Usahatani Nanas