Guna perhitungan analisis keterpaduan pasar, data diperoleh dari data sekunder, yaitu pencatatan perkembangan rata-rata harga mingguan daging domba
yang telah tercacat di masing-masing pasar pemasok dan pengecer.
4.3 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer diperoleh
dari observasi yaitu pengumpulan informasi atau data-data dengan cara mengamati, mencatat dan wawancara langsung terhadap pihak-pihak yang terkait
dan pelaku-pelaku tataniaga di pasar. Data primer selanjutnya digunakan untuk menganalisis struktur pasar, perilaku pasar dan marjin tataniaga.
Data sekunder diperoleh dari laporan perkembangan harga komoditi di pasar, hasil penelitian terdahulu dan literatur-literatur yang relevan. Data sekunder
yang diperoleh dari perkembangan harga rata-rata harga mingguan daging domba di masing-masing pasar selanjutnya digunakan untuk pengolahan analisis
keterpaduan pasar.
4.4 Model dan Metode Penelitian
4.4.1 Analisis Marjin Tataniaga
Marjin tataniaga dihitung berdasarkan pengurangan biaya penjualan dengan pembelian pada setiap tingkat lembaga tataniaga yang terlibat dalam
tataniaga hasil ternak di PTR dan pasar lokal. Besarnya marjin tataniaga pada dasarnya merupakan penjumlahan dari biaya-biaya tataniaga dan keuntungan yang
diterima lembaga tataniaga. Secara matematis hubungan antara marjin tataniaga,
biaya tataniaga dan keuntungan lembaga tataniaga dapat dinyatakan sebagai berikut :
Keterangan : M
i
= Marjin tataniaga pada pasar tingkat ke-i Rpkg Hj
i
= Harga penjualan pada pasar tingkat ke-i Rpkg Hb
i
= Harga pembelian pada pasar tingkat ke-i Rpkg B
i
= Biaya tataniaga pada pasar tingkat ke-i Rpkg ?
i
= Keuntungan tataniaga pada pasar tingkat ke-i Rpkg i
= 1, 2, 3, ……n.
Penyebaran marjin tataniaga hasil ternak dapat pula dilihat berdasarkan persentase keuntungan terhadap biaya tataniaga pada masing-masing lembaga
tataniaga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus :
B
i
Rasio Biaya – Keuntungan = x 100 ?
i
Keterangan : B
i
= Biaya tataniaga pada pasar tingkat ke-i Rpkg ?
i
= Keuntungan tataniaga pada pasar tingkat ke-i Rpkg
4.4.2 Analisis Indeks Keterpaduan Pasar
Penggunaan analisis korelasi harga untuk mengetahui tingkat keterpaduan pasar suatu komoditi terkadang kurang memberikan hasil yang memuaskan.
Integrasi pasar dapat disebabkan oleh adanya inflasi maupun aktivitas-aktivitas lembaga tataniaga yang dapat merubah harga. Berdasar hal tersebut, Ravallion
mengembangkan metode integrasi pasar yang disebut metode autoregresif distribution lag atau model autoregresi.
M
i
= Hj
i
- Hb
i
dan M
i
= B
i
+ ?
i
, sehingga
Hj
i
- Hb
i
= B
i
+ ?
i
Model autoregresi dapat mengurangi kelemahan model analisis korelasi harga yang menganggap perubahan harga di tingkat konsumen dengan produsen
bergerak pada waktu yang sama. Model autoregresi melihat hubungan harga di tingkat pasar acuan, baik tingkat harga sebelumnya maupun tingkat tingkat harga
pada waktu yang sama dan ciri-ciri pasar setempat. Untuk mengetahui tingkat keterpaduan pasar antar pasar dianalisis secara
statistik dengan menggunakan model Index of Market Connection IMC dengan pendekatan model Autoregressive Distributed Lag. Secara matematis model
tersebut diduga dengan menggunakan model kuadrat terkecil biasa Ordinary Least Square, OLS sebagai berikut:
P
it =
b
1
P
it-1
+ b
2
P
jt
– P
jt
-
1
+ b
3
P
jt
-
1
+ e
t
Keterangan : P
it
= Harga daging domba di pasar pengecer pada minggu ke-t Rpkg P
it-1
= Lag harga daging domba di pasar pengecer pada minggu ke-t Rpkg P
jt
= Harga daging domba di pasar acuan j PTR pada minggu ke-t Rpkg P
jt
-
1
= Lag harga daging domba di pasar acuan j PTR pada minggu ke-t Rpkg
b
i
= Parameter estimasi bi = 1, 2, 3… e
t
= Random error Dari persamaan di atas indeks keterpaduan pasar Index of Market
Connection, IMC dapat dihitung sebagai berikut :
b1 IMC =
b2
4.4.3 Pengujian Hipotesa