Bentuk Persetujuan Tindakan Kedokteran

dari kesalahan yang wajar , maka bisa saja diagnosa atau terapi yang ditegakkan ternyata keliru dalam batas-batas tertentu. Dengan demikian tidak ada seorangpun yang bisa menjamin hasil akhir dari tindakan medis yang diberikan seorang dokter kepada pasien. Dokter hanya berusaha sebaik-baiknya karena banyak faktor yang mampengaruhik sembuhan pasien dari penyakitnya antara lain faktor usia, keparahan penyakit juga komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut selama semua dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku maka tindakan tesebut tidak melanggar hukum.

2.4. Bentuk Persetujuan Tindakan Kedokteran

Setelah pasien mendapat informasi ataupun penjelasan dari dokter yang merawatnya mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keluhannya, tentunya pasien akan mulai berfikir untuk memutuskan apakah menerima atau menolak tawaran tindakan medis yang disampaikan dokter. Hanafiah MJ dan Amir A, 1999 membagi Persetujuan Tindakan Medis dengan 2 dua bentuk : 1. Tersirat atau lebih dianggap diberikan Implied Consent - keadaan normal - keadaan darurat Universitas Sumatera Utara 2. Dinyatakan Expressed Consent - lisan - tulisan Implied Consent adalah persetujuan yang diberikan pasien secara tersirat tanpa pernyataan tegas. Isyarat persetujuan ini ditangkap dokter dari sikap dan tindakan pasien. Umumnya tindakan dokter disini adalah tindakan biasa atau sudah diketahui umum. Misalnya pasien yang datang ke praktek lalu dokter melakukan pemeriksaan dasar seperti pemeriksaan tekanan darah dan palpasi jantung secara umum maka secara tersirat pasien sudah menyetujui apa yang dilakukan oleh dokter. Tindakan ini dianggap layak dilakukan dokter walaupun tanda memberikan informasi sebelumnya. Juga dalam keadaan pasien yang membutuhkan perawatan ataupun tindakan medis dengan segera misalnya pasien dalam keadaan tidak sadar sementara situasi gawat dan darurat maka dokter dapat mengambil tindakan segera walaupun tidak memberikan penjelasan ataupun informasi kepada pasien ataupun keluarganya karena dalam hal ini yang dibicarakan adalah waktu. Hal ini sesuai dengan yang tercantum dalam PerMenKes No. 585 tahun 1989 pasal 11 yang berbunyi “Dalam hal pasien tidak sadarpingsan serta tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan secara medik berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medis segera untuk kepentingannya, tidak diperlukan persetujuan dari siapapun”. Hal yang sama juga tercantum dalam Pernyataan IDI tentang Informed Consent dalam SKB IDI No. 319PBA88 pada point 11 yang mengatakan “Dalam hal pasien tidak sadar Universitas Sumatera Utara pingsan, serta tidak didampingi oleh keluarga atau wali dan yang dinyatakan secara medis berada dalam keadaan gawat dan atau darurat yang memerlukan tindakan medis segera untuk kepentingan pasien, tidak diperlukan informed consent dari siapapun dan ini menjadi tanggung jawab dokter”. Expressed Consent persetujuan yang dinyatakan secara lisan atau tertulis, bila yang dilakukan lebih dari prosedur pemeriksaan atau tindakan medis biasa. Expressed Consent merupakan Informed Consent yang sebenarnya, karena pasien akan memberikan persetujuan tindakan medis setelah mendengar penjelasan yang disampaikan dokter secara langsung. Setelah pasien diberi penjelasan tentang resiko yang mungkin akan terjadi dan pasien telah mengerti dengan penjelasan tersebut serta menyatujui tindakan yagn akan dilaksanakan maka sebagai pernyataan persetujuannya pasien menandatangani formulir yang sudah dipersiapkan. Guwandi J, 2005 mengatakan pernyataan tanda setuju secara tertulis dengan penanda tanganan formulir hanya untuk memudahkan pembuktian jika pasien kelak menyangkal telah memberikan persetujuannya. Dengan sudah ditandatanganinya formulir tersebut, maka jika pasien menyangkal, pasiennya yang harus membuktikan bahwa ia tidak diberi informasi. Samil RS, 2001 mengatakan untuk memperoleh persetujuan dari pasien dan untuk menghindari adanya salah satu pihak yang dirugikan, dokter wajib memberikan informasi sejelas-jelasnya agar pasien dapat mempertimbangkan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Universitas Sumatera Utara Adapun informasi yang disampaikan adalah : 1. Sifat dan tujuan medis 2. Keadaan pasien yang memerlukan tindakan medis 3. Resiko dari tindakan itu apabila dilakukan ataupun tidak. Perlu juga disadari bahwa antara informasi dan Persetujuan, terdapat perbedaan kepentingan antara pemberi jasa pelayanan kesehatan dan penerima jasa pelayanan kesehatan. Bila perbedaan kepentingan tersebut tidak menemui titik temu yang memuaskan diantara kedua belah pihak, bisa menimbulkan terjadinya konflik kepentingan.

2.5. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit.