Marjin Tataniaga Tingkat Pedagang Pengecer Pasar Kadipaten dan Pasar Cigasong

? C lebih besar dari nol menunjukkan bahwa masing-masing pedagang besar di kedua pasar tersebut memperoleh keuntungan dari kegiatan usahanya. Akan tetapi keuntungan yang diperoleh oleh pedagang besar di pasar Kadipaten dengan posisinya sebagai pedagang besar tidak lebih besar dari pedagang besar di pasar Cigasong, hal ini dapat dilihat dari nilai ? C yang lebih besar dari satu, sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar dari satu unit biaya yang dikeluarkan.

6.5.3 Marjin Tataniaga Tingkat Pedagang Pengecer Pasar Kadipaten dan Pasar Cigasong

Komponen biaya tataniaga daging domba di tingkat pedagang pengecer tidak jauh berbeda dengan komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar. Perbedaannya, pedagang pengecer tidak mengeluarkan biaya untuk retribusi potong, hal ini disebabkan pedagang pengecer tidak melakukan pemotongan ternak domba, malinkan melakukan pembelian dalam bentuk daging domba kepada pedagang besar. Selain itu pedagang pengecer tidak mengeluarkan biaya bongkar muat, mengingat volume penjualan tidak sebesar pedagang besar. Pada masing-masing pasar lokal terdapat biaya-biaya retribusi yang harus dikeluarkan oleh setiap pedagang pengecer. Biaya-biaya tersebut besarnya sebagaimana yang dipaparkan pada pedagang besar terdiri dari retribusi pasar, retribusi kebersihan dan retribusi keamanan yang besarnya bervariasi untuk masing-masing pasar. Total ketiga biaya retribusi yang dikeluarkan tersebut di pasar Kadipaten yaitu sebesar Rp. 58,41kg dan sebesar Rp. 53,44kg untuk pedagang pengecer pasar Cigasong, sebagaimana tercantum pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Analisis Marjin Tataniaga Daging Domba di Tingkat Pedagang Pengecer Pasar Kadipaten No. Unsur Biaya Biaya Rpkg Harga Rpkg dari harga jual 1. Pedagang Besar Harga Jual - 34.815,00 2. Pedagang Pengecer Harga Beli B. Angkut B. Retribusi Pasar B. Retribusi Kebersihan B. Retribusi Keamanan B. Penyusutan B. Pemeliharaan ? Marjin Tataniaga Harga Jual 34.815,00 82,26 41,23 6,87 10,31 594,63 89,85 1.984,85 2.810,00 37.625,00 92,53 0,22 0,11 0,02 0,03 1,58 0,24 7,47 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2006 Biaya angkut merupakan biaya yang dikeluarkan untuk me ngangkut daging domba dari pedagang besar ke pasar. Biaya angkut besarnya tergantung dari jarak lokasi pedagang besar dengan pasar. Biaya angkut yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer pasar Kadipaten adalah sebesar Rp. 82,26kg dan sebesar Rp. 129,99kg oleh pedagang pengecer pasar Cigasong. Tabel 10. Analisis Marjin Tataniaga Daging Domba di Tingkat Pedagang Pengecer Pasar Cigasong No. Unsur Biaya Biaya Rpkg Harga Rpkg dari harga jual 1. Pedagang Besar Harga Jual - 36.148,44 2. Pedagang Pengecer Harga Beli B. Angkut B. Retribusi Pasar B. Retribusi Kebersihan B. Retribusi Keamanan B. Penyusutan B. Pemeliharaan ? Marjin Tataniaga Harga Jual 36.148,44 129,99 33,40 10,02 10,02 603,74 80,17 4.296,72 5.164,06 41.312,50 87,50 0,31 0,08 0,02 0,02 1,46 0,19 10,40 100,00 Sumber : Data Primer diolah, 2006 Biaya penyusutan yang dikeluarkan untuk setiap kilogram daging domba oleh tiap pedagang pengecer di pasar Kadipaten dan pasar Cigasong adalah masing-masing sebesar Rp. 594,63 dan Rp. 603,74. Nilai penyusutan daging diperoleh berdasarkan rata-rata penetapan masing pedagang pengecer, yaitu berkisar 25 persen dari tiap 10 kg daging domba. Biaya perawatan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengecer untuk tetap menjaga daging domba dari kerusakan. Biaya ini sebesar Rp. 89,85kg untuk pedagang pengecer di pasar Kadipaten dan sebesar Rp. 80,17kg untuk pedagang pengecer di pasar Cigasong. Pada tingkat pedagang pengecer di pasar Kadipaten besarnya marjin tataniaga daging domba adalah sebesar Rp. 2.810,00. Marjin tataniaga tersebut terdiri dari Rp. 825,15 29,36 persen biaya dan sebesar Rp. 1.984,85 70,64 persen merupakan keuntungan. Sedangkan di tingkat pedagang pengecer pasar Cigasong besarnya marjin tataniaga daging domba adalah sebesar Rp. 5.164,06. Dimana terdiri dari Rp. 867,34 16,80 persen merupakan biaya tataniaga dan sebesar Rp. 4.296,72 83,20 persen adalah keuntungan. 6.5.4 Analisis Penyebaran Marjin Tataniaga Daging Domba Pasar Ternak Regional dengan Pasar Kadipaten dan Pasar Cigasong. Total marjin tataniaga daging domba dari pedagang pemasok di PTR dengan pedagang pengecer di pasar Kadipaten Saluran I lebih kecil dari total marjin tataniaga daging domba dari pedagang pemasok di PTR dengan pedagang pengecer di pasar Cigasong Saluran II, masing-masing sebesar Rp. 9.012,50kg atau sebesar 23,95 persen dari harga jual ke konsumen dan Rp. 12.700,00kg atau sebesar 30,74 dari harga beli konsumen seperti terlihat pada Tabel 11 dan Tabel 12. Tabel 11. Analisis Penyebaran Marjin Tataniaga Daging Domba Pasar Ternak Regional dan Pasar Kadipaten, Sept – Okt 2006. No. Unsur Biaya Biaya Rpkg Harga Rpkg dari harga jual 1. PTR Harga Jual - 28.612,50 76,05 2. Pedagang Pemasok Harga Beli B. Angkut B. Retribusi B. Bongkar muat ? Marjin Tataniaga Harga Jual 28.612,50 76,38 52,91 264,56 2.467,40 2.861,25 31.473,75 76,05 0,20 0,70 0,14 6,56 83,65 3. Pedagang Besar Harga Beli B. Angkut B. Retribusi Pasar B. Retribusi Kebersihan B. Retribusi Keamanan B. Retribusi Potong B. Penyusutan B. Pemeliharaan B. Bongkar muat ? Marjin Tataniaga Harga Jual 31.473,75 34,06 16,61 2,77 4,15 201,53 1.441,58 100,77 251,91 1.287,87 3.341,25 34.815,00 83,65 0,09 0,04 0,01 0,01 0,54 3,83 0,27 0,67 3,42 92,53 4. Pedagang Pengecer Harga Beli B. Angkut B. Retribusi Pasar B. Retribusi Kebersihan B. Retribusi Keamanan B. Penyusutan B. Pemeliharaan ? Marjin Tataniaga Harga Jual 34.815,00 82,26 41,23 6,87 10,31 594,63 89,85 1.984,85 2.810,00 37.625,00 92,53 0,22 0,11 0,02 0,03 1,58 0,24 5,27 100,00 Dari total marjin tataniaga pada Saluran I tersebut, nilai marjin tataniaga paling besar pada tingkat pedagang besar yaitu sebesar Rp. 3.341,25. Hal ini disebabkan biaya tataniaga dan fungsi tataniaga dalam tataniaga daging domba di daerah konsumen pasar Kadipaten dan Cigasong lebih banyak dilakukan oleh pedagang besar dari pada pedagang pemasok dan pedagang pengecer. Biaya-biaya tataniaga pedagang besar sangat beragam, sehingga biaya tataniaga yang terbesar ditanggung oleh pedagang besar. Biaya tataniaga yang paling besar dikeluarkan oleh pedagang besar adalah biaya penyusutan, hal ini mengingat daging domba merupakan produk hasil pertanian yang sifatnya mudah rusak. Akan tetapi meskipun besarnya marjin tataniaga di tingkat pedagang besar lebih besar karena biaya tataniaga yang tinggi, keuntungan tertinggi diperoleh oleh pedagang pemasok yang justru paling kecil mengeluarkan biaya tataniaga serta sedikit melakukan fungsi pemasaran pada Saluran I. Hal ini menunjukkan belum efisiennya tataniaga daging domba dan tidak proporsionalnya bagian keuntungan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran. Pedagang pemasok terlalu besar mengambil keuntungan. Dari Tabel 12 dapat terlihat pada saluran pemasaran II, yaitu dari pedagang pemasok di PTR sampai pengecer di pasar Cigasong. Nilai marjin tataniaga paling besar pada pedagang pengecer sebesar Rp. 5.164,06. Nilai marjin tataniaga di pedagang pengecer lebih besar dari pada pedagang besar dan pedagang pemasok, meskipun besarnya biaya tataniaga yang dikeluarkan lebih kecil dari pedagang besar. Dengan kata lain marjin tataniaga tersebut lebih banyak mengandung unsur keuntungan. Sedangkan pedagang besar memperoleh keuntungan terkecil. Hal ini menunjukkan belum efisiennya tataniaga daging domba pada saluran II dan tidak proporsionalnya bagian keuntungan yang diambil oleh masing-masing lembaga pemasaran. Meskipun demikian, marjin tataniaga dan keuntungan yang diperoleh pedagang besar kemungkinan akan lebih besar dari hasil analisis ini apabila penjualan jeroan domba dan penjualan yang dilakukan di luar pasar diperhitungkan. Dalam hal ini penjualan kepada para pedagang sate dan restauran yang tidak masuk dalam pembahasan penelitian ini. Tabel 12. Analisis Penyebaran Marjin Tataniaga Daging Domba Pasar Ternak Regional dan Pasar Cigasong, Sept – Okt 2006. No. Unsur Biaya Biaya Rpkg Harga Rpkg dari harga jual 1. PTR Harga Jual - 28.612,50 69,26 2. Pedagang Pemasok Harga Beli B. Angkut B. Retribusi B. Bongkar muat ? Marjin Tataniaga Harga Jual 28.612,50 76,38 52,91 264,56 2.467,40 2.861,25 31.473,75 69,26 0,18 0,13 0,64 5,97 76,18 3. Pedagang Besar Harga Beli B. Angkut B. Retribusi Pasar B. Retribusi Kebersihan B. Retribusi Keamanan B. Retribusi Potong B. Penyusutan B. Pemeliharaan B. Bongkar muat ? Marjin Tataniaga Harga Jual 31.473,75 61,81 16,36 4,91 4,91 261,73 1.400,36 157,04 244,71 2.522,86 4.674,69 36.148,44 76,18 0,15 0,04 0,01 0,01 0,63 3,39 0,38 0,59 6,11 87,50 4. Pedagang Pengecer Harga Beli B. Angkut B. Retribusi Pasar B. Retribusi Kebersihan B. Retribusi Keamanan B. Penyusutan B. Pemeliharaan ? Marjin Tataniaga Harga Jual 36.148,44 129,99 33,40 10,02 10,02 603,74 80,17 4.296,72 5.164,06 41.312,50 87,50 0,31 0,08 0,02 0,02 1,46 0,19 10,40 100,00 Berdasarkan Tabel 13 dapat terlihat bahwa keuntungan tertinggi diperoleh oleh pedagang pengecer di pasar Cigasong, diikuti oleh pedagang pengecer di pasar Kadipaten masing-masing sebesar 9,66 dan 6,98 persen dari harga jualnya. Pedagang pengecer pasar Cigasong memperoleh keuntungan yang lebih besar disebabkan harga jual daging domba dari sejak berdirinya pasar dikenal lebih tinggi dibanding harga jual daging domba di pasar lainnya disebabkan pasar Cigasong dikategorikan sebagai pasar kota, karena letaknya di dalam kota Majalengka. Tabel 13. Persentase Biaya Tataniaga, Keuntungan, Marjin Tataniaga dan Rasio ? C Daging Domba di PTR, Pasar Kadipaten dan Pasar Cigasong dari Harga Jual Daging Domba per Kilogram, September – Oktober 2006. Uraian PTR Pasar Kadipaten Pasar Cigasong Ped. Besar Ped. Pengecer Ped. Besar Ped. Pengecer Biaya C Keuntungan ? Marjin Tataniaga Rasio ? C 1,25 7,84 9,09 6,27 5,90 3,70 9,60 0,63 2,19 5,28 7,47 2,41 5,95 6,98 12,93 1,17 2,10 10,40 12,50 4,95 Dari Tabel 13 tersebut juga memperlihatkan rasio keuntungan dengan biaya tataniaga belum merata, hal ini dapat dilihat dengan rasio yang sangat besar diterima oleh pedagang pemasok pasar acuan dengan perbedaan cukup signifikan dengan para pelaku di pasar pengecer pedagang besar dan pengecer. Dengan biaya tataniaga yang kecil dan fungsi pemasaran yang tidak banyak dilakukan pedagang pemasok memperoleh rasio keuntungan yang paling besar dibanding lembaga pemasaran lain. Hal ini kemungkinan berkaita n dengan struktur pasar di pedagang pemasok yang berbentuk oligopoli sehingga lebih leluasa menentukan keuntungan dan harga jual. Perbedaaan rasio keuntungan dengan biaya yang ditanggung dan tidak meratanya nilai marjin tataniaga yang diterima oleh masing-masing lembaga tataniaga tersebut menunjukkan belum terwujudnya efisiensi marjin tataniaga daging domba dengan baik. Setelah diketahui bahwa marjin tataniaga di tiap saluran belum efisien dan juga diketahui besaran penyebaran marjinnya, diharapkan hasil analisis ini dapat bermanfaat setidaknya sebagai masukan agar dicari pemecahan masalah sesuai dengan penyebab tingginya marjin, sehingga marjin pemasaran daging domba menjadi lebih efisien. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan meningkatkan kontrol pemerintah daerah setempat terhadap perkembangan harga daging domba, agar pelaku pasar tidak membebankan keuntungan terhadap harga jual terlalu tinggi.

6.6 Analisis Keterpaduan Pasar