Pasar Kadipaten GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.2 Pasar Kadipaten

Pasar Kadipaten bisa dikatakan merupakan pasar kabupaten yang paling ramai. Di pasar ini tidak ada istilah hari pasaran, karena kegiatan setiap hari selalu ramai. Pasar Kadipaten terletak di pintu masuk kota Majalengka dari sebelah barat, tepatnya berada di Jl. Sadewa, Desa Kadipaten, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka. Keberadaan pasar Kadipaten dalam perjalanannya sampai saat ini telah mengalami beberapa kali perbaikan. Pada tahun 1985 pasar sempat dibangun kembali setelah terjadinya kebakaran dengan dana dari Inpres tahun 19851986. Kemudian pada tahun 2002 dibangun kembali oleh pemerintah Kabupaten Majalengka bekerja sama dengan pihak ketiga CV. Rizki Cikijing karena kondisi pasar sudah kurang layak huni. Pembangunan ini selesai dan diserahterimakan kepada Bupati Majalengka pada tanggal 16 Pebruari 2004 dan beroperasi pada tanggal 20 Pebruari 2004. Pasar Kadipaten dibangun di atas tanah seluas 11.115 m2, terdiri dari bangunan toko dengan ukuran berbeda diantaranya 4m x 7m, 3,5m x 7m, 3,35m x 7m, 3m x 7m, dan 2,35m x 11m. Namun diantara ukuran tersebut, luas toko yang paling banyak adalah ukuran 3,5m x 7m, yaitu sebanyak 45 toko. Toko-toko yang berdiri digunakan untuk jenis dagangan alat-alat listrik, pakaian, sepatu dan sandal, onderdil motor, peralatan olah raga dll. Selain toko juga terdapat kios-kios dan los. Jumlah kios terdapat 206 bangunan dengan ukuran bervariasi 4m x 4m, 3,5m x 4m, 3,35m x 4m, 3,5m x 3,5m, 3m x 3m, 3m x 4m dan 2,65m x 3m. Bangunan kios banyak digunakan oleh pedagang pakaian, sepatu dan sandal, sembako kelontongan, buah-buahan, peralatan rumah tangga, pedagang daging, pedagang ikan, dll. Sedangkan los merupakan tempat berjualan paling banyak dengan jumlah 1.080 los dengan ukuran rata-rata 1,5m x 2m yang banyak dipergunakan oleh pedagang sayur- mayur dan buah-buahan. Di pasar Kadipaten tercatat jumlah pedagang tetap sebanyak 1.004 orang dan jumlah pedagang tidak tetap sebanyak 219 orang. Mereka yang termasuk pedagang tidak tetap banyak yang menggelar barang jualannya di pinggir jalan atau yang lebih dikenal dengan sebutan “emprakan”, selain itu juga termasuk penjual dengan gerobak sampai dengan pedagang asongan.

5.3 Pasar Cigasong