Analisis Saluran Pemasaran, Struktur Pasar dan Marjin Tataniaga

2.2 Penelitian Terdahulu

Pada pembahasan ini akan diulas hasil penelitian terdahulu mengenai analisis marjin tataniaga dan analisis keterpaduan pasar untuk berbagai komoditi pertanian. Dengan meninjau penelitian terdahulu diharapkan dapat dijadikan bahan masukan bagi peneliti dan dapat menetapkan alat analisis yang tapat guna pembahasan pada penelitian ini.

2.2.1 Analisis Saluran Pemasaran, Struktur Pasar dan Marjin Tataniaga

Hasil penelitian Muslikh 2000, mengenai analisis sistem tataniaga cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta PIKJ mengungkapkan hasil analisis struktur pasar menunjukkan struktur pasar cabai rawit merah di PIKJ cenderung tidak bersaing sempurna oligopoly. Hal ini ditunjukkan oleh pedagang grosir PIKJ yang mempunyai kekuatan tawar-menawar yang lebih tinggi dibanding pedagang pengecer, kebutuhan modal yang cukup tinggi karena pembelian dalam partai besar menjadi hambatan bagi pesaing baru dan produk yang bersifat homoge n. Sedangkan struktur pasar pada tingkat pengecer cenderung bersaing sempurna. Berdasarkan hasil analisis sebaran marjin tataniaga dapat diketahui bahwa sebaran marjin kurang merata. Biaya tataniaga yang dikeluarkan paling besar ditanggung oleh pedagang besar dibanding pengecer karena fungsi tataniaga yang dilakukan lebih banyak dengan sebaran marjin yang kurang merata. Hal ini menunjukkan tataniaga cabai rawit merah di PIKJ belum efisien. Saluran tataniaga yang ada difokuskan pasa saluran tataniaga yang melibatkan pedagang grosir, pedagang pengecer dan konsumen akhir. Analisis struktur pasar dianalisis dengan melihat jumlah pelaku pasar yang terlibat, diferensiasi produk dan hambatan masuk bagi pesaing baru. Menurut Herawati 1997, hasil analisis keragaan tataniaga menunjukkan saluran tataniaga talas yang ditemukan di Desa Sukaharja, Kec. Cijeruk, Kab. Bogor dapat dikelompokkan dalam 3 saluran : - Saluran I : Petani – Tengkulak Kebun – Pabrik Kripik - Saluran II : Petani – Tengkulak Kebun – Pedagang Pengecer – Konsumen Akhir - Saluran III : Petani – Tengkulak Kebun – Konsumen Akhir Struktur tataniaga talas dari petani ke tengkulak kebun bersifat oligopsoni, sebab petani yang jumlahnya banyak berhadapan dengan beberapa tengkulak kebun. Sedangkan struktur pasar tataniaga talas dari tengkulak kebun ke konsumen bersifat bersaing sempurna, hal ini disebabkan tengkulak kebun berhadapan dengan banyak tengkulak kebun dari desa lainnya dalam menjual talas. Struktur pasar tataniaga talas dari pengecer ke konsumen akhir juga bersifat bersaing sempurna, sebab pedagang pengecer berhadapan dengan banyak pedagang pengecer lainnya. Sedangkan dari hasil analisis mengenai marjin tataniaga talas dapat disimpulkan bahwa dari ketiga saluran tersebut secara absolut tidak ada yang lebih menguntungkan petani, tetapi secara persentasi saluran I lebih menguntungkan petani ditunjukkan dengan nilai farmer’s share paling tinggi, yaitu sebesar 32,70 persen. Bagian yang diterima petani lebih kecil karena tidak adanya penanganan talas sebelum dijual, sehingga tengkulak kebun dapat mengambil marjin dengan leluasa. Nugroho 1991 melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga melalui analisis marjin tataniaga dan keterpaduan pasar untuk komoditas mangga di Kabupaten Indramayu. Pola tataniaga yang diamati terbagi dua, yaitu pola I Petani - Pedagang Pengumpul Tingkat Desa – Pedagang Pengumpul Tingkat Kecamatan PPK – Pedagang Besar – Pedagang Borongan – Pedagang Pengecer Jakarta dan Pola II Petani – PPK – Pengecer Lokal. Pola II memiliki saluran tataniaga yang lebih efisien dibandingkan dengan Pola I. Hal ini dapat dilihat dari marjin tataniaga Pola II yang lebih rendah dibandingkan dengan marjin tataniaga pada Pola I. Hasil analisis saluran tataniaga yang dilakukan oleh Mughni 1996 pada analisis tataniaga sapi potong di Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggola, Sulawesi Tengah menunjukkan 3 pola saluran tataniaga. - Saluran I : Peternak – Pengumpul Desa – Pengumpul Kecamatan – Pedagang Besar - Saluran II : Peternak – Pengumpul Desa – Pengumpul Kecamatan – Pedagang Pemotong – Konsumen - Saluran III : Peternak – Pengumpul Desa –Pemotong – Konsumen Struktur pasar sapi potong yang terbentuk pada tingkat kecamatan adalah oligopsoni. Pengumpul kecamatan mempunyai kekuatan untuk mengontrol fungsi dan aktifitas tataniaga sapi potong di Kecamatan Sigi Biromaru.

2.2.2 Analisis Keterpaduan Pasar